Kesaksian Tentara Israel Atas Kehebatan Hamas Jebol Tembok Canggih

(foto: Ma'an News)

Tel Aviv, MINA – Tentara wanita Israel yang bertugas dalam misi pengawasan dekat Permukiman Ilegal Nahal Oz, Ashkelon, Israel, menceritakan deretan pengalaman pertama saat menyaksikan pejuang perlawanan Palestina menjebol tembok pemisah Gaza-Ashkelon yang terbuat dari besi dilapisi perangkat canggih Israel pada Sabtu (7/10) pagi lalu, ketika Operasi Al-Aqsa Flood dimulai.

yang tidak disebut namanya itu menceritakan pengalamannya kepada media Times of Israel, pejuang Palestina menerobos pagar tembok dengan sangat cepat dan menguasai pangkalan militer angkatan darat pendudukan selama 7 jam penuh, dilansir dari Ma’an News, Kamis (13/10).

Ia mengkonfirmasi, selama penembakan ribuan roket dari Jalur Gaza ke pemukiman ke Ashkelon berlangsung selama satu jam penuh, tentara pendudukan berlindung, sementara pejuang perlawanan Palestina memasuki pangkalan tersebut, dengan mengatakan, “Saya berlari tanpa alas kaki ke tempat perlindungan, dan setelah satu jam, kami mulai mendengar suara-suara dalam bahasa Arab, dan mereka mulai menembak di pintu masuk.”

Tentara wanita tersebut mengatakan bahwa pangkalan militer pendudukan selama berjam-jam berubah dikuasai kamp perlawanan Palestina sampai unit tentara khusus memulihkannya kembali.

“Pertempuran Al-Aqsa Flood” dimulai dengan kedok rentetan rudal yang menargetkan wilayah pendudukan ilegal Israel, dan termasuk menembak penembak jitu Israel, menjatuhkan bahan peledak dari drone di menara observasi dan komunikasi Israel, dan menggunakan buldoser untuk merobohkan pagar tembok perbatasan yang tingginya 6 meter.

Lebih dari 1.500 pejuang perlawanan dengan cepat menyusup menggunakan truk pickup, sepeda motor, dan lainnya bergabung dengan mereka menggunakan paralayang bermotor dan speedboat di laut.

Tentara wanita Israel kedua yang menyaksikan juga mengatakan, “Saya tidak pernah berpikir, saya akan menyaksikan seperti ini selama pengawasan. Saya melakukan yang terbaik sampai seorang penembak jitu mengenai sistem pengawasan kami.”

Tentara wanita ketiga yang juga ditempatkan di titik pengawasan mengatakan, “Para pejuang perlawanan mulai menembaki kamera pengintai, dan masalah tersebut mencapai titik di mana kami tidak dapat lagi memantau perbatasan.”

“Laporan mulai berdatangan tentang infiltrasi, termasuk kerumunan pejuang perlawanan, sesuatu yang gila, dan kami diberi tahu bahwa satu-satunya pilihan kami adalah… lari ke ruang operasi untuk menyelamatkan nyawa kami,” ujar tentara ketiga tersebut.

“Pasukan keamanan Israel tidak tahu harus mulai dari mana. Ada banyak perlawanan, dan banyak hal yang terjadi,” tambahnya.

Sebelumnya, pada Sabtu, Panglima Brigade Al-Qassam, sayap militer gerakan , Muhammad al-Deif, mengumumkan dimulainya Operasi Al-Aqsa Flood sebagai gerakan perlawanan Palestina untuk mengakhiri sebuah “pelanggaran Israel” yang sudah mengakar sejak puluhan tahun terhadap rakyat Palestina. (AT/R5/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.