Doa Berlindung dari Empat Keburukan

Oleh: Bahron Ansori, Jurnalis MINA

Dalam perjalanan hidup ini, seorang Muslim seringkali dihadapkan dengan berbagai masalah. Ada orang yang saat mendapatkan masalah, ia segera menyadari bahwa masalah itu hakikatnya adalah ujian dari Allah Ta’ala untuk menguji keimanannya. Karena itu, orang seperti ini akan segera menyandarkan setiap masalah yang ia hadapi kepada Allah semata, dan bukan kepada selain Allah.

Namun sebaliknya, ada juga orang yang saat mendapatkan masalah merasa dunia ini menjadi sempit. Masalah yang menimpanya seakan pertanda kebencian Allah kepadanya. Ia belum atau tidak menyadari bahwa masalah adalah bagian dari bunga-bunga kehidupan yang harus ‘dinikmati’ agar derajat hidup menjadi lebih mulia jika mampu mengatasi masalahnya.

Masalah tak selamanya buruk, tapi Nabi SAW selalu berdoa agar dihindarkan dari empat keburukan. Berikut adalah yang senantiasa dipanjatkan oleh Nabi SAW agar terhindar dari empat keburukan. Doa itu adalah sebagai berikut.

“Allahumma inni a’udhu bika min ‘ilmin la yanfa’u wa min qalbin la yakhsha’u wa min nafsin la tashba’u wa min da’watin la yustajabu laha”

“Ya Allah, aku memohon perlindungan dari-Mu terhadap ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak merasa takut akan diri-Mu, dari jiwa yang tidak pernah merasa puas, dan dari doa-doa yang tidak terjawab.” (HR. Muslim).

Jika diurai, maka masing-masing doa di atas tentu saja mempunyai makna dan kandungannya sendiri-sendiri antara lain sebagai berikut.

Pertama, “ dari ilmu yang tidak bermanfaat”, dapat berarti ilmu yang tidak diamalkan, atau ilmu yang tidak berguna – seperti hal-hal bersifat duniawi yang tidak memberikan manfaat apapun. Hal ini bisa membawa pemiliknya pada hukuman, Rasulullah SAW bersabda, “Pada malam aku diangkat ke langit, aku bertemu dengan orang-orang yang bibirnya dipotong oleh tang yang terbuat dari Api. Setiap kali bibirnya terbelah dulu, semuanya akan dikembalikan dalam keadaan normal kembali. Dan aku bertanya, “Wahai Jibril, siapakah orang-orang ini?” Jibril menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang banyak berkata-kata dari kaummu, mereka mengatakan sesuatu tetapi tidak diwujudkan di dalam perbuatan, mereka membaca Al-Qur’an tetapi tidak berlaku sebagaimana yang tertera di dalamnya.” (HR Al Bayhaqi)

Kedua, “Berlindung dari hati yang tidak merasakan khusyuk.” Allah SWT menjelaskan, orang-orang beriman selalu khusyuk dalam beribadah – dan kekhusyukannya dapat dilihat dari anggota tubuhnya. Jika hati terasa khusyuk, tubuh pun akan khusyuk. Khuysuk bukan hanya di hati, tapi juga kondisi hati yang bisa terlihat dalam akhlak dan sifat seseorang, pada setiap pembawaan, dan juga pergerakan. Di akhirat nanti, Allah berkata pada orang-orang kafir, “Pandangannya tunduk.” (Qs. An-Naziat 79: 9). Mata-mata tersebut tidak tunduk kepada Allah saat mereka di dunia, dan akan merasakan ketakutan saat berada di akhirat. Ketakutan ini juga terlihat dari wajah-wajah mereka; wajah-wajah yang menahan malu, penghinaan, dan kehinaan.

Ketiga, “Berlindung dari jiwa yang tidak merasa puas.” Manusiawi ketika manusia selalu ingin lebih, lebih dan lebih dari yang lain. Disinilah seorang Muslim perlu memiliki sifat qonaah (menerima apa adanya atas apa yang Allah berikan). Jika seseorang merasa selalu tidak pernah puas, maka ia akan berkurang rasa syukurnya. Setiap orang beriman akan merasa bersyukur pada apa yang diberikan kepada mereka di dunia ini, dan di akhirat kelak, Allah SWT berfirman, “dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata…” (QS Az-Zukhruf 43:71).

Keempat, “Doa yang tidak dikabulkan.”Setiap manusia beriman tentu saja sangat berharap setiap doanya akan dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Tapi sungguh mengerikan jika doa yang dipanjatkan itu tidak dikabulkan. Salah satu sebab mengapa doa tidak dikabulkan adalah karena apa yang ia makan, apa yang ia minum dan apa yang ia pakai, semuanya adalah haram.”

Dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah SAW menyebutkan, “Seorang laki-laki yang lusuh lagi kumal karena lama bepergian mengangkat kedua tanganya ke langit tinggi-tinggi dan berdoa : ‘Ya Rabbi, ya Rabbi, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dagingnya tumbuh dari yang haram, maka bagaimana doanya bisa terkabulkan?” [Shahih Muslim, kitab Zakat bab Qabulus Sadaqah 3/85-86].

Imam An-Nawawi berkata bahwa yang dimaksud lama bepergian dalam rangka beribadah kepada Allah seperti haji, ziarah, bersilaturrahmi dan yang lainnya. Lalu hari ini, berapa banyak orang yang mengonsumsi makanan, minuman dan pakaian yang haram baik dari harta riba, perjudian atau harta suap yang yang lainnya. Tapi ia merasa seolah percaya diri untuk terus berdoa kepada Allah Ta’ala. [Syarh Shahih Muslim 7/100].

Semoga Allah Ta’ala menjaga dan melindungi kita dari empat keburukan di atas, wallahua’lam. (RS3/R01)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.