Ponpes Al-Fatah Cileungsi-Bogor, Jumat 26 Jumadil Awal 1443 H/31 Desember 2021 M
Khutbah ke-1:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، مَاشَآءَاللهُ كَانَ وَمَالَمْ يَشَأْلَمْ يَكُنْ لَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلاَّ بِا اللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، فَيَآيُّهَا اْلمُؤْمِنُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَالله، فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، فَقَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ، أَعُوْذُبِاللّٰهِ مِنَ اْلشَّيْطَنِ اْلرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، يَآأَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
Jamaah Jumuah yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam dan sehat. Itu semua adalah karunia yang teramat besar, yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya.
Sebagai bentuk syukur itu, marilah senantiasa semaksimal mungkin kita melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi semua larangan-larangan-Nya. Sebagai bentuk komitmen taqwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga kita selalu termasuk yang mendapatkan hidayah-Nya serta berada dalam keadaan iman dan Islam, hingga menjumpai-Nya dalam kedaan berserahdiri.
Jamaah Jumuah yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Pada kesempatan khutbah ini, marilah kita renungkan firman Allah Subhanahu wa Taala Q.S. Al-Baqarah [2]: 43.
وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرَّاكِعِيْنَ (البقرة [٢]: ٤٣
“Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk,”
Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam sejak pertama kali mendapatkan perintah shalat lima waktu, beliau senantiasa menunaikannya dengan berjamaah. Perintah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam untuk melaksanakan shalat berjamaah terdapat dalam beberapa hadits di antaranya, perintah beliau kepada utusannya, yakni Malik bin Al-Huwairits yang akan kembali ke kampungnya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
“Kembalilah kalian dan jadilah bersama mereka serta ajarilah mereka dan shalatlah kalian, apabila telah datang waktu shalat hendaklah salah seorang di antara kalian azan dan hendaklah orang yang paling tua (berilmu tentang Al Kitab & As Sunnah dan paling banyak hafalan Al–Qurannya) di antara kalian mengimami kalian.” (H.R. Al-Bukhari).
Hikmah Shalat Berjamaah
Menurut Jumhur Ulama, shalat berjamaah hukumnya sunnah muakkad, sedangkan menurut Imam Ahmad bin Hanbal, shalat berjamaah hukumnya wajib.
Terlepas dari hukum shalat berjamaah, yang jelas Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam selama hidupnya (sebagai rasul) belum pernah meninggalkan shalat berjamaah di masjid meskipun beliau dalam keadaan sakit.
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Rasululah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah memperingatkan dengan keras keharusan shalat berjamaah di masjid, melalui sabda beliu:
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَقَدهممت أن اَمُرَ بِحَطْبٍ فَيَحْتَطِبُ ثُمَّ اَمُرَ بِا لصَّلاَةِ فَيُؤَذِّنَ لَهَا ثُمَّ اَمُرَ رَجُلاً فَيَؤُمَّ النَّاسَ، ثُمَّ اُخَالِفَ اِلَى رَجُالٍ لاَيَشْهَدُونَ الصَّلاَةَ فَأُحْرِقَ عَلَيْهِم بُيُوتَهُمْ (بخري ومسلم
“Demi jiwaku yang berada dalam kekuasaan-Nya, sungguh aku bertekad menyuruh mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku suruh seorang adzan untuk shalat dan seseorang untuk mengimami manusia, kemudian aku pergi kepada orang-orang yang tidak ikut sholat, kemudian aku bakar rumah mereka”
Pada suatu saat, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam didatangi oleh salah satu sahabat yang dicintainya, yaitu Abdullah bin Umi Maktum. Ia berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bahwa dirinya buta dan tidak ada yang menuntunnya ke masjid sehingga ia memohon kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam agar memberinya keringanan untuk tidak melaksanakan shalat berjamaah di masjid. Selanjutnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bertanya kepadanya:
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat
.هَلْ تَسْمَعُ النّدَاءَ بِالصَّلاَةِ ؟ قَالَ نَعَمْ. قَالَ : فَأَجِبْ
“Apakah engkau mendengar seruan untuk shalat? Ia menjawab, ‘Ya’, beliau berkata lagi, ‘Kalau begitu, penuhilah”. (H.R. Imam Muslim).
Begitulah seruan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kepada umatnya agar senantiasa menunaikan shalat berjamaah di masjid sekalipun kepada sahabatnya yang tidak bisa melihat alias buta. Bagaimana dengan kita umatnya, yang diberikan kenikmatan yang sempurna. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
(لاَصَلاَةَ لِمَنْ جَارَ الْمَسْجِدَ اِلاَّ بِالْجَمَاعَة وَفِى رِوَايَة اِلاَّ فِى الْمَسْجِد (احمد
Baca Juga: Enam Langkah Menjadi Pribadi yang Dirindukan
“Tidak sempurna shalat seseorang yang bertetangga dengan masjid kecuali dengan berjamaah. Dalam suatu riwayat, kecuali di masjid.” (H.R. Imam Ahmad).
