Oleh Siti Halimatus Sa’diyyah, Dosen STAI Al-Fatah, Cileungsi, Bogor
Curhat online dilakukan sebagian individu melalui media sosial. Umumnya lebih banyak dilakukan oleh kaum wanita. Ya, tidak sedikit wanita, termasuk para ibu, yang menghabiskan waktu untuk update status berisi pesan yang memilukan.
Fenomena ini dinilai psikolog sebagai keinginan untuk diperhatikan setelah lelah melakukan berbagai pekerjaan rumah.
Curhat di media sosial juga biasanya menjadi cara perempuan untuk mengekspresikan diri dengan tentu saja berbagai tujuan. Media sosial dianggap sebagai tempat pembuangan perasaan yang pas. Baik untuk berbagi peristiwa bahagia atau sebaliknya. Kemudahan mengakses internet dibanding berinteraksi secara langsung membuat sebagian wanita lebih senang curhat dimedia sosial.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Sosial media telah memberikan banyak kemajuan di berbagai bidang, termasuk ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan. Itu mengapa, kehadirannya seolah tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan seseorang.
Mengutip laman Buffer, ini karena setiap individu bebas mengekspresikan perasaannya di media sosial tanpa khawatir mendapatkan penilaian buruk dari orang lain. Hal ini mendorong mereka untuk terus menerus mengunggah status di media sosial.
Kaum perempuan hendaknya tidak mudah mengungkapkan segala curhatannya di media sosial tentang berbagai hal, tidak semua yang kita rasakan harus diketahui masyarakat luas, terlebih membuka aib pasangan yang sedang maraknya di media sosial kita.
Akhir-akhir ini, kita dapat lihat fenomena membuka aib pasangan secara terang-terangan sudah menjadi lumrah dalam masyarakat kita tanpa ada perasaan bersalah atau malu dengan apa yang mereka lakukan. Penyebaran aib makin meluas dengan menggunakan teknologi serba canggih.
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
Padahal Rasulallah Shalallahu alaihi wa salam mewanti-wanti dan meminta umatnya supaya menutup keaiban sendiri ataupun orang lain.
“Wahai manusia, siapa yang Islamnya hanya di lisan, maka iman tidak akan masuk ke hatinya. Janganlah kalian menyakiti sesama muslim, mencela mereka, dan membuka aib mereka. Karena siapa yang membuka aib saudaranya, maka Allah akan membuka aibnya. Dan siapa yang Allah buka aibnya, maka Allah akan mempermalukannya meskipun di dalam rumahnya.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Faktor Biologis & Psikologis
Riset yang dilakukan di Amerika Serikat menyebutkan bahwa wanita perlu mengeluarkan 20.000 kata dalam sehari, terlebih saat mengalami burnout. Hal ini dipicu oleh tingginya kadar protein FOXP2 pada otak wanita. Protein ini mengatur kemampuan berbicara dan bahasa. Jadi, tak heran jika wanita cenderung lebih banyak bicara dan gemar mendongeng termasuk curhat.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Tidak dipungkiri jika wanita adalah makhluk yang pandai mengingat, berbicara banyak hal, dan merekam berbagai peristiwa. Dari sisi psikologis, perempuan memang memiliki keunggulan mengolah kata dan berbahasa. Wanita lebih mampu menyampaikan perhatian lewat kata-kata, membaca postur tubuh, serta ekspresi wajah orang lain.
Apabila dilihat dari unggahan di media sosial, cara wanita menulis curahan hatinya pun beragam. Ada yang curhat menggunakan kata-kata kiasan, seperti puisi. Ada juga yang langsung menunjukan perasaan dan emosinya saat itu. Bahkan wanita bisa menuliskan curhatannya dalam bentuk cerpen.
Hindari Curhat
Ada beberapa hal yang tak boleh dan harus dihindari saat curhat. Di antaranya, di media sosial, di tempat umum baik itu secara tertulis maupun secara lisan.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Curhat atau cerita ke orang bukan ahlinya. Ada baiknya curhat kepada seorang yang ahli dengan masalah yang tengah dihadapi, misalnya psikolog atau ahli agama.
Hindari juga curhat kepada orang yang nanti dikhawatirkan menjadi fitnah, kepada orang yang tidak mengerti hukum agama, dan tidak boleh kepada orang yang sedang susah. Misalnya orang yang sedang kehilangan anak, kehilangan suami, kehilangan istri habis kebakaran rumahnya itu tidak boleh. Dia sendiri susah kok dicurhati. Itu tidak boleh, itu ada aturannya dalam Islam.
Saudarakau, jika hari ini diuji berarti kita adalah seseorang yang dipercaya oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Tuhan percaya bahwa kita mampu melewati ujiannya. Sesulit apapun jalannya akan terlewati juga. Sang Kuasa tidak pernah salah dalam menentukan garis takdir.
Kalau memang berat tentu pasti sangatlah berat, tapi ketika kita ikhlas menerima dan menjalaninya. Yakin campur tangan Allah Subhanahu wa ta’ala bekerja dengan sangat hebat. Bukan karena kita yang kuat. Justru Allah yang menguatkan di tengah badai kesulitan. Seperti janjiNya, bersama kesulitan ada kemudahan.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Kita diuji bukan karena Allah Subhanahu wa ta’ala marah, namun Allah ingin melihat hambanya menaruh harapan kepada siapa? Hidup tak pernah lepas dari pada yang namanya ujian.
Katakanlah ini pada diri sendiri. “Allah-ku, menemuimu adalah obat kesedihan, ibarat terlunaskannya sebuah pelukan. DenganMu, aku mendiskusikan banyak hal. Aku mengatakan pada-Mu apa yang didepan manusia tidak berani kuungkapkan. Dalam sujud, kuceritakan bebanku walau ku mengerti ,Engkau sudah tahu. Dalam Doa aku mengutarakan apa yang ku pinta. Dengan bahasaku, dihadapanMu aku bercerita. Aku punya bayangan, tapi pilihan darimu layak ku aminkan. Kini aku berlatih sering mengingatMu, karena ternyata meletakkanMu didadaku, itu adalah tenangku.”
Akhirnya, sesuatu boleh saja dituangkan di media sosial apabila bertujuan untuk mencegah kejahatan. Misalnya ada kezaliman atau sesuatu yang dianggap membahayakan, boleh ditulis supaya orang lain hati-hati terhadap itu. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga