JAMAAH MUSLIMIN (HIZBULLAH): PERISTIWA SINGKIL HENDAKNYA DILIHAT SECARA KOMPREHENSIF

Bustamin Utje
Bustamin Utje
Amir Majelis Ukhuwah Pusat Muslimin , Bustamin Utje.(Foto: Jamilah/MINA)

Jakarta, 3 Muharram 1437/16 Oktober 2015 (MINA) – Jamaah Muslimin (Hizbullah) mengimbau semua pihak menyikapi bentrokan di dilihat dalam perspektif yang komprehensif dan mengedepankan fakta yang benar dan tidak serta merta diterima sebagai pembakaran gereja yang dibesar-besarkan oleh sejumlah media massa.

Jamaah Muslimin (Hizbullah) juga menghimbau media massa agar bekerja secara profesional dan bertanggungjawab sehingga tidak tergelincir pada pemberitaan yang tidak berimbang, tidak adil apalagi manipulatif yang dapat merugikan seseorang atau kelompok tertentu.

Amir Majelis Ukhuwah Pusat Jamaah Muslimin (Hizbullah), Bustamin Utje mengatakan,  pemberitaan yang tidak berimbang selama ini sering mengakibatkan kerugian pada pihak ummat Islam yang melekat padanya berbagai stigma negatif seperti anti toleransi, pelaku kekerasan dan pemaksaan, anti demokrasi bahkan pendukung terorisme.

“Media masa diingatkan tetap menjaga integritasnya dan tidak menjadi corong pemecah belah bangsa,” tegas Bustamin dalam keterangan persnya kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat (16/10).

Dia mendesak seluruh aparat penegak hukum untuk menyelesaikan proses hukum atas kejadian tersebut dengan mengedepankan keadilan dan kemanusiaan serta tidak terpengaruh oleh berbagai tekanan dari dalam maupun luar lokasi kejadian.

Bustamin menghimbau para tokoh di Aceh dan di mana saja berada agar menunjukkan rasa bertanggung jawab dan mengedepankan kejujuran dalam hal pendirian rumah ibadah maupun dalam penyelenggaraan kehidupan beragama lainnya apalagi yang berkenaan dengan gesekan kepentingan dengan komponen masyarakat lainnya.

Umat Islam Waspada

Dia juga mengingatkan umat Islam agar bersikap waspada terhadap segala bentuk tipudaya di balik peristiwa tersebut yang dilancarkan pihak-pihak yang ingin memprovokasi agar terpancing kemarahannya dan melakukan tindakan penyerangan terhadap sasaran-sasaran non muslim.

“Setiap aksi kaum muslimin sekecil apapun yang terkait instalasi milik warga nonmuslim akan sangat rawan untuk dijadikan alat memojokkan kaum muslimin sebagai pihak yang anti toleransi keberagamaan di Indonesia,” ujarnya.

Padahal, lanjut dia, pada kenyataannya justru terjadi berbagai pelanggaran terhadap prinsip-prinsip toleransi keberagamaan bahkan terhadap ketentuan hukum yang berlaku yang dilakukan oleh umat beragama lain termasuk dalam hal pendirian rumah ibadah.

Islam mengajarkan ummatnya untuk tidak merusak bahkan melindungi rumah-rumah ibadah milik ummat beragama lain.

Ia mengutip firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Quran surat Al-Hajj ayat 40 yang artinya, “(Yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”

Sementara untuk para korban dia menghimbau agar menyikapi musibah itu dengan ikhlas dan lapang dada serta menunjukkan kebesaran jiwa dan kemuliaan akhlaq dengan mengedepankan ketaatan kepada hukum dan norma-norma yang berlaku.(L/R05/R03)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.