New York, 22 Dzulhijjah 1437/24 September 2016 (MINA) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pidatonya pada sidang Majelis Umum PBB di New York, Selasa (20/9) menyatakan dunia harus mendorong Palestina menjadi sebuah negara yang merdeka dan independen
“Ini merupakan kewajiban dari masyarakat internasional terhadap Palestina,” ujar Erdogan, seperti dilaporkan Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency) dari sumber Times of Israel.
Erdogan menambahkan, ada kemungkinan rakyat Palestina untuk mendirikan Palestina merdeka dengan Al-Quds sebagai ibukotanya, berdasarkan usulan solusi dua-negara.
Dalam kesempatan ini ia juga menjelaskan mengenai kesepakatan rekonsiliasi baru-baru ini dengan Israel. “Ini akan memungkinkan Turki memainkan peran yang lebih besar sebagai fasilitator dalam proses perdamaian,” katanya.
Baca Juga: WHO: Serangan Bertubi-tubi Israel ke RS Kamal Adwan Tak Dapat Diterima
“Kami akan mencoba menggunakan normalisasi hubungan untuk membantu proses perdamaian dan memecahkan tantangan ekonomi dan kemanusiaan saudara-saudara kita di Palestina,” lanjutnya.
Israel-Turki mencapai kesepakatan rekonsiliasi pada Juni dan disahkan oleh Erdogan bulan lalu, dilanjutkan proses pertukaran duta besar untuk sepenuhnya memulihkan hubungan diplomatik.
Sejak saat itu pula ratusan truck bantuan kemanusiaan Turki telah tiba di Gaza yang menderita akibat blokade Israel, membawa makanan, bahan bakar, pembangkit listrik sampai pada kursi roda dan speda anak-anak.
Konflik Suriah
Baca Juga: Perlawanan di Jabalia: 3 Tentara Israel Tewas, 18 Terluka
Presiden Turki Erdogan dalam pidatonya juga menyerukan para pemimpin dunia di Majelis Umum PBB untuk mengakhiri konflik pertumpahan darah di Suriah.
“Harus ada perhatian khusus terhadap krisis hampir enam tahun di Suriah, di mana ratusan ribu tewas dan jutaan mengungsi, perlu tindakan mendesak untuk menghentikan konflik dan penindasan di negeri ini,” ujar Erdogan.
Ia juga menyebut Dewan Keamanan PBB masih terus menoleransi kondisi sementara warga sipil yang kelaparan.
Erdogan juga menyebut soal pengungsi Suriah, di mana negaranya menampung hampir tiga juta pengungsi, dan ia menyatakan keprihatinan bahwa masyarakat internasional telah gagal untuk “nilai-nilai kemanusiaan dan hati nurani.”
Baca Juga: Pengamat Politik: Keadaan Memungkinkan Gencatan Senjata di Gaza
Ia pun menyeru kepala negara-negara Eropa untuk menemukan solusi mendesak pengungsi, katanya, “Ini adalah upaya sia-sia untuk mencari perdamaian di balik kawat berduri dan tembok tinggi.”
“Jika kita tidak dapat menemukan solusi untuk masalah pendidikan, pekerjaan dan perumahan pengungsi Suriah dengan cepat, kita tidak bisa mencegah akan adanya migrasi yang tidak teratur, dan berdampak pada masalah sosial dan risiko keamanan,” tambahnya. (T/P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Ucapkan Selamat untuk Rakyat Suriah