Indonesia Perlu Serukan Konsep Ekonomi Syariah ke Negara-negara ASEAN

Foto: ASEAN2023 host fotografer

Labuan Bajo, MINA – Guru besar dari Universitas Andalas (Unand) Sumatra Barat (Sumbar) Prof Rika Ampuh Hadiguna meminta pemerintah Indonesia ikut menyerukan konsep ekonomi syariah pada negara-negara anggota ASEAN.

“Kita berharap itu (ekonomi syariah) dimulai dari kawasan ASEAN agar bisa mendunia,” kata Rika Ampuh Hadiguna seperti dikutip dari Infopublik.id, Kamis (11/5).

Guru besar bidang ilmu sistem logistik tersebut mengatakan sebelum konsep ekonomi syariah masuk pada tataran global, maka negara-negara ASEAN terutama Indonesia terlebih dahulu harus bisa meyakinkan bahwa gagasan itu sukses di kawasan yang penduduknya bukan mayoritas muslim.

“Jika Indonesia bisa mendorong ekonomi atau keuangan syariah, maka bisa menjadi contoh bagi kawasan lain yang lebih luas,” ujarnya.

Namun, melihat kondisi saat ini, ASEAN dinilai belum mampu mengeksploitasi pasar produk halal dan sistem ekonomi syariah. Padahal, terdapat potensi besar. Berdasarkan laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) bertajuk The Muslim 500 edisi 2023 menunjukkan jumlah populasi muslim di Indonesia mencapai 237,55 juta jiwa.

Baca Juga:  Libya Gabung dengan Afsel Adukan Genosida Israel ke ICJ

Malaysia menempati peringkat kedua dengan jumlah penduduk muslim 19,84 juta jiwa, Filipina di peringkat ketiga dengan populasi muslim sebesar 6,12 juta jiwa, Thailand 3,76 juta jiwa dan Myanmar 2,33 juta jiwa.

Pengajar mata kuliah Perencanaan dan Pengendalian Logistik Unand tersebut menyebutkan dari jumlah populasi penduduk ASEAN sekitar 668,61 juta jiwa, sekitar 40 persen merupakan populasi muslim.

“Jumlah itu adalah pasar yang sangat potensial dengan kesadaran masyarakat muslim yang terus meningkat untuk produk-produk halal dan keuangan syariah,” jelasnya.

Menurutnya, terdapat beberapa faktor yang mungkin memengaruhi ASEAN tidak mendukung ekonomi syariah secara langsung di antaranya kebijakan pemerintah, persaingan ekonomi, kurangnya kesadaran, perbedaan konsep, dan kurangnya standar pengoperasian.

Baca Juga:  Perkemahan Pro-Palestina di Oxford University Berlanjut Hari ke-5

Ia mengatakan beberapa negara di wilayah ASEAN memiliki sistem ekonomi yang cukup terbuka dan mungkin melihat filosofi ekonomi syariah sebagai ancaman. Konsep ekonomi syariah sering kali berbeda dengan sistem ekonomi konvensional yang umum diterapkan di beberapa negara di ASEAN

Selain itu, standar internasional untuk produk-produk ekonomi syariah dan lembaga keuangan syariah dinilai masih belum dikembangkan secara baik. Hal tersebut bisa juga menjadi kendala bagi ASEAN untuk mendukung ekonomi syariah secara keseluruhan.

Meskipun demikian, beberapa negara di ASEAN sudah mulai menunjukkan minat pada sistem ekonomi syariah seperti Singapura, Malaysia, dan Indonesia yang telah memulai beberapa inisiatif untuk mendukung pengembangan ekonomi syariah.

“Presiden harus menyampaikan bahwa ada sistem perekonomian alternatif yang secara mikro sudah diterapkan beberapa negara yang penduduknya mayoritas muslim,” kata Prof Rika Ampuh.

Baca Juga:  Universitas Barcelona Akhiri Hubungan dengan Israel

Menurutnya, jika kepala negara berhasil meyakinkan negara-negara ASEAN tentang ekonomi syariah, maka stigma atau pandangan negatif tentang isu terorisme yang selama ini kerap dikaitkan dengan islam akan terbantahkan.

“Ini bagus ya untuk memengaruhi pandangan global apalagi itu disampaikan oleh kepala negara,” katany.

Guru besar bidang ilmu sistem logistik tersebut melihat potensi pengembangan ekonomi syariah sangat potensial. Hal itu dikarenakan jumlah populasi umat Islam tergolong besar.

“Yang perlu ditonjolkan bukan Islam, tapi menonjolkan konsep yang bersumber dari islam,” ujarnya.

Tujuannya, agar para kepala negara anggota ASEAN melihatnya dari sisi kebenaran (rasionalitas) konsep ekonomi syariah yang saling menguntungkan.

Selain itu, konsep atau gagasan ekonomi syariah tersebut sejatinya juga sejalan dengan tema Presidensi G20 yakni recover together, recover stronger. (R/RE1/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: sajadi

Editor: Rudi Hendrik