Khutbah Idul Adha, Imaam Yaksha Sampaikan Enam Faktor Keistimewaan Idul Adha

Imaamul Jama'ah Muslimin, KH. Yakshallah Mansur menyampaikan Khutbah Idul Adha 1444, di Lapangan Gaza, Komplek Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-fatah, Negararatu, Natar, Lampung Selatan. Doc : Habib Hizbullah, MINA (28/6).

Al-Muhajirun, MINA – Pimpinan Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah, Imaam Jama’ah Muslimin Yakshallah Mansur mengatakan, ada enam faktor yang menjadi alasan Idul Adha lebih agung dari Idul Fitri

“Keistimewaan pertama yakni sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Q.S. Al-Fajr, dan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Abu Dawud dan Tirmidzi, bahwa beramal shalih di 10 hari awal Dzulhijjah lebih dicintai Allah dibandingkan hari-hari lainnya,” kata Imaam  Yaksha dalam Khutbah Idul Adha di lapangan Gaza , Negararatu, Natar.  Rabu, (28/6).

Keistimewaan yang kedua ia mengatakan, satu hari sebelum Idul Adha yang bertepat pada 9 Dzulhijjah kaum Muslimin dari seluruh dunia berkumpul di Arafah, merekonstruksi sejarah, di mana saat itu 83 hari sebelum wafatnya Rasulullah, beliau berkhutbah di hadapan lebih dari 114 ribu jamaah.

“Hal ini menjadi satu isyarat bahwa sebenarnya kaum Muslimin adalah satu, tidak dipisahkan dengan negara dan bangsa, tidak dibedakan dengan warna kulit dan bahasa. Di mana pun kaum Muslimin berada adalah bersaudara. Oleh karena itu, sudah sepantasnya menyambut seruan beliau; Talzamu Jamaa’atal Muslimiina wa Imaamahum yang artinya, “Tetapilah olehmu Jama’ah Muslimin dan Imaam Mereka,” jelasnya.

“Dan yang ketiga, adanya hari penyembelihan yang berlangsung hingga 4 hari dari 10-13 Dzulhijjah, dalam hal ini Rasulullah bersabda: Hari-hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari penyembelihan, kemudian hari (mabit) di Al-Qarra (Mina).” (Hari Al-Qarr, adalah ‘hari menetap’, yakni tanggal 11 Dzulhijjah, orang-orang yang mengerjakan ibadah haji bermalam dan menetap atau Mabit di Mina.

Selanjutnya Imaam mengatakan, keistimewaan keempat di hari Idul Adha adalah, pembacaan takbirnya lebih lama dibandingkan saat Idul Fitri yang hanya berlangsung satu hari di tanggal 1 Syawwal, sedangkan Idul Adha dari tanggal 9 Dzulhijjah ba’da Shubuh sampai dengan tanggal 13 Dzulhijjah ba’da Ashar di hari Tasyrik. Dan bahkan secara umum, boleh dari tanggal 1 Dzulhijjah,” jelasnya.

“Faktor yang kelima, jika Idul Adha lebih kuat terasa Islam rahmatan lil ‘alamiin, menjadi rahmat bagi seluruh alam, terutama saat pembagian daging kurban karena daging kurban bisa dibagikan kepada semua kalangan, semua agama dan bahkan orang atheis sekalipun,” ujarnya.

Dan keistimewaan yang terakhir, ia menjelaskan bahwa Dzulhijjah ini merupakan bulan terakhir dalam tahun Hijriyah, sebagai momen yang tepat untuk mengevaluasi diri, rekapitulasi amal, muhasabah dan introspeksi.

Hal ini dijelaskan hadits riwayat Imam Tirmidzi sebagai berikut: “Orang yang cerdas adalah orang yang selalu mengintrospeksi diri dan beramal untuk setelah kematiannya. Orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan saja kepada Allah”. (L/ara/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.