Oleh: Ali Farkhan Tsani, Khatib Pondok Pesantren Al-Fatah, Cileungsi, Bogor
Sekarang kita memasuki bulan Rabiul Awwal, atau bulan Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Bulan yang mengingatkan akan Maulid Nabi SAW, mengingatkan untuk terus mencintai Nabi.
Cinta Nabi merupakan tanda dan bukti bahwa kita cinta kepada Allah. Sebagaimana Allah sebutkan di dalam ayat:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ۬ (٣١)
Artinya: Katakanlah: “Jika kamu [benar-benar] mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS Ali Imran [3]: 31).
Lebih dari itu, mereka yang mencintai Nabi pun, kelak akan dikumpulkan bersama Nabi yang dicintainya itu. Seperti disebutkan di dalam hadits, bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Kapankah hari kiamat terjadi wahai Rasulullah?” beliau menjawab, “Apa yang telah kau persiapkan untuknya?” Laki-laki itu menjawab, “Aku tidak mempersiapkan banyak shalat, puasa, ataupun shadaqah. Namun aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Maka beliau bersabda:
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
Artinya: “Kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai.” (HR Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu).
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Karena itu, marilah berhati-hati siapa orang yang kita idolakan, apakah orang itu suka beribadah atau malah memaksiati-Nya. Apakah orang yang kita idolakan itu ingkar dan jauh dari tauhidullah ataukah dia orang yang shalih. Sebab kita akan dikumpulkan dengan orang-orang yang kita cintai itu.
Nabi sebagai Teladan
Selanjutnya, tindak lanjut dari kita mencintai Nabi adalah dengan menjadikannya sebagai teladan, anutan dan ikutan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Allah menegaskannya di dalam ayat:
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (21)
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab [33] : 21).
Pada ayat lain disebutkan:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ۬
Artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar mempunyai akhlak yang agung.” (QS Al-Qalam [68] : 4).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Begitulah, mereka yang lurus tauhidnya kepada Allah, yang selalu mengharapkan ridha Allah dan mengharap balasan terbaik di kampung akhirat. Mereka selalu menghiasi hari-harinya dengan banyak mengingat Allah. Hingga mengikuti segala yang menjadi sunnahnya.
Ibnu Katsir di dalam tafsir Al-Quranul ‘Adzim menjelaskan bahwa ayat ini merupakan landasan pokok menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai suri teladan dalam ucapan-ucapan beliau, dalam perbuatan-perbuatan, dan dalam semua keadaan beliau.”
Mushthafa Al-‘Adawi mengatakan, “Telah terhimpun pada diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sifat-sifat yang terpuji seperti malu, dermawan, pemberani, berwibawa, sambutan yang baik, lemah lembut, memuliakan anak yatim, baik batinnya, jujur dalam ucapan, suci, bersih, suci dirinya dan segala sifat-sifat yang baik”.
Bahkan isteri Nabi, Aisyah Radhiyallahu ‘Anha ketika ditanya tentang bagaimana akhlak Rasulullah, beliau menjawab:
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
كاَنَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
Artinya: “Akhlaknya adalah Al Qur’an.” (HR Muslim).
Untuk itu, sebagai wujud cinta kita kepada Nabi, marilah kita ikuti segala sunnahnya, agar kita senantiasa memperoleh petunjuk.
Hal ini seperti digambarkan di dalam sebuah hadits:
قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَعَلَيْكُمْ بِالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّمَا الْمُؤْمِنُ كَالْجَمَلِ الْأَنِفِ حَيْثُمَا قِيدَ انْقَادَ
Artinya: “Aku telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang berpaling darinya setelahku melainkan ia akan binasa. Barangsiapa di antara kalian hidup, maka ia akan melihat banyaknya perselisihan. Maka kalian wajib berpegang teguh dengan apa yang kalian ketahui dari sunnahku, dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham. Hendaklah kalian taat meski kepada seorang budak Habasyi. Orang mukmin itu seperti seekor unta jinak, di mana saja dia diikat dia akan menurutinya.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad).
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Ikut Nabi ke Surga
Karena itu, mengamalkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam merupakan jalan agar kita meraih syurga yang dijanjikan Allah.
Di dalam hadits disebutkan:
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
Artinya: “Setiap umatku masuk surga selain yang enggan,” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, lantas siapa yang enggan?” Nabi menjawab: “Siapa yang taat kepadaku (mengikuti aku) masuk surga dan siapa yang menyelisihi aku berarti ia enggan.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Salah satu bentuk cinta Nabi, agar kita bias bersama Nabi di surga adalah dengan meperbanyak shalawat. Seperti disebutkan di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu:
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
Artinya: “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR Muslim).
Hadits ini menunjukkan bahwa siapa saja yang bershalawat kepada Nabi satu kali, maka Allah akan membalas shalawat kita sebanyak sepuluh kali.
Imam Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud yaitu Allah akan memberikan kita rahmat dan akan dilipatgandakan pahala kita.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Shalawat serta salam, kesejahteraan untukmu duhai Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang begitu antusias mengajak umatnya menuju ridha dan ampunan-Nya, yang begitu tulus membimbing umatnya dengan Sunnah agar mengapai surga-Nya, yang begitu merasakan apa yang dirasakan umatnya.
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad. (A/RS2/RS1).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman