Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Gelombang protes menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (27/11)lalu harus dibayar mahal. Salah seorang yang diidentifikasi bernama Muhammad Arif (18), warga Pampang Makassar dikabarkan meninggal dunia.
Setelah pemukulan, penghancuran, bahkan dugaan penembakan yang dilakukan instansi penegak hukum ini di Kampus Universitas Negeri Makassar (UNM) Gunung Sari tanggal 13 November lalu, kali ini Kamis 27 November, aksi yang sama terjadi pula di Kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.
Di beberapa aksi mahasiswa dalam penolakan kenaikan harga BBM di Makassar, selalu direspon aparat dengan tindak represif, malahan dalam beberapa kasus diduga dibantu oleh preman.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Aksi demonstrasi mahasiswa UMI di depan kampus kemudian bergeser ke gubernuran, berbuah bentrok. Mahasiswa UMI kembali berhadapan dengan pihak kepolisian. Dalam bentrok ini satu warga tewas.
Rakyat Sulsel (Grup JPNN.com) sebelumnya melaporkan, Ari meninggal dunia karena diduga digilas oleh mobil water canon milik polisi saat mengamankan aksi mahasiswa.
Pihak kepolisian sudah membantah bahwa Ari tewas bukan karena ditabrak mobil water canon. Tapi terinjak oleh warga lainnya saat mencoba melarikan diri. Itulah versi polisi.
Namun mahasiswa memiliki cerita sendiri terkait kematian Ari, penyebab bentrokan dan dugaan serangan gas air mata ke dalam masjid Umar bin Khattab di dalam kampus UMI.
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
Situs media Cakrawala Ide yang berbasis di kampus UMI, memuat kronologi aksi, hasil wawancara dengan demostran dan salah satu warga yang melihat jalannya aksi hingga bentrokan:
Sebelum bentrokan terjadi, awalnya kasus ini berangkat dari aksi demonstrasi mahasiswa UMI yang menolak kenaikan harga bahan bakar minyak di depan kampus pukul 15.00 WITA. Barisan massa mahasiswa ini, menamakan diri mereka Aliansi Mahasiswa UMI Bersatu. Mereka menuntut agar pemerintah mencabut kebijakan kenaikan harga BBM, sekaligus mencopot Kapolda Sulselbar turun dari jabatannya.
Mahasiswa yang bergerak dengan tuntutan tersebut, kemudian pergi ke Kantor Gubernur Sulawesi Selatan dan mendesak agar gubernur menandatangani petisi dibuat aliansi yang memuat bahwa Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan tidak sepakat atas kebijakan pemerintah pusat yang menaikan harga BBM.
Namun hal ini memanas ketika aliansi mengetahui bahwa yang menandatangani petisi tersebut bukan gubernur tapi Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), yang kebetulan ada di kantor gubernur. Mahasiswa pun marah dan menganggap bahwa tindakan yang dilakukan gubernur merupakan penghinaan terhadap aksi yang awalnya berjalan baik.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Satpol PP yang melihat massa yang tidak kondusif, kemudian bergerak ke arah mahasiswa, kemudian ada yang melempar batu. Batu tersebut berasal dari barisan Satpol PP. Hal ini semakin memperkeruh suasana dan memancing kemarahan mahasiswa. Mahasiswa kemudian membalas, bentrokan pun tak terelakkan.
Bentok yang semakin memanas, memaksa satuan Brimob untuk bertindak dan mengejar mahasiswa. Warga yang kebetulan ada di barisan mahasiswa, kemudian terkena tembakan di bagian belakang kepala, warga tersebut jatuh tak sadarkan diri. Tak hanya ditembak, water cannon malah menyambar warga yang tergeletak. Warga tersebut diketahui bernama Muhammad Arif, warga Pampang.
Menurut sumber yang kami wawancarai, yang menembak Arif adalah polisi (shooter) di atas water cannon, dan ia juga mengatakan keterlibatan warga tak ada sangkut pautnya dengan mahasiswa. Namun dalam penuturannya, ia mengakui bahwa warga bergerak sendiri, biasanya berada di belakang aksi mahasiswa. Sehingga terkesan bahwa warga pro terhadap aksi mahasiswa.
Setelah tertembaknya Ari, warga Pampang kemudian menyerang balik hingga ke kantor gubernur, menurut salah satu saksi, Phinisi (nama samaran), warga Pampang yang menyerang kemudian melempari warga di sekitar kantor gubernuran, sehingga terjadilah bentrokan antar sesama warga.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Warga di sekitar gubernuran berada di barisan Brimob, dan bersama mengejar warga dan mahasiswa hingga ke dalam kampus. Polisi yang berusaha menyerang kampus melepaskan gas air mata, sehingga asap gas tersebut sampai ke masjid.
Dalam pantauan kami, setidaknya lima motor mahasiswa dibakar warga, tiga dalam kampus (samping Mesjid Umar bin Khattab), dan dua lainnya di luar kampus. Demikian situs Cakrawala Ide yang berkas di kampus UMI.
(TP001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Disari dari beberapa sumber