KHUTBAH IDUL FITRI 1435 : RAIH KEMENANGAN DENGAN BERJAMA’AH

Ali Farkhan Tsani (Arsip).
Ali Farkhan Tsani (Arsip).

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Alumni Mu’assasah Al-Quds Ad-Dauly Yaman

اللهُ أَكْبَرُ،  اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا. لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلّا إِيّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْن وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْن، وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْن، وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْن. لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ،لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْد.إِنّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا، أَشُهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، اللّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحَمَّدٍ أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن،

أَماَّ بَعْدُ. فَيَااَيُّهَا الْعَائِدُوْنَ وَالْفَائِزُوْنَ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا الله حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطّانِ الرَّجِيْم بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْموَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى.وقال النبي صلى الله عليه وسلم. أَنَا أّمُرُكْم بِخَمْسٍ أَللهُ أَمَرَنِى بِهِنَّ : بِاْلجَمَاعَةِ وَالسَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ وَ الْهِجْرَةِ وَ اْلجِهَادِ فِى سَبِيْلِ اللهِ.  صدق الله العظيم وصدق رسوله النبي الكريم ونحن على ذلك من الشاهدين والشاكرين والحمد لله رب العلمين.

Ma’asyiral muslimin wal muslimat, rahimakumullah. Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi-Nya, Sang Pemilik jagat raya,  pemelihara langit cakrawala, dan bumi seisinya, kasih sayang-Nya tak terkira dan tak terhingga. Karunia-Nya mengiringi, derap langkah kaum muslimin pagi ini,  berkumpul bersama hadiri shalat Idul Fithri, seraya berharap ridha ilahi. Sungguh bahagia segenap insani, yang telah menikmati berkahnya Ramadhan secara hakiki. Semoga kita terpilih di antara hamba-hamba-Nya mukmin sejati. Amin. Idul Fithri, merupakan rangkaian penutup dan pamungkas dari rangkaian ibadah shaum Ramadhan. Mulai dari pelaksanaan rukyatul hilal di akhir Sya’ban, hingga ru’yatul hilal di akhir Ramadhan, menunaikan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan. Sehingga dengan “iimaanan wahtisaaban”, kita yakin dan penuh pengharapan. Semoga puasa kita adalah puasa yang dikabulkan. Shalat kita adalah shalat yang diperkenankan. Zakat shadaqah kita adalah zakat shadaqah yang diabadikan. Tadarrus Al-Quan kita adalah tadarrus yang berbalas ganjaran. Serta seluruh rangkaian ibadah sepanjang hari-hari Ramadhan adalah ibadah yang tercatat dalam timbangan kebaikan. Aamiin, yaa robbal ‘aalamiin.

Hadirin rahimakumullaah,…..

Wasiat Taqwallah 

Selanjutnya, khatib menyampaikan wasiat taqwallah. Marilah kita pelihara kualitas taqwa tanpa putus asa dan keluh kesah. Dalam suka maupun duka, bahagia maupun sengsara, miskin atau kaya, sendiri atau bersama-sama, sejak muda hingga tua, tetap dalam taqwallah. Hal ini Karena, derajat mulianya manusia di sisi rabb-Nya, adalah karena taqwanya semata. Bukan kekayaan harta yang dikumpulkannya, bukan pula penampilan fisik atau baju baru yang dipakainya, juga tidak karena tingginya pangkat jabatan yang didudukinya. Akan tetapi semata-mata karena taqwanya, keistiqamahannya menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Sesuai dengan firman-Nya :

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَـٰكُم مِّن ذَكَرٍ۬ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ شُعُوبً۬ا وَقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوٓاْ‌ۚ إِنَّ أَڪۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَٮٰكُمۡ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ۬

Artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. “. (Q.S. Al-Hujurat [49] :13).

