GEMPA NEPAL, MER-C TANGANI KORBAN DI SATUNGAL

(Foto: Widi/MINA)
Direktur Tanggap Darurat BNPB untuk , Junjungan Tambunan memberikan pengarahan kepada Tim WANADRI.(Foto: Widi/MINA)

Kathmandu, 15 Rajab 1436/4 Mei 2015 (MINA) – Lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) bekerjasama dengan WANADRI setibanya di ibukota Nepal, Kathmandu, Senin (4/5), segera berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) segera melakukan penanganan medis di Distrik Satungal, 10 km barat Kathmandu.

Ketua tim dokter MER-C, Hadiqi Habib menyatakan timnya akan langsung bekerja untuk menangani korban gempa di Distrik Satungal, karena tim dari BNPB sudah melakukan evakuasi dan membuat rumah sakit darurat di tempat tersebut.

“Rombongan tim dokter tahap dua akan segera berangkat dari Jakarta setelah tim pertama melakukan assesment tempat untuk praktik bedah,” kata Hadiqi kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) yang mendampingi MER-C dalam misi tersebut.

Sementara itu, Direktur Tanggap Darurat BNPB untuk gempa Nepal, Junjungan Tambunan mengatakan warga Satungal sangat butuh bantuan medis. Ada 251 warga luka-luka, semuanya belum tertangani tindakan medis.

Secara khusus ada 52 pasien patah tulang, hingga kini belum ada yang sudah ditangani dengan baik. Menurutnya, pasien patah tulang sesuai dengan kemampuan tim yang membawa dokter bedah serta ahli ortopedi.

“Mereka belum tertangani serius. Sejauh ini, tim kesehatan Indonesia sementara ditempatkan di Rumah Sakit Kantipur,” kata Tambunan.

Pasien yang ditangani, lanjutnya, mencapai 10 orang.

“Kebutuhan obat-obatan dan bius, masih ada ketersediaan untuk 5-6 hari, jika status pasien berkisar 9-10 orang,” tambahnya.

Tim Indonesia juga berencana untuk mendirikan rumah sakit lapangan. Dari survei yang sudah dilakukan, ada dua lokasi yang dimungkinkan untuk mendirikan rumah sakit itu Satungal dan Kota Baktaphur.

Sejauh ini, pemerintah sangat berharap otoritas Nepal mengizinkan tim membuka layanan di Satungal.

Pilihan utama saat ini adalah RS Satungal yang berada di lokasi di mana 10.560 orang tinggal. Tim Indonesia dapat menawarkan penanganan medis dengan memadai dan cepat.

Tim Indonesia juga sudah mendirikan satu tenda sekolah untuk para pengungsi di sekolah Asha Vidayshram di Blaju, Katmandu, Nepal, dan berencana untuk mendirikan satu tenda lagi.

Tenda itu tidak hanya ditujukan untuk para pengungsi, tapi juga untuk murid-murid sekolah lokal yang bangunan sekolahnya sudah tidak lagi memadai, atas permintaan khusus kepala sekolah lokal tersebut.

Pengiriman Bantuan Terkendala

Sebelumnya, LSM Medecins Sans Frontieres mengatakan, peninjauan awal lewat udara menyimpulkan 65 desa di sekitar Kathmandu, ibukota Nepal, mayoritas hancur oleh gempa 7,8 skala ritcher yang disusul banyak gempa lebih kecil.

PBB mengatakan dalam sebuah laporan, diperkirakan delapan juta orang di 39 distrik telah terkena dampak gempa. Akses air dan sanitasi di kamp-kamp pengungsian di Kathmandu dan Bhaktapur menjadi masalah yang menjadi perhatian utama lembaga itu.

Sebanyak 160.786 rumah hancur dan 143.673 rumah telah rusak. UN OCHA memperkirakan 2,8 juta jiwa mengungsi dan lebih dari 3,5 juta jiwa yang membutuhkan bantuan pangan. Sekitar 70.000 rumah hancur dan 530.000 lainnya rusak.

Berdasarkan data Pemerintah Nepal, korban meninggal hingga berita ini ditulis berjumlah 7.365 jiwa, sementara itu 13.923 jiwa mengalami luka-luka.

Jumlah korban meninggal tertinggi tercatat di wilayah Sindhupalchowk (2.560 orang), Kathmandu (1.622 orang) dan Nuwakot. Bantuan negara-negara sahabat pun masih mengalir ke Nepal, termasuk Indonesia.

Bantuan di daerah Kathmandu dan Sindhupalchowk sudah cukup banyak, namun di daerah-daerah lain bantuan masih banyak diperlukan.

Terbatasnya akses jalan dan komunikasi ke daerah-daerah menyebabkan bantuan belum dapat didistribusikan dengan baik. Helikopter adalah kebutuhan mendesak yang diperlukan untuk mendistribusikan bantuan.

Operasi besar diperlukan untuk memastikan distribusi bantuan segera dengan berprinsip menjangkau korban dalam enam pekan ke depan, sebelum musim hujan.

Evakuasi WNI

Tim Indonesia selain memberikan bantuan darurat bagi korban gempa Nepal juga akan mengevakuasi WNI di Nepal.

Menurut Kementerian Luar Negeri RI, hingga saat ini masih ada 10 orang WNI yang belum dapat dihubungi.

WNI yang menetap di Nepal ada 31 orang, di mana 29 orang sudah dapat dihubungi dan dua orang belum dapat dihubungi.

WNI yang sedang berkunjung di Nepal saat gempa ada 66 orang, dimana 31 orang dapat dihubungi, delapan orang belum dapat dihubungi, dan 27 orang  sudah berada di luar Nepal dalam kondisi selamat.(L/R03/R05)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0