Jamaah Jumuah yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Hadits-hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya shalat berjamaah. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menekankan bahwa shalat berjamaah dilaksanakan di masjid. Karena masjid dibangun bukan untuk bemegah-megahan, melainkan untuk diramaikan atau dimakmurkan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman Q.S. At-Taubah [9]: 18.
Baca Juga: BSP 2024, Solidaritas dan Penghormatan Bagi Pahlawan di Tengah Genosida
إنَّمَا يَعْمُرً مَسَاجِدَ اللهِ مَنْ أمَنَ بِاللهِ وَاليَوْمِ الأخِرِ وَأقَامَ الصَّلاَةَ وَأَتَى الزَّكَوةَ وَلَمْ يَخْشَ إلاَّ اللهَ (التوبة [٩]: ١٨
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut selain kepada Allah.”
Sementara itu, shalat berjamaah memiliki begitu banyak keistimewaan dan hikmah bagi yang mengerjakannya. Di antaranya dari yang telah diterangkan oleh para ulama dalam buku “Shalat Berjamaah Dan Permasalahannya” (2014: 33) oleh Wawan Shofwan Sholehudin, hikmah shalat berjamaah yaitu sebagai berikut:
Pertama, Mendapatkan Pahala 27 Derajat Tingkatannya dari pada Shalat Sendiri.
Baca Juga: Catatan 107 Tahun Balfour dan Setahun Perjuangan Thufanul Aqsa
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً (البخري ومسلم)
“Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” (H.R. Imam Al-Bukhari dan Muslim)
Kedua, Diampuni Dosa yang Lalu.
Baca Juga: Memaknai Iqra
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ تَوَضَّأَ لِلصَّلَاةِ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ فَصَلَّاهَا مَعَ النَّاسِ أَوْ مَعَ الْجَمَاعَةِ أَوْ فِي الْمَسْجِدِ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبَهُ (مسلم)
“Barangsiapa berwudhu untuk shalat, lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian berjalan menuju shalatnya yang fardhu, lalu dia melaksanakannya bersama manusia, atau bersama jamaah, atau di masjid, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya.” (H.R. Imam Muslim)
Siapa di antara kita yang tidak pernah melakukan dosa, maka salah satu sebab dosa diampuni adalah menghadiri shalat jamaah.
Baca Juga: Mengembangkan Sumber Pangan Lokal Berbasis Komunitas
Ketiga, Mendapatkan Pahala yang besar
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لَاسْتَهَمُوا وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي التَّهْجِيرِ لَاسْتَبَقُوا إِلَيْهِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِي الْعَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا .(البخري ومسلم)
“Seandainya manusia mengetahui apa yang terdapat pada azan dan shaf pertama, lalu mereka tidak akan mendapatkannya kecuali dengan cara mengundi, niscaya mereka akan melakukannya. Dan seandainya mereka mengetahui kebaikan yang terdapat dalam bersegera (menuju shalat berjama’ah), niscaya mereka akan berlomba-lomba. Dan seandainya mereka mengetahui kebaikan yang terdapat pada shalat Isya dan Subuh, niscaya mereka akan mendatanginya walaupun harus dengan merangkak.” (H.R. Imam Al-Bukhari dan Muslim)
Keempat. Shalat Isya Seakan Shalat Separuh Malam, dan Shalat Subuh Seakan Shalat Sepanjang Semalam.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ (مسلم)
“Barangsiapa shalat Isya berjamaah, seolah-olah ia shalat malam selama separuh malam, dan barangsiapa shalat Subuh berjamaah, seolah-olah ia telah shalat seluruh malamnya.” (H.R. Muslim)
Kelima, Tumbuhnya Persaudaraan dan Kasih sayang
Apabila sebuah komunitas masyarakat Muslim bertemu lima kali dalam sehari, maka pastinya akan tumbuh kasih sayang diantara mereka. Jika suatu waktu ada saudara kita yang biasa berjamaah kemudian beberapa waktu tidak hadir di masjid, maka kita akan bertanya-tanya, ada apa atau mengapa ia tidak datang ke masjid?
Seandainya jawaban yang didapat bahwa beliau itu sakit, maka kita akan bergegas menjenguk dan mendoakannya
Jamaah Jumuah yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Sebagai penutup, mari kita simak nasihat dari Abdullah bin Masud:
“Barangsiapa ingin bertemu dengan Allah di hari kiamat kelak dalam keadaan Muslim, hendaklah ia menjaga shalat lima waktu dimanapun ia diseru kepadanya. Sungguh, Allah telah mensyariatkan kepada Nabi kalian dengan sunnah-sunnah yang merupakan petunjuk. Shalat lima waktu termasuk sunnah-sunnah yang merupakan petunjuk. Seandainya kalian shalat di rumah kalian dan tidak shalat berjamaah di masjid, niscaya kalian akan meninggalkan sunnah Nabi kalian. Seandainya kalian meninggalkan sunnah-sunnah Nabi kalian, niscaya kalian akan sesat. Dan saya melihat pada zaman kami para Shahabat, tidak ada yang meninggalkan shalat berjama’ah kecuali seorang munafik, yang telah diketahui kemunafikannya.”
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
Khutbah ke-2:
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، فَيَآيُّهَا اْلمُؤْمِنُونَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسى بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
(A/R8/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)