Taqwa kepada Allah inilah hasil yang diharapkan dari ibadah shaum Ramadhan sebulan penuh kemarin. Seperti firman-Nya :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian shaum sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah [2] : 183). Sebaliknya, barangsiapa meninggalkan taqwa, malah justru berpaling dari ketha’atan kepada Allah. Maka, kehidupanya menjadi sempit. Seperti peringatan Allah :

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

Artinya : “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dia pada Hari Kiamat nanti dalam keadaan buta”. (Q.S. Thaha [20] :124). Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menjaga Allah, menjaga aturan-aturan-Nya, agar Allah pun berkenan menjaga kita.

احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ وَ إِذَا سَأَلَكَ فَاسْأَلِ اللهَ تَعَالىَ وَ إِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ عَزَّ وَجَلَّ

Artinya : “ Jagalah (perintah) Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah (perintah) Allah, nanti engkau akan mendapatinya di hadapan engkau. Apabila engkau meminta, mintalah kepada Allah, dan apabila engkau mohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah ‘Azza Wajalla.” (H.R. AT-Tirmidzi).

Kaum Muslimin-Muslimat yang berbahagia,…..

Makna Hari Raya

Hari Raya ‘Idul fithri merupakan agenda terakhir dari seluruh rangkaian ibadah Ramadhan. Namun itu bukanlah saat-saat berakhirnya peluang untuk berbuat kebaikan. Justru sebaliknya, bahwa ‘Idul Fihtri merupakan saat awal memulai kehidupan baru dengan hati yang baru dan semangat yang baru pula, aqidah dan iman yang baru. Bukan semata baju dan kain yang baru. Seperti dikatakan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azis

لَيْسَ الْعَيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ, إِنَّمَا الْعَيْدُ لِمَنْ خَافَ يَوْمَ الْوَعِيْدِ 

Artinya : “BukanlahHari Raya ‘Id itu bagi orang yang memakai pakaian baru. Akan tetapi Hari Raya ‘Id adalah bagi orang yang  takut dengan hari pembalasan”. Berkata pula yang lain :

لَيْسَ الْعَيْدُ لِمَنْ تَجَمَّلَ بِالرُّكُوْبِ, إِنَّمَا الْعَيْدُ لِمَنْ غُفِرَتْ لَهُ الذُّنُوْبُ 

Artinya : “Bukanlah Hari Raya ‘Id itu buat yang memiliki kendaraan mewah. Akan tetapi Hari Raya ‘Id itu adalah untuk orang yang dosanya terampuni”. Imam Hasan al-Bashri bahkan menyebutkan :

كُلُّ يَوْمٍ لَا يُعْصَى اللهُ فِيْهِ فَهُوَ عَيْدٌ، وَكُلُّ يَوْمٍ يَقْطَعُهُ الْمُؤْمِنُ فِيْ طَاعَةِ مَوْلَاهُ وَذِكْرِهِ وَشُكْرِهِ فَهُوَ لَهُ عَيْدٌ

Artinya : “Setiap hari yang di dalamnya tidak ada kedurhakaan kepada Allah, maka itulah hari raya.Dansetiap hari di mana seorang mukmin tetap berada dalam kethaatan kepada Tuhannya serta senantiasa berdzikir dan bersyukur kepadaNya, maka bagi dia hari itulah adalah hari raya”. Adapun secara hubungan sosial, maka dengan adanya Hari Raya ‘Idul Fithri, maka terbukalah pintu saling memaafkan, leburlah segala dendam berkepanjangan, serta berganti menjadi saling bersaudara karena Allah. Allah pun menyebutnya di dalam ayat :

خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَـٰهِلِينَ

Artinya : ”Jadilah engkau pemaaf dan serulah (manusia) mengerjakan yang makruf (baik) dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS Al-A’raf [7] : 199). Ketika turun ayat tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya kepada Malaikat Jibril, ”Apakah maksud ayat ini, wahai Jibril?” Lalu, Malaikat Jibril pun menjawab, ”Sesungguhnya Allah menyuruhmu memaafkan orang yang telah mendzalimimu dan bersilaturahim terhadap orang yang memutuskan hubungan denganmu.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menyatakan, yang artinya : “Orang yang murah hati dan berakhlak baik selalu berada di bawah lindungan Allah. Allah selalu dekat dengan mereka dan akan membimbing mereka menuju kebahagiaan. Tidak ada seorang yang adil yang tidak memiliki sifat pemurah dan kasih sayang”.

