LEBIH 400 MASJID REPUBLIK AFRIKA TENGAH HANCUR

Muslimah Republik Afrika Tengah hidup dalam ketakutan akibat perang komunal. (Foto: Getty)
Muslimah Republik Afrika Tengah hidup dalam ketakutan akibat perang komunal. (Foto: Getty)

New York, 28 Jumadil Awwal 1436/19 Maret 2015 (MINA) – Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB mengungkapkan, hampir semua di Republik Afrika Tengah yang berjumlah 436 unit dihancurkan oleh pertempuran ganas antara Kristen dan Muslim.

Samantha Power berbicara kepada wartawan pada Selasa (17/3) setelah kunjungan Dewan Keamanan pekan lalu ke negara yang menderita kehancuran “mengerikan” itu, Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.

Dia menyatakan keprihatinannya, tiadanya keamanan di Afrika Tengah ketika pasukan Uni Eropa dan Perancis menarik diri, sementara pasukan penjaga perdamaian PBB masih belum turun dengan kekuatan penuh.

Baca Juga:  Refleksi Hardiknas dan Penguatan Kembali Ekosistem Pendidikan Kita

Setidaknya 5.000 orang telah tewas sejak Republik itu dilanda kekerasan mengerikan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Desember 2013.

Hampir satu juta dari 4,5 juta penduduk mengungsi. Banyak dari mereka yang menyelamatkan diri adalah Muslim.

Samantha Power mengatakan, 417 masjid di negara itu telah hancur. Dalam kunjungan itu dia mengunjungi satu masjid yang tersisa di lingkungan Muslim ibukota Bangui. Dia menggambarkan warga di sana sebagai “penduduk yang ketakutan”.

Duta Besar mengatakan, wanita Muslim takut keluar mengenakan cadar, memilih melahirkan di rumahnya bukan di rumah sakit.

Pasukan penjaga perdamaian PBB, pasukan Perancis dan operasi militer Uni Eropa telah mencoba meredakan kekerasan.

Baca Juga:  Refleksi Hardiknas dan Penguatan Kembali Ekosistem Pendidikan Kita

Tapi kekuatan Uni Eropa sekitar 750 tentara itu telah meninggalkan Republik Afrika Tengah akhir pekan lalu, tak lama setelah kunjungan Dewan Keamanan.

Sementara itu, pasukan Perancis telah mengumumkan “penarikan substansial” pada akhir tahun ini. Perancis telah mengirim 2.000 tentara ke negara bekas koloninya itu.

Pasukan penjaga perdamaian PBB masih sekitar 80 persen yang turun dari kekuatan 10.000 tentara yang direncanakan.

Power mengatakan, pasukan gabungan telah berusaha menghindari “skenario terburuk”, tetapi kelompok-kelompok milisi bersenjata negara itu tetap memiliki senjata.

Dia mengatakan, perlucutan senjata menjadi prioritas besar. (T/P001/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0