Israel Blokade 25 Ribu Warga Desa Qatabiya

qabatiya mee
Salah satu akses masuk ke Desa Qabatiya, Palestina (MEE)

Al-Quds, 29 Rabi’ul Akhir 1437/8 Februari 2016 (MINA) – Pihak keamanan dilaporkan memblokade Desa Qatabiya, di distrik utara Tepi Barat, Jenin, yang memiliki penduduk 25.000 jiwa, dari semua akses ke dalam dan keluar desa itu, setelah tiga warga desa menewaskan seorang perwira Israel.

Pasukan Israel menutup Qabatiya sejak Rabu (3/2), setelah tiga pemuda setempat menyeberang ke wilayah Israel secara ilegal, dan diduga menembak mati seorang perwira polisi Israel (19 tahun) di Al-QudsTimur.

Tiga pemuda Palestina itu akhirnya ditembak mati di tempat kejadian oleh pasukan Israel.
Sejumlah tujuh pintu akses keluar-masuk desa semuanya telah diblokir dengan gundukan besar tanah galian, sebagai hukuman kolektif warga.

Seorang juru bicara militer Israel mengatakan kepada Middle East Eye (MEE), desa akan ditutup selama setidaknya satu bulan, dan akan dibuka kembali setelah penilaian situasi dianggap kondusif.

Walikota Desa Qabatiya, Mahmoud Kameel, menyebut tindakan hukuman kolektif oleh pasukan Israel itu termasuk rendah budi.

“Menghukum 25.000 orang karena tindakan tiga remaja laki-laki, di negara apa itu, ini tidak masuk akal,” kata Kameel.

“Puluhan ribu jiwa tidak melakukan apa-apa, tapi mereka di sini mereka terjebak akibat terblokade di rumah mereka sendiri. Mereka tidak bisa bekerja dan entah tidak bisa hidup, karena Israel telah memilih untuk menghukum puluhan ribu atas tindakan tiga anak laki-laki,” lanjutnya.

Sari Bashi, juru bicara Human Rights Watch, mengatakan bahwa tindakan menutup pintu masuk ke sebuah desa untuk waktu yang singkat, untuk menangkap tersangka, bisa saja.

Namun, itu tidak bisa jika penutupan itu berdampak pada risiko menjadi tidak proporsional, atau bahkan ukuran yang dikenakan untuk alasan hukuman kolektif. Sementara remaja yang dianggap pelaku sudah di tempat di tempat oleh pasukan Israel sendiri.

Pemerintah Israel sebelumnya telah mengatakan bahwa penutupan desa Palestina adalah utuk menghalangi kemungkinan serangan berikutnya.

Ahmad Mohammed Kameel, ayah dari salah satu dari tiga remaja yang ditembak Israel, mengatakan anaknya tidak terlibat apapun dalam gerakan politik. Namun tekanan penjajahan Israel menjadi titik puncak pemicunya, mengadakan perlawanan untuk memerangi penjajahan.

Ahmad tidak menyesali tindakan anaknya, bahkan ia mengatakan, “Setiap warga Palestina akan merasa terhormat untuk menjadi martir bagi keluarga mereka, walau ada perasaan kehilangan”.
“Saya sangat berterima kasih atas dukungan dari warga desa saya. Semua orang tahu mereka akan melalui ini bersama anak saya dan teman-temannya,” ujarnya.

Ia pun menambahkan dirinya diap bertangung jawab sebagai ayah Muhammad, tapi tidak menyangkut ribuan orang.

Pembongkaran Rumah

Sementara pasukan Israel telah mengeluarkan perintah pembongkaran rumah milik Ahmad dan keluarganya serta dari dua remaja lain yang terlibat dalam serangan itu.

“Kami sebenarnya tetap tidak menerima tindakan Israel menghancurkan rumah keluarga saya, tapi itu hanya sebuah rumah, anak saya jauh lebih penting. Kami tidak berpikir tentang rumah sekarang,” kata Ahmad.

Sementara Ahmad bersiap menerima kenyataan rumahnya akan dihancurkan, para pemuda desa telah bersumpah untuk tidak membiarkan pembongkaran terjadi tanpa perlawanan.
Para pemuda tampak membuat barikade di semua jalan Qabatiya yang menuju rumah Ahmad.

Mereka berjaga-jaga dengan bersenjatakan batu dan bom bensin. Ban pun dibakar di jalan-jalan hingga mengeluarkan asap membumbung tinggi. (T/P4/P2 )

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.