Subhaanallaah. Allaahu Akbar Walillaahil hamd. Jama’ah Muslimin yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah,

Lebaran di Palestina

Lebaran ‘Idul Fitri tahun ini, diawali dengan berita menyedihkan, menyakitkan sekaligus memberikan peringatan buat kita semua. Yakni penjajahan dan serangan membabi buta dari Zionis Israel terhadap warga di sepanjang Jalur Gaza. Bukan hanya warga sipil tak berdosa dari kalangan bayi, anak-anak, kaum wanita hingga orang-orang lanjut usia.

Namun juga, tanpa hati nurasi sama sekali, mereka menghancurkan masjid-masjid Allah, pemukiman warga, rumah-rumah sakit, sekolah, fasilitas umum, dan sebagainya. Satu sisi mereka seolah-olah dapat berbuat sekehendak mereka. Namun sesungguhnya itu menunjukkan ketakutan luar biasa mereka dan ketangguhan para pejuang Palestina.

Berikut kita simak Tausiyah Tokoh Pejuang Palestina, Syaikh Dr. Khalid Misy’al. “Kami ucapkan selamat kepada para syuhada, khususnya yang menjadi syuhada pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Semoga Allah melaknat siapapun yang membunuh para syuhada dan siapapun yang mendukung para pembunuh tersebut. Ini membuktikan bahwa Netanyahu memang telah gagal dan kalah, sejak mereka menuduh Hamas menculik tiga warga mereka. 

Kita semua mengetahui cerita bohong yang dibuat oleh Zionis Israel, serta kemunafikan dunia internasional, yang harusnya melakukan investigasi. Netanyahu merasa begitu saja dapat menginjak-injak kami. Ternyata tidak, karena kami memiliki pahlawan-pahlawan di medan jihad, ada Pasukan al-Qassam, Brigade Al-Quds, Tentara Khusus Abu Ali Musthafa, dan gerakan perjuangan lainnya. Justru, waktu membuktikan bahwa di luar dugaan merekalah yang kalah telak. Mereka baru tahu bahwa Gaza ternyata jauh lebih kuat dari yang mereka perkirakan. Rakyat Palestina ternyata lebih kuat dari penjajahnya. Lebih dari itu, di medan tempur mereka mengakui bahwa para pejuang kami ternyata jauh lebih kuat, lebih hebat, lebih gagah berani dan memiliki kemampuan melebihi pasukan mereka. Dengan kata lain, para pejuang Palestina ternyata lebih kuat dari tentara pasukan penjajah Zionis Israel”.

Gaza adalah tanda dan contoh…. Gaza adalah bukti dari Allah…., untuk dunia umumnya, dan untuk negara Arab dan kamu muslimin khususnya. Maka, tidak ada lagi alasan bagi seorang pun di muka bumi ini untuk berkata, “saya tidak bisa”, karena ternyata Gaza saja telah mampu bertahan dalam tiga perang terakhir. Inilah Gaza….!!! Saya katakan di sini bahwa saya, saudara-saudara saya para pejuang, serta seluruh warga di seluruh Jalur Gaza, adalah tebusan bagi para syuhada kami. 

Demi Allah ! Kami  dan seluruh saudara-saudara kami siap menjadi syahid demi terbukanyablokade di Jalur Gaza!. Allahu Akbar!!! Allahu Akbar!!!

