Melewati Malam-Malam Ramadhan dengan Ibadah

Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Malam-malam menjelang akhir bulan Ramadhan, ternyata sungguh banyak godaan yang melalaikan dari . Ingin rasanya bertadarus Al-Quran, tapi siaran pertandingan sepakbola 2×45 menit, waktu yang cukup untuk 1 juz Al-Quran, begitu menggoda seleraku.

Ingin pula shalat tarawih lebih khusyu’ lagi, 11 rakaat ditambah doa-doa mustajabah. Namun, pergi jalan-jalan, ngobrol, bikin status, nyerempet-nyerempet maksiat, jauh lebih memikat nafsu.

Sangat ingin juga beri’tikaf di penghujung Ramadhan, di malam-malam penentuan Lailatul Qadar, yang lebih baik daripada seribu bulan. Tapi konsentrasi itu semua buyar oleh desakan arus mudik, dengan segala persiapannya mulai dari baju baru, aneka kue hidangan, dan lainnya, begitu menyeret keinginan itu dengan keinginan lain.

Padahal baginda Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam sudah mengingatkan kita dalam tausiyahnya:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

Artinya : “Barangsiapa mendirikan  (shalat malam) pada bulan Ramadhan dengan keimanan dan pengharapan akan ridha Allah akan keluar dari dosa-dosanya sebagaimana hari dilahirkan oleh ibunya”. (H.R. An-Nasa’i dari Abdurrahman bin ‘Auf Radhiyallahu ‘Anhu).

Pada sabda lainnya juga kita diingatkan:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَعَرَفَ حُدُوْدَهُ وَتَحَفَّظَ مِمَّا كَانَ يَنْبَغِيْ اَنْ يُتَحَفَّظَ مِنْهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya : ”Barangsiapa berpuasa Ramadhan dan menjaga segala batas-batasnya, serta memelihara diri dari segala yang baik dipelihara diri darinya, niscaya puasanya itu menutupi dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R. Ahmad dan Al-Baihaqi dari Abu Sa’id Radhiyallahu ‘Anhu).

Ya, melewati malam- di penghujungnya, menjadi begitu terlupakan. Padahal justru di akhir-akhir inilah Allah hendak menetapkan ketentuannya (Qadar) akan nasib iman dan Islam kita ke depan.

Maka, melewati malam-malam Ramadhan, janganlah sampai kita biarkan begitu saja berlalu tanpa kesan ibadah. Baik ibadah yang bersifat individual seperti: shalat tarawih, berdoa, bertadarus Al-Quran, memperbanyak istighfar, membaca wacana keislaman, mendengarkan ta’lim, dan lainnya.

Juga ibadah yang berdimensi sosial, seperti: menunaikan zakat, memberi shadaqah, mudah memaafkan kesalahan orang lain, sanggup menahan emosi amarah, amar ma’ruf nahi mungkar melalui lisan atau tulisan, mendidik anak dan keluarga, serta lainnya.

Jangan sampai Ramadhan nanti pergi, kita tidak banyak membawa pahala kebaikan dari amal kita sendiri. Justru malah melunturkan nilai-nialai kebaikan itu sendiri karena diikuti dengan amal buruk, maksiat, fitnah, canda yang menjauhkan dari Allah, dan sebagainya.

Padahal betapa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah begitu rupa mengingatkan kita di antaranya dalam ungkapan beliau:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Artinya: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengerjakannya, serta berlaku bodoh, maka tidak ada keperluan bagi Allah terhadap meninggalkan makan dan minumnya (puasanya)”.  (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الظَّمَأُ وَكَمْ مِنْ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ

Artinya : “Betapa banyak orang yang puasa, tidaklah memperoleh  apa-apa baginya dari puasanya selain lapar, dan betapa banyak orang yang mendirikan shalat, tidaklah memperoleh apa-apa baginya dari shalatnya kecuali lelah”. (H.R. Ad-Darimi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Semoga kita dapat melewati malam-malam di akhir Ramadhan ini dengan taqarrub kepada Allah, memaksimalkan ibadah, hingga dapat meraih gelar “Taqwallah”, yang Allah janjikan bagi shooimiin dan shooimaat. Aamiin. (P4/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.