Mengapa Kita Membela Palestina (Oleh: Imaam Yahsyallah Mansur)

Oleh : Imaam Yakhsyallah Mansur *

Muqaddimah

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman di dalam Surat Al-Anbiya ayat 107:

وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ (الانبياء [٢١]: ١٠٧)

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

Ahli tafsir menjelaskan, ayat ini berkaitan dengan tugas Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai utusan Allah adalah untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, dengan memberikan perlindungan, mewujudkan kedamaian, dan menebar kasih sayang yang lahir dari ajaran dan pengamalan Islam yang baik dan benar.

Untuk dapat mewujudkan rahmat Allah, maka kita dituntut selalu berbuat kebajikan, termasuk menolong sesama manusia yang sedang tertindas dan terzalimi. Terlebih terhadap saudara-saudara kita di , yang mempunyai hak sama dengan kita, sebagai hamba Allah.

Allah Ta’ala menegaskan di dalam ayat-Nya:

إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ  (الاعراف [٧]:٥٦)

“Sesungguhnya ramat Allah dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-A’raf [7] : 56).

Pada ayat lain, Allah Ta’ala juga berfirman:

ٱلَّذِينَ أُخْرِجُوا۟ مِن دِيَٰرِهِم بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّآ أَن يَقُولُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ ٱللَّهِ ٱلنَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَٰمِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَٰتٌ وَمَسَٰجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا ٱسْمُ ٱللَّهِ كَثِيرًا ۗ وَلَيَنصُرَنَّ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَقَوِىٌّ عَزِيزٌ  (الحج [٢٢]:٤٠)

 “(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (QS Al-Hajj [22] : 40).

Di dalam Tafsir Al-Wajiz, Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, menjelaskan tentang ayat ini, bahwa orang-orang yang diizinkan untuk berperang adalah orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka (yaitu Makkah waktu itu) dan diambil harta mereka tanpa alasan yang benar, karena mereka tidak berbuat kesalahan apapun. Mereka diusir hanya karena mengatakan, “Tuhan kami hanyalah Allah”.

Sementara dalam hadits dikatakan:

فُكُّوا الْعَانِيَ وَأَطْعِمُوا الْجَائِعَ، وَعُودُوا الْمَرِيضَ (رواه البخارى)

“Bebaskan orang yang sedang tertawan, berikanlah makan kepada orang yang sedang kelaparan, dan jenguklah orang sedang sakit”. (HR Al-Bukhari).

Ayat dan hadits tersebut mengingatkan kita, betapa kita memiliki tanggung jawab yang besar, yakni menolong dan membebaskan orang-orang tertindas, baik Muslim maupun non-Muslim di wilayah Palestina, oleh kekejaman dan kejahatan Zionis Israel.

Apalagi kalau mencermati, bagaimana kondisi , tempat yang Allah Ta’ala muliakan, sebagaimana Dia menyebutkan secara langsung di dalam Surat Al-Isra ayat pertama.

Masjidil Aqsa, bangunan suci seluas 14,4 hektar, yang mencakup seluruh bangunan di dalam pagar tembok, saat ini kondisinya sangat memprihatinkan, dalam kendali pendudukan Zionis Israel, mengalami yahudisasi setiap saat, dan dalam rancangan pembagian waktu dan tempat. Di mana sedang dirancang Masjdil Aqsa akan dibagi dua, 70% untuk Yahudi, dan hanya 30% untuk umat Islam.

Hal ini pun tidak bisa dibiarkan begitu saja, tanpa adanya perlawanan dan pembelaan.

Allah Ta’ala mengingatkan kita di dalam firman-Nya:

وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ أَن يُذۡكَرَ فِيہَا ٱسۡمُهُ ۥ وَسَعَىٰ فِى خَرَابِهَآ‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ مَا كَانَ لَهُمۡ أَن يَدۡخُلُوهَآ إِلَّا خَآٮِٕفِينَ‌ۚ لَهُمۡ فِى ٱلدُّنۡيَا خِزۡىٌ۬ وَلَهُمۡ فِى ٱلۡأَخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬ (البقرة [٢]: ١١٤)

“Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya [masjid Allah], kecuali dengan rasa takut [kepada Allah]. Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat”. (QS Al-Baqarah [2] : 114).

Berkaitan dengan ayat ini, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, di dalam tafsirnya, bahwa ayat ini menjelaskan, tidak ada seorang pun yang lebih zalim dan lebih jahat daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah, mendirikan shalat, dan ibadah ketaatan lainnya di dalam masjid-Nya.

Mereka zalim karena berusaha bersungguh-sungguh dan mengerahkan segala kemampuannya untuk merobohkannya, baik dengan fisik maupun maknawi. Makna merobohkannya dalam bentuk fisik adalah menghancurkan, membongkar dan mengotorinya. Sedangkan merobohkannya dalam bentuk maknawi adalah menghalangi orang-orang dari berdzikir kepada Allah didalamnya.

Termasuk dahulu tatkala bala tentara bergajah Abrahah yang ingin menghancurkan ka’bah, juga orang-orang Quraisy yang menghalangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam peristiwa Hudaibiyah. Demikian juga dengan Nasrani ketika mereka berusaha menodai Baitul Maqdis, sebagai bentuk permusuhan kepada Allah. Dan kini kaum Zionis Yahudi Israel yang semakin mencengkeram hendak menguasai Masjidil Aqsa.

Para ulama mengambil ayat ini sebagai dalil bahwasanya tidak boleh memberi kesempatan bagi kaum kafir untuk memasuki masjid-masjid Allah, apalagi Masjidil Aqsa.