Hadirin-hadirat, saudara-saudaraku seiman si-Islam,

Kewajiban Berjama’ah

Kita yang berada di luar Palestina, marilah kita eratkan tali persaudaraan sesame kaum Muslimin tanpa mencaci, ikat kokoh kehidupan berjama’ah tanpa iri dengki. Karena sesungguhnya, musuh kita bersama adalah Zionis Internasional. Dan itu tidak bisa dilawn kecuali dengan bersatu, berjama’ah. Allah memerintahkan kita di dalam firman-Nya:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian  pada tali Allah  seraya  berjama’ah, dan janganlah kamu berfirqah-firqah (bergolong-golongan), dan ingatlah akan ni’mat Allah atas kamu  tatkala kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah jinakkan antara hati-hati kamu, maka dengan ni’mat itu kamu menjadi bersaudara, padahal kamu dahulu nya telah berada di tepi jurang api Neraka, tetapi Dia (Allah) menyelamatkan kamu dari padanya; begitulah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali ‘Imran [3] : 103 ).

وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِي

Artinya : “Dan sesungguhnya (agama) tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku”. (Q.S. Al-Mu’minun [23] : 52).

  إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ۬ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡ‌ۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (Q.S. Al-Hujurat [49] : 10). Semenyara itu, di dalam binmgkai kehiduan berjama’ah itulah, semestinya kita dapat saling menolong dan membantu. Sebagaimana dianjurkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَادَامَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ اَخِيْهِ.

Artinya : “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR Muslim). Bahkan kita disunnahkan untuk senantiasa saling mendoakan kebaikan sesama saudaranya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri sering meminta doa dari sahabatnya. Seperti permintaan beliau ketika melepas Umar bin Khattab saat akan berangkat umrah :

لاَ تَنْسَنَا يَا اُخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ

Artinya : “Jangan lupakan kami, wahai saudaraku, dalam doamu.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi). Karena kita semuanya sesama mukmin adalah umat yang satu, Allah kita yang satu, agama yang satu yakni Islam, kiblat yang satu yaitu Masjid Al-Aqsha yang kemudian dipindahkan ke Masjidil Haram, serta panutan uswah dan qudwah kita yang satu pula Rasulullah shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar! Laa ilaaha illallaahu wallahu Akbar. Allahu Akbar walillaahilhamd.

Hadirin hadirat yang insya Allah, Allah muliakan,

Semangat jihad di jalan Allah

Lalu, apaka sekarang yang menjadi pertanyaan sekaligus pekerjaan besar kita ke depan? Menghadapi situasi dan kondisi kaum muslimin di berbagai belahan dunia hingga saat ini, yang masih sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan. Kaum muslimin sedang diuji dengan berbagai macam pertikaian oleh kepentingan musuh-musuh Islam. Negeri-negeri mayoritas muslim dilanda konflik internal yang menelan banyak korban di kalangan muslimin.

Seperti terjadi di Suriah, Libya, Iraq, Afghanistan, Pakistan, Mesir, Tunisia, dan lainnya. Sementara muslim minoritas tertindas, seperti di Rohingya Myanmar, di Uighur China, di Rusia, dll. Lebih tragis lagi penjajahan terang-terangan saudara-saudara kita di Palestina, oleh Zionis Israel Yahudi. Kebebasan beribadah di tempat suci Masjid Al-Aqsha pun  dalam pengawasan mereka. Padahal, mayoritas jumlah kaum muslimin di seluruh dunia yang mencapai 1,5 miliar orang lebih, tampak tidak berdaya menghadapi komunitas Yahudi yang hanya berjumlah sekitar 13 juta orang di seluruh dunia. Sejumlah 6 juta Yahudi sekarang tinggal di tanah jajahan, Palestina. Begitulah nasib muslimin seperti hidangan yang disantap oleh musuh-musuh Islam. Sementara sebagian lainnya yang bergelimang dengan kekayaan, bergelimang dengan dunianya, dan takut kematian, takut berjihad di jalan Allah. Persis seperti yang dinubuwwahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam di dalam haditsnya:

يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ وَفِي رِوَايَةٍ كَرَاهِيَةُ الْقِتَال وَفِي رِوَايَةٍ وَكَرَاهِيَةُ الآخِرَةِ

Artinya : Bersabda Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam, “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian, dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahn.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?” Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda, ”Cinta dunia dan takut mati.” (H.R. Abu Dawud).

