Tel Aviv, MINA – Menteri Keamanan Nasional Israel yang berhaluan kanan ekstrem, Itamar Ben-Gvir, pada Kamis (27/9) mengancam akan mundur dari koalisi yang berkuasa di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu jika gencatan senjata dengan Hezbollah di Lebanon, benar-benar terjadi.
AS, Uni Eropa, dan sembilan negara lain meminta Israel dan Hezbollah, Rabu malam, untuk menyetujui gencatan senjata selama 21 hari di tengah meningkatnya perang lintas perbatasan mereka. Anadolu Agency melaporkan.
Sementara Haaretz melaporkan, Ben-Gvir memberi tahu Netanyahu bahwa Partai Otzma Yehudit (Kekuatan Yahudi) miliknya tidak akan memberikan suara bersama koalisi jika pemerintah menyetujui gencatan senjata sementara dengan Hezbollah.
Menteri ekstremis itu juga mengancam saat pertemuan partai akan meninggalkan pemerintahan jika gencatan senjata bersifat permanen.
Baca Juga: Tentara Israel Mundur dari Kota Lebanon Selatan
“Kami tidak akan meninggalkan penduduk di utara. Setiap hari gencatan senjata ini berlaku dan Israel tidak berperang di utara, Otzma Yehudit, tidak berkomitmen pada koalisi,” kata Ben-Gvir.
Israel telah menggempur Lebanon sejak Senin pagi, menewaskan lebih dari 650 orang dan melukai lebih dari 2.500 lainnya, menurut angka yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Lebanon.
Hezbollah dan Israel telah terlibat dalam konflik lintas batas sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.500 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak. []
Baca Juga: PBB Adopsi Resolusi Dukung UNRWA dan Gencatan Senjata di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)