Amanat Konstitusi 

Begitulah, sangat jelas betapa Allah Ta’ala mengarahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk menunaikan tugas Kemanusiaan (Al-Anbiya : 107) dan Keagamaan (Al-Hajj : 40 dan Al-Baqarah 114), dalam hal pembelaan terhadap saudara-saudara orang beriman yang teraniaya.

Selanjutnya, secara kebangsaan, ini pun merupakan Amanat Konstitusi, sebagaimana disebutkan di dalam Pembukaan UUD 1945, yang secara eksplisit jelas menyebutkan, Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Maka, siapa pun pemimpin negara kita tercinta Republik Indonesia, selalu berdiri terdepan dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. Dari zaman founding fathers negeri ini, Bung karno hingga Presiden Joko Widodo saat ini, dan nanti Presiden selanjutnya.

Bahkan jika dirunut jauh waktu ke belakang, sejarah telah mencatat dengan tinta emas adanya hubungan yang kuat antara wilayah Indonesia dengan wilayah Palestina.

Hal ini dibuktikan dengan salah seorang Wali Songo, ulama yang mendakwahkan islam di tanah Jawa, bernama Sunan Kudus atau Ja’far Shodiq, yang telah membangun kota kembar (sister city) yakni kota Kudus di Jawa Tengah, kembar dengan kota Al-Quds (Yerusalem) di Palestina.

Nama masjid yang dibangun Sunan Kudus pun bernama Masjidil Aqsa Menara Kudus. Di dekat Menara Kudus ada nama Gunung Muria. Ini sama seperti nama gunung di dekat kota Al-Quds, yakni Gunung Muriya (جبل موريا).

Hutang Sejarah 

Dalam catatan sejarah, kita bangsa Indonesia pun mempunyai hutang terhadap bangsa Palestina, yang tentunya harus dibayar dengan tunai. Hutang besar itu adalah adanya pengakuan pertama negara di dunia terhadap Kemerdekaan Indonesia, yaitu Palestina.

Bahkan sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 6 September 1944 menjadi momen yang penting bagi Palestina dan Indonesia. Saat itu, Palestina mengakui Indonesia sebagai negara merdeka secara de facto.

Pengakuan kemerdekaan Indonesia saat itu pun disebarluaskan ke seluruh dunia oleh seorang Mufti Besar Palestina, Syaikh Muhammad Amin Al-Husaini. Ucapan selamat dari tokoh Palestina itu disiarkan melalui radio berbahasa Arab di Berlin, Jerman.

Bukan hanya secara diplomatik dan politik, secara finansial pun Palestina menjadi negeri yang membantu Indonesia, yakni melalui kedermawanan Muhammad Ali el-Taher, saudagar kaya Palestina. Ia adalah konglomerat penguasa media massa kelahiran Nablus, yang berjarak sekitar 49 km dari Masjidil Aqsa di Yerusalem.

Muhammad Ali el-Taher pemilik tiga surat kabar saat ia berbisnis di Mesir, yaitu Ashoura, Al-Shabab, dan Al-Alam Al-Masri.

Dialah, kalau boleh meminjam istilah kekinian, Crazy Rich yang menarik semua uang simpanannya di Bank Arabia dan mendonasikannya untuk perjuangan kemerdekaan Indoensia.

Padahal saat itu posisi Palestina dan Indonesia masih sama-sama negeri yang belum stabil, namun saling mendukung upaya kemerdekaan.

Kedua tokoh Palestina tersebut, Mufti Amin Al Husaini dan Muhammad Ali el-Taher itulah sangat aktif melobi negara-negara di Timur Tengah yang sudah merdeka dan berdaulat di Liga Arab untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Mesir kemudian menjadi negara pertama di Timur Tengah yang mengakui kemerdekaan Indonesia, dan diikuti negara-negara lainnya kemudian.

Tanggung Jawab Bersama

Kini, dalam situasi semakin mengkhawatirkan, di tengah serangan brutal, kejahatan kemanusiaan di depan mata dunia, pasukan pendudukan zionis Israel terhadap warga Jalur Gaza. Karena itu, kita tidak boleh diam, tapi harus bergerak lebih masif lagi untuk terus mendukung kemerdekaan Palestina sebagai negara berdaulat, dengan Al-Quds (Yerusalem Timur) sebagai ibukotanya.

Krisis Palestina bukan semata-mata urusan agama. Tetapi, itu adalah konflik antara bangsa yang terjajah dengan para penjajah, permusuhan antara bangsa yang ditindas dengan para penindas, peperangan antara negara yang ingin merdeka dan mendapatkan kembali haknya dengan pihak yang ingin melanggengkan nafsu penjajahan (kolonialismenya).

Apa yang dilakukan Zionis Israel terhadap rakyat Palestina adalah agresi, penjajahan, penindasan, dan pelanggaran HAM. Selain melanggar hukum internasional, tindakan-tindakan tercela itu tentu bertentangan dengan ajaran agama apa pun di dunia.

Penderitaan rakyat Palestina selayaknya menyatukan manusia di dunia ini yang memiliki hati nurani, dari manapun mereka berasal, untuk mengutuk kebiadaban Zionis Israel.

Di sisi lain, mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk terbebas dari penjajahan dan mendapatkan kembali hak-hak mereka ialah keharusan, karena membela mereka berarti membela kemanusiaan.

Allahu Akbar ! Al-Aqsa Haqquna !! (A/RS2/B04)

*Disampaikan pada Pembukaan Bulan Solidaritas Palestina (BSP) 2023, kerjasama Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) dan Badan Kerjasama Antarparlemen (BKSAP) DPR RI, diselenggarakan di Ruang Pansus B, Gedung Nusantara II DPR RI, Jakarta, Rabu, 17 Rabiul Akhir 1445 H / 1 November 2023 M.

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.