Dalam riwayat lain : “dan takut berperang”, dalam riwayat lain “dan takut akhirat”. Lalu, bagaimanakah solusinya, kuncinya mengatasi semua itu? Agar kehormatan kaum muslimin kembali pada kewibawannya sebagai “Khaira ummah”, umat terbaik di antara manusia di muka bumi ini. Jawabnya, seperti disampaikan oleh salah seorang sahabat mulia, Hudzaifah bin Yaman. Mari kita renungkan kembali hadits ini untuk kita amalkan bersama demi kebaikan kita dan Islam itu sendiri.

كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ

Artinya : “Adalah orang-orang (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  tentang kebaikan dan adalah saya bertanya kepada Rasulullah tentang kejahatan, khawatir kejahatan itu menimpa diriku, maka saya bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam Jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami  dengan kebaikan ini (Islam). Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan? Rasulullah menjawab: “Benar!” Saya bertanya: Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? Rasulullah menjawab: “Benar,  tetapi di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).” Saya bertanya: “Apakah kekeruhannya itu?”

Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat Muslim) “Kaum yang berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.” Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?”  Rasulullah menjawab: “Ya, yaitu   adanya   penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.”

Rasululah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya: “Apakah yang eng kau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?” Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !” Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqah-firqah itu semuanya, walaupun engkau sampai menggigit akar kayu hingga kematian menjumpaimu, engkau tetap demikian.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Al-Imam Al-Hafidz Ibnu Katsir di dalam Tafsir Al-Quranul ‘Adzim  menjelaskan, “Bahwa Allah telah memerintahkan kepada umat Islam untuk berjama’ah dan melarang mereka dari perpecahan. Demikian pula termaktub di dalam hadits-hadits yang memerintahkan umat Islam untuk berjama’ah”. Di sinilah letak urgen dan strategisnya bersatunya, berjama’ah, dalam Jama’ah Muslimin yang dipimpin oleh seorang Imaamul Muslimin atau Khalifah dari kalangan orang-orang beriman. Pemimpinan yang mengemban amanah memberikan arahan dan menggembala ummat menuju mardhatillah. Allah menyebutkan di dalam firman-Nya :

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Artinya : “Dan Kami jadikan di antara mereka itu para Imaam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika  mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (Q.S. As-Sajadah [32] : 24).

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَةِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ

Artinya : “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk kepada perintah Kami  dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat,  dan hanya kepada Kami lah mereka selalu menyembah.” (Q.S. Al-Anbiya [21] : 73).

إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاَثًا يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلاَّهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ وَيَسْخَطُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ

Artinya : “Sesungguhnya Allah itu ridha kepada kamu pada tiga perkara dan benci kepada tiga perkara. Adapun (3 perkara) yang menjadikan Allah ridho kepada kamu adalah: 1). Hendaklah kamu memperibadati-Nya dan janganlah mempersekutukannya dengan sesuatu apapun, 2). Hendaklah kamu berpegang teguh dengan tali Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu berpecah-belah, 3). Dan hendaklah kamu senantiasa menasihati kepada seseorang yang Allah telah  menyerahkan kepemimpinan kepadanya dalam urusanmu.  Dan Allah membenci kepadamu  3 perkara; 1). Dikatakan dan mengatakan (mengatakan sesuatu yang belum jelas kebenarannya), 2). Menghambur-hamburkan harta benda, 3). Banyak bertanya (yang tidak berfaidah).” (HR Ahmad dari Abi Hurairah).

Marilah, pada momentum ‘Idul Fitri, di mana seluruh kaum muslimin di seluruh dunia berkumpul mengumandangkan Takbir, Tahlil, Tahmid, dan kalimah-kalimah thayyibah. Kita jadikan start persatuan dan kesatuan perjuangan kaum muslimin dalam wujud Jama’ah Muslimin wa Imaamahum. Kemudian kita wujudkan dalam amal amal sholeh dan jihad di jalan-Nya, dengan harta dan diri kita. Begitu pentingnya kesatuan umat islam dalam bingkai Al-Jama’ah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menempatkannya sebagai kewajiban pertama sebelum amalan lainnya. Seperti di dalam sabdanya :

