Ingin Husnul Khatimah, Baca Doa Ini

Oleh Bahron Ansori, jurnalis MINA

Setiap Muslim pasti ingin wafat dalam keadaan akhir hayat yang baik (). Sebab wafat dalam keadaan husnul khatimah adalah awal yang baik bagi seorang muslim untuk menjalani ‘kehidupan’ selanjutnya di akhirat. Husnul khatimah harus diperjuangkan oleh setiap muslim dengan berbagai upaya agar Allah Ta’ala ridha kepadanya kelak saat akhr hayatnya dalam keadaan yang baik.

Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh setiap muslim untuk mendapatkan akhir hayat yang baik adalah dengan memperbanyak kepada Allah Ta’ala. Salah satu doa yang diajarkan oleh Nabi SAW adalah doa sebagai berikut.

Inilah doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW,

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِي آخِرَهُ، وَخَيْرَ عَمَلِي خَوَاتِيمَهُ، وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ فِيهِ.

“Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku adalah umur yang terakhirnya, sebaik-baik amalku adalah amal-amal penutupannya dan sebaik-baik hariku adalah hari saat aku menghadap-Mu.” (HR. Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath).

Ini adalah doa yang indah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya agar bisa diamalkan. Wasilah doa itu, maka kelak Allah Ta’ala akan mewafatkan kita dalam keadaan husnul khatimah, insya Allah. Wafat dalam keadaan akhir kematian yang baik adalah sejatinya puncak prestasi seseorang sepanjang menjalani kehidupannya di dunia.

Maka tak heran ada ulama yang mengatakan bahwa puncak dari perjuangan hidup seorang muslim itu ada di akhirnya, yaitu bagaimana kelak ia di akhir hayatnya kembali kepada Allah dalam keadaan husnul khatimah.

Ustadz Ahmad Maududi Lc MA, Pimpinan Insan Cendekia Boarding School (ICBS) Payakumbuh pernah berkata, husnul khatimah tidak akan didapatkan secara otomatis begitu saja. Meski ada hadits Nabi SAW yang mengatakan,

من كان آخرُ كلامهِ لا إلهَ إلَّا اللهُ دخل الجنَّةَ

“Siapa yang di akhir hayatnya bisa mengucapkan la ilaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah), maka ia masuk surga.” (HR Abu Daud).

Menurut Maududi, husnul khatimah lahir dari amalan-amalan yang istiqamah. “Tidak mungkin orang yang selama hidupnya ingkar kepada Allah, tiba-tiba saja menjelang meninggal lancar saja lidahnya mengucapkan la ilaha illalah. Orang yang bisa mengucapkan la ilaha illallah jelang meninggal adalah orang yang selama hidupnya memang istiqamah melafazkan zikir-zikir itu,” katanya.

Istiqamah beramal adalah kunci

Karena itu, istiqamah menjadi kunci untuk meraih husnul khatimah. Bagaimana seseorang agar bisa beribadah dan beramal dengan istiqamah? Setidaknya ada beberapa langkah yang harus ditempuh menurut para ulama antara lain sebagai berikut.

Bagaimana caranya agar kita sitiqamah dalam ketaatan dan kebenaran? Setidaknya ada empat hal yang harus dilakukan antara lain sebagai berikut.

Pertama, Istiqamah harus berdasarkan ilmu. Seorang muslim harus selalu berubah untuk menjadi lebih baik. Jangan bertahan dan diam dalam kesalahan dan kebodohan. Karena itu seorang muslim dituntut harus selalu menuntut ilmu dengan mendatangi majlis-majlis ilmu, membaca kitab yang menunjang ke arah terwujudnya istiqamah. Semakin tinggi ilmu, peluang untuk istiqamah semakin besar.

Kedua, carilah teman dengan membuat jaringan. Kita tidak mungkin bisa berkembang menjadi lebih baik dan istiqamah jika orang-orang di sekitar kita bukan orang-orang yang tidak sefaham dan sejalan. Maka di sinilah perlu ada semacam jaringan atau sistem. Ibarat bisnis MLM, maka untuk membangun keistiqamahanpun kita memerlukan jaringan.

Kita tidak mungkin bisa benar dan berdiri sendiri tanpa ada teman yang selalu mendorong dan menjadi teladan motivasi bagi kita untuk terus istiqamah. Dengan kata lain, seorang muslim itu perlu bergaul bukan menutup diri. Dari pergaulan itu dia bisa memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk untuk nutrisi imannya.

Ketiga, fahami bahwa setiap konsekuensi pasti berbuah resiko dan hasil. Seoranag muslim harus faham benar apa resiko yang akan ia dapat jika mengamalkan syariat Islam ini tidak istiqamah. Sebaliknya, fahami benar dengan ilmu apa yang akan diraihnya jika ia menjalankan ajaran syariat ini dengan istiqamah.

Jika seorang muslim sudah bisa membangdingkan antara resiko dan hasil dari istiqamah, maka tentu muslim yang baik adalah yang berusaha untuk istiqamah dalam amal kebaikan, bukan sebaliknya.

Keempat, mempertahankan prinsip dalam menghadapi resiko. Agar istiqamah seorang muslim harus mampu dan bisa mempertahankan prinsip atau komitmen dalam menghadapi resiko. Para sahabat sangat istiqamah dalam berjuang, walaupun sulit dan penuh bahaya, karena mereka tahu apa ujung dari cerita perjuangannya itu. Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, kalau saya beriman kepada Allah dan engkau, dan saya berjuang untuk Islam, apa keuntungan yang saya dapatkan?” Beliau menjawab, “Di dunia kamu akan bahagia, dan di akhirat kamu akan mendapat surga. Sahabat itu kemudian berkata, “Wahai Rasul, dua hal itu sudah cukup bagi saya.

Karena itu, mari kita berdo’a dengan istiqamah agar Allah akhirkan kehidupan kita kelak dalam keadaan husnul khatimah seperti doa yang telah diajarkan oleh Imam Hasan al-Bashri mengajarkan sebuah do’a,

اَللهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِىْ وَخَيْرَ عَمَلِىْ خَوَاتِمَهُ وَخَيْرَ اَيَّامِىْ يَوْمَ لِقَآئِكَ

“Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik amalan kami sebelum ajal (menjemput) kami, dan jadikanlah sebaik-baik hari (bagi) kami adalah hari ketika kami berjumpa dengan-Mu.” Wallahua’lam.(A/RS3/RS2)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.