Brussels, 3 Rajab 1437/11 April 2016 (MINA) – Kantor Kejaksaan Belgia mengatakan, kelompok Islamic State (ISIS/Daesh) yang bertanggung jawab atas pengeboman mematikan di Brussels awalnya merencanakan untuk menyerang Perancis, tapi beralih sasaran setelah polisi menutup jalan mereka.
“Banyak faktor dari penyelidikan menunjukkan bahwa kelompok teroris awalnya berniat menyerang di Perancis lagi,” kata Jaksa Federal Belgia dalam pernyataannya yang dirilis, Ahad (10/4).
Pada 13 November, ISIS melancarkan serangkaian serangan di Paris sehingga menewaskan sekitar 130 orang. Penyelidikan atas insiden tersebut mengungkapkan bahwa para pelaku sebagian besar berbasis di Belgia, demikian dilaporkan Press Tv yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA),
Pada 18 Maret, tersangka utama dalam serangan adalah Salah Abdeslam yang ditangkap di Brussels, empat hari kemudian serangan pengeboman di ibukota Belgia terjadi yang menewaskan 32 orang di bandara dan stasiun kereta bawah tanah.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Pada Jumat sebelumnya, semua tersangka dari kedua serangan telah ditahan atau dibunuh oleh polisi, tapi Belgia masih tetap pada tingkat ancaman tertinggi kedua, keadaan yang menurut Perdana Menteri Charles Michel tidak akan segera berubah.
Pada Sabtu, pihak berwenang Belgia mengumumkan penangkapan Muhamad Abrini yang dikenal sebagai “orang pemakai topi” yang ditangkap dalam rekaman CCTV bersama dengan dua pengebom Brussels.
Sebelumnya dalam kasus ini, pihak berwenang mengumumkan bahwa sidik jari dan DNA Abrini ini ditemukan di dua rumah yang aman di Brussels dan dalam kendaraan yang terkait dengan serangan Paris.
Menurut kejaksaan Brussels, bersama dengan Abrini, Osama K., Herve B.M. dan Bilal E.M. telah didakwa “pembunuhan teroris” dan “berpartisipasi dalam aksi teroris”. (T/P002/P001)
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)