أَنَا أّمُرُكْم بِخَمْسٍ أَللهُ أَمَرَنِى بِهِنَّ : بِاْلجَمَاعَةِ وَالسَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ وَ الْهِجْرَةِ وَ اْلجِهَادِ فِى سَبِيْلِ اللهِ ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ اْلجَمَاعَةِ قِيْدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ اْلإِسْلاَمِ مِنْ عُنُقِهِ إِلَى اَنْ يَرْجِعَ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَى اْلجَاهِلِيَّةِ فَهُوَ مِنْ جُثَاءِ جَهَنَّمَ، قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ اِنْ صَامَ وَصَلَّى ، قَالَ وَاِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ فَادْعُوا اْلمُسْلِمِيْنَ بِمَا سَمَّاهُمُ اْلمُسْلِمِيْنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ

Artinya : “Aku perintahkan  kepada kamu sekalian (muslimin) lima perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; berjama’ah, mendengar, thaat, hijrah dan jihad fie sabilillah. Barangsiapa yang keluar dari Al Jama’ah sekedar sejengkal, maka sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali bertaubat.  Dan barang siapa yang menyeru dengan seruan Jahiliyyah, maka ia termasuk golongan orang yang bertekuk lutut dalam Jahannam.”  Para sahabat bertanya: “Ya Rasu lullah, jika ia shaum dan shalat?” Rasul bersabda: “Sekalipun ia shaum dan shalat dan mengaku dirinya seorang muslim, maka panggillah oleh orang-orang muslim itu dengan nama yang Allah telah berikan kepada mereka; “Al-Muslimin, Al Mukminin, hamba-hamba Allah ‘Azza wa jalla.” (HR Ahmad dari Harits Al-Asy’ari).

Inilah wujud persatuan dan kesatuan umat Islam, kepemimpinan yang mengikuti jejak kenabian. Begitu seterusnya, kita semualah yang menyempurnakannya dengan idzin Allah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam Surah Al-Baqarah ayat 30 menyebutkan :

إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 30). Di dalam Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Qurthubi disebutkan, ayat ini merupakan dalil wajibnya menegakkan khilafah untuk menyelesaikan dan memutuskan pertentangan antara manusia, menolong orang yang teraniaya, menegakkan hukum Islam, mencegah merajalelanya kejahatan, dan masalah-masalah lain yang tidak dapat terselesaikan kecuali dengan adanya khilafah. Pada ayat lain menegaskan :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيْعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي اْلأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul dan Ulil Amri di antara kamu, maka jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhirat. Yang demikian itu adalah yang lebih baik dan sebaik baiknya penyelesaian.” (Q.S. An-Nisa [4] : 59). Pada ayat ini, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan kepada orang yang beriman untuk mentha’ati ulil amri. Ulil amri adalah pemimpin atau khalifah yang dipilih oleh kaum mukminin, antara yang mengurusi umat Islam. Tentu saja Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak memerintahkan umat Islam untuk mentha’ati seseorang yang tidak wujud. Sehingga jelaslah bahwa mengamalkan kepemimpinan Islam atau khilafah adalah wajib. Tentang kewajiban adanya pemimpin juga didasarkan pada hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, antara lain :

وَلَا يَحِلُّ لِثَلَاثَةِ نَفَرٍ يَكُونُونَ بِأَرْضِ فَلَاةٍ إِلَّا أَمَّرُوا عَلَيْهِمْ أَحَدَهُمْ

Artinya : “Tidak halal bagi tiga orang yang berada di permukaan bumi kecuali mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi amir atau pemimpin.” (H.R. Ahmad). Imam Asy-Syaukani berkata : “Hadits ini merupakan dalil wajibnya menegakkan kepemimpinan di kalangan umat Islam. Dengan adanya pemimpin, umat Islam akan terhindar dari perselisihan, sehingga akan terwujud kasih sayang di antara mereka. Apabila kepemimpinan tidak ditegakkan maka masing-masing akan bertindak mengikuti pendapatnya yang sesuai dengan keinginannya sendiri. Disamping itu, kepemimpinan akan meminimalisir persengketaan dan mewujudkan persatuan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

