Memaknai Wukuf di Arafah

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyatakan:

الْحَجُّ عَرَفَةُ

Artinya : “Haji adalah Arafah”. (HR At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).

Wukuf di Arafah merupakan puncak ibadah haji, tempat berkumpulnya seluruh pada tanggal 9 Dzulhijjah, sehari menjelang Hari Raya Idul Adha.

Pada prosesi sepanjang Hari Arafah sejak tergelincir matahari siang hari sampai sore hari, jamaah haji berdiam diri atau berhenti di padang pasir Arafah, yang terletak sekitar 25 km sebelah timur kota Makkah.

Di bawah terik panas matahari, dengan suhu panas jazirah Arab yang bisa mencapai 50 derajat celcius, keringat pun mengucur deras, dahaga terasa dan keletihan fisik berdesakan dengan jutaan jamaah lainnya dari seluruh dunia. Namun, seluruh jamaah haji justru benar-benar menikmatnya dalam memperibadati-Nya.

Di area padang pasir seluas sekitar 10 km persegi itu, para jamaah haji dengan pakaian ihram putih yang sama (bagi laki-laki), kain warna putih tak berjahit, semua bermunajat, berdzikir, bertafakur, bertaubat, mohon ampun, dan berdoa kepada Sang Pencipta.

Semua di hadapan-Nya terasa sama, baik rakyat jelata maupun pejabat penguasa, baik orang awam biasa maupun kalangan ulama, baik laki-laki mapun perempuan, semua sama di hadapan Allah.

Baca Juga:  Turkiye Kecam Veto AS di DK PBB Halangi Pengakuan Negara Palestina 

Faktor pembedanya semata karena takwanya. Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang takwa.

Sebagaimana Allah sebutkan di dalam ayat-Nya :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al-Hujurat [49]: 10).

Di Padang Arafah inilah jamaah haji merasakan kedekatan sedekat-dekatnya kepada Allah, Sang Khalik. Hingga jika jamaah haji minta apapun Allah berikan. Dan puncak permohonan itu adalah ketika dibebaskan dari api neraka.

Seperti disebutkan di dalam hadits:

خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي

Baca Juga:  Dicap Lakukan Genosida di Gaza, Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

Artinya : “Sebaik-baik doa adalah doa di hari Arafah. Dan sebaik-baik yang aku ucapkan dan juga para nabi sebelumku adalah: … Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan doa atau dzikir di atas.” (HR At-Tirmidzi).

Pada hadits lain dikatakan :

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ ؟

Artinya : “Tidak ada hari di mana Allâh Azza wa Jalla membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para malaikat dan berkata: Apa yang mereka inginkan?” (HR Muslim).

Di sinilah jamaah haji menghentikan semua perkataan, kegiatan, aktivitas dan berbagai hal, kecuali hanya untuk memuji-Nya, mengagungkan-Nya, menyembah-Nya, serta mengesakan-Nya, mentauhidkan-Nya.

Ini sesuai dengan arti ‘Arafah itu sendiri, yaitu bermakna ma’rifah, mengenal.

Di sini, jamaah haji mengenal siapa Tuhannya dan mengenal siapa dirinya di hadapan-Nya. Mengenal kemahakuasaan-Nya sekaligus mengenal kehinaan dirinya yang tiada arti apa-apa sebagai hamba yang penuh kedhaifan, noda dosa dan kemaksiatan. Kecuali hanya dengan mengharap rahmat dan kasih sayang-Nya, agar diakui sebagai hamba-Nya, yang berhak atas ampunan, ridha dan surga-Nya.

Baca Juga:  Gaza Bantah AS dan Israel tentang Peningkatan Bantuan Kemanusiaan

Kalau jamaah haji sudah sampai pada tataran ma’rifat diri (ma’rifatunnafs) dan ma’rifat Allah (ma’rifatullah) sebagai Tuhan-nya, maka ia telah mencapai Arafah yang sesungguhnya. Ia menghayati bagai berada di Padang Mahsyar, tempat berkumpulnya seluruh manusia untuk menerima pembalasan atas segala kebaikan dan keburukan semasa hidup di alam dunia.

Di Padang Arafah yang bak Padang Mahsyar itulah, manusia sudah tidak lagi bergantung pada keluarga yang dicintainya, manusia-manusia yang diharapkannya, pangkat yang dikejarnya, kedudukan yang diperebutkannya, materi yang dicari-cari sampai mati atau dunia lainnya yang diidamkannya.

Namun ia hanya akan sangat bergantung kepada Allah Tuhan semesta alam, yang memiliki semuanya, menguasai segalanya, dan menghendaki sekehendak-Nya.

Adapun semua unsur dunia yang dimilikinya, hanyalah sebatas titipan dari Tuhannya yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya sendirian di hadapan-Nya. Sendiri tanpa bantuan apapun dan dari siapapun, kecuali segala amal shalihnya semasa hidup di dunia.

Semoga para jamaah haji di Arafah dapat meraih haji mabrur, yang balasannya tiada lain ada surga-Nya. Aamiin. (A/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.