كَانَتْ بَنُوا إِسْرَائِيْلَ تَسُوْسُهُمُ الْأَنْبِيَاءَ كُلَمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيُّ وَ إِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِيْ. وَسَيَكُونُوا خُلَفَاءَ فَيَكْثُرُوْنَ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا؟ قَالَ: فُوْا بِبَيْعَةِ الْأَوَّلِ فَاالْأَوَّلِ وَاعْطُوْهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللهَ سَائَلُهُمْ عَمَا اسْتَرْعَاهُمْ

Artinya : “Adalah Bani Israil itu dipimpin oleh para nabi. Setiap nabi meninggal diganti oleh nabi yang lain. Sesungguhnya tidak ada nabi setelah aku, dan akan ada beberapa khalifah yang banyak. Para shahabat berkata, “Apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Beliau bersabda, “Tetapilah bai’at yang pertama kemudian yang pertama. Berikanlah kepada mereka hak mereka. Sesungguhnya Allah menanyakan kepada mereka tentang apa yang diserahkan oleh Allah kepada mereka.” (Hadits Shahih Riwayat Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu). Dari Nu’man bin Basyir Radiallahu ‘Anhu, Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda:

تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ

Artinya : ”Adalah masa Kenabian itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas kehendaki Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehandak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adldlon), adanya atas kehendak Allah. Kemu- dian Allah mengangkatnya apabila Ia meng hendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyom bong (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemu dian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengang katnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).” Kemudian beliau (Nabi) diam.” (HR. Ahmad).

Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Nasihat untuk Kaum Muslimat

Khusus kepada kaum muslimat kai sampaikan nasihat. Khatib pesanan kalian pandai-pandai bersyukur kepada Allah, berterima kasih kepada suami, berbakti kepada orang tua, mendidik dan membimbing anak-anak menuju ridha allah, serta tidak ketinggalan menopang perjuangan jihad fi sabilillah.

Surat dari Anak Palestina

Akhirnya, sebelum kita tutup dengan doa, marilah kita simak secarik surat dari anak-anak Palestina untuk kita semua, untuk kakak-kakaknya di negeri-negeri lainnya, agar kita dapat mengambil pelajaran berharga darinya. Atas nama cinta, aku ingin menyapamu…

Kakak, apa kabarmu di negeri aman tenteram itu?  Apa pagi ini Kakak, apakah sudah bergegas untuk bangun dan menjemput mimpi? Ataukah Kakak masih terlelap di pembaringanmu yang nyaman? Kakak, aku di sini tidak bisa tidur. Di sini dingin, tak ada selimut hangat seperti yang tengah engkau kenakan.

Kakak, kenapa Kakak sulit dibangunkan shalat malam? Apakah malammu terlalu indah? Ataukah tidurmu terlalu nyenyak? Kakak, tak ingatkah engkau untuk doakan aku? Minimal satu kali dalam sehari, engkau sebut aku dalam lantunan doamu. Doakan aku agar aku masih mampu menyongsong hari esok dan merasakan sejuknya udara di pagi hari, lagi dan lagi. Karena aku juga punya mimpi yang harus aku kejar esok hari, sama sepertimu.

Kakak, bagaimana menu sahurmu pagi tadi? Apakah Kakak suka? Atau malah sebaliknya, kau sisakan makanan di piring makanmu karena engkau tak selera? Padahal, apa Kakak tahu? Untuk dapat makan, aku harus menunggu di antrean panjang, karena persediaan makanan pun kami tak punya.

Kakak, kenapa kamu begitu loyo dalam bekerja? Apa gajimu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhanmu? Atau mungkin engkau mulai tidak betah dengan nyamannya hidupmu itu? Coba lihat aku, aku lihat dengan mata kepala sendiri satu persatu saudaraku dipukuli, ditembaki, ditampar, dibakar, dipenggal. Pemandangan itu sudah jadi santapanku sehari-hari. Dan aku telah bersiap untuk semua itu. Tapi aku tetap tegar.

Kakak, kenapa waktumu engkau sia-siakan begitu saja? Engkau banyak berkhayal, duduk manis membuang waktumu di depan layar komputermu. Adakalanya kau dendangkan musik di kala bosan untuk sekedar membunuh waktu senggangmu. Atau bahkan engkau mainkan games sambil tertawa, atau mengumpat tiba-tiba jika engkau kalah. Tidakkah engkau sadar terkadang aku juga ingin? Tapi apa daya, tank baja raksasa itu memakan lahan bermain aku dan teman-temanku. Bahkan tak jarang letupan senjata yang memekakkan telinga itu diarahkan untuk merusak tempat tinggalku. Kakak, aku mau tinggal di mana?

Kakak, kudengar sesekali engkau mengeluh dengan suhu kamarmu yang terkadang membuat gerah. Kakak, maukah engkau sejenak bertukar tempat denganku? Kini, terik matahari adalah selimut siangku, dinginnya angin malam adalah mantel tidurku. Aku tidak punya tempat yang layak, Kak. Mereka telah mengambilnya dari kami. Kakak, dalam beberapa waktu ke belakang, sudah berapa lama engkau bertamasya? Sudah berapa sering engkau ke bioskop untuk menonton film baru?

Kakak, mengertilah. Puasaku saja kadang tak disambut dengan berbuka, untuk kusambung di hari berikutnya. Aku tidak punya makanan, Kakak. Aku juga mau roti dipadu susu, atau sereal cokelat dan es krim yang sering engkau santap di pagi hari.

Kakak, pernahkah engkau berpikir untuk menjengukku? Atau minimal engkau memikirkan aku? Di tanah ini, ribuan pasukan dan bala tentaranya telah mengepung kami dan siap membumihanguskan rumah-rumah kami. Jikapun di dunia kunikmati santap sahur, doakan aku agar surga menyambutku di kala berbuka jika memang takdir itu yang harus aku terima.

Aku ikhlas, Kak.  Inilah sekelumit bentuk perjuangan kami untuk mempertahankan tempat suci ini. Kakak, tak perlulah engkau datang ke sini. Aku hanya meminta kebaikan lisanmu untuk senantiasa doakan aku dan saudaraku. Doakan aku agar selalu bertahan, doakan aku agar hidupku yang singkat ini diliputi keberkahan. Doakan kemenangan kami kaum Muslimin di bumi penuh berkah, Al-Aqsha, Gaza, Palestina…..

Doa

الحَمْدُ لله رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْن َوَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ .أَللَّهُمَّ  مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ  اْلأَحْزَابِ  اَللَّهُمَّ هْزِمْهُمْ  وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ. أَللَّهُمَّ  مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ  اْلحِسَابِ اِهْزِمِ  اْلأَحْزَابِ أَللَّهُمَّ  اهْزِمْهُمْ  وَزَلْزِلْهُمْ. أَللَّهُمَّ احْيِ اْلمُسْلِمِيْنَ  وَاِمَامَهُمْ  بِجَمَاعَةِ  اْلمُسْلِمِيْنَ حَيَاةً  كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ  قُوَّةً  غَالِبَةً عَلَى كُلِّ  بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَسُوْءٍ  وَفَاحِشٍ  وَمُنْكَرٍ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. اللَّهُمَّ انْجِ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ انْجِ الْمُؤْمِنِيْنَ فىِ بِلاَدِ الْعِرَاقِ وَأَفْغَانِسْتَانِ وَسُورِيَة وَرَاهِنْياَ وَفَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً, وَفىِ بُلْدَانِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً. اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الكُفَّارِ وَشُرَكَائِهِمْ. اللَّهُمَّ وَشَطَّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ. رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ أَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ, تَقَبَّلْ يَاكَرِيْم.

Alhamdulillah. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. (T/R1/R2)

* Disampaikan pada Khutbah Idul Fitri, Senin 1 Syawwal 1435 H. / 28 Juli 2014 M. di Lapangan Kantor Imigrasi Jakarta Utara, Panitia Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Niyabah Jakarta Utara.

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0