Menjadi Yang Terdepan dalam Kebaikan

Oleh : , wartawan Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

Allah berfirman di dalam Al-Quran:

تفسير وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Artinya: “Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS Al-Baqarah[2]: 148).

Pada ayat ini Allah mengatakan bahwa setiap umat mempunyai kiblat masing-masing. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘Alaihis Slam menghadap kiblat ke Ka’bah. Bani Israil menghadap ke Baitul Maqdis. Yang prinsip ialah beriman kepada Allah dan mematuhi segala perintah-Nya.

Karena Allah telah memerintahkan agar kaum Muslimin menghadap ke Ka’bah dalam shalat, yang sebelumnya berkiblat pertama ke Baitul Maqdis (Masjidil Aqsa) di Yerusalem, maka fitnah dan cemoohan dari orang yang ingkar itu tidak perlu dilayani. Namun hendaklah kaum Muslimin bekerja dengan giat, beramal, bertobat dan berlomba membuat kebajikan. (Tafsir Al-Quran, Kemenag RI).

Allah nanti akan menghimpun umat manusia untuk menghitung serta membalas segala amal perbuatannya, dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, tidak ada yang dapat melemahkan-Nya .

Abu Ja’far mengatakan, ayat ini menyebut kalimat , yang maknanya maka berlombalah atau bergegaslah dalam kebaikan.

Di dalam Tafsir Ath-Thabari dijelaskan, ayat ini mendorong orang-orang beriman untuk melanjutkan perbuatan baik. Allah juga telah menjelaskan kepada orang-orang yang beriman akan kebenaran, dan telah membimbing mereka ke arah kebenaran tersebut. Jangan sampai kemudian seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani, yang menjadi sesat setelah datang kebenaran. Maka janganlah orang-orang beriman menyia-nyiakan kebenaran itu, nanti akan seperti mereka, Yahudi dan Nasrani, sehingga kehilangan kebenaran.

Imam Qatadah mengatakan tentang ayat ini,  “Maka jadilah yang terdepan dalam perbuatan baik.”

Pada ayat lain disebutkan:

ثُمَّ اَوْرَثْنَا الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَاۚ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚوَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ ۚوَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيْرُۗ

Artinya; “Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang mendzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.” (QS Fathir/35: 32).

Kandungan ayat ini menjelaskan tentang pembagian hamba-hamba Allah, yang mereka terbagi menjadi tiga kelompok. Yakni kelompok pertama,  “dzalimun linafsih”, yaitu mereka yang mendzalimi diri sendiri. Kelompok ini kurang memperhatikan pesan-pesan Al-Quran, sehingga mereka lebih banyak berbuat keburukan daripada berbuat kebaikan.

Kelompok kedua, “muqtasid”, yaitu mereka yang pertengahan, yaitu orang yang kebaikannya setara dengan keburukannya.

Kelompok ketiga, “sabiqum bil khairat”, yaitu mereka yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Mereka itulah orang yang segera dan berlomba berbuat kebajikan. Sehingga kebaikannya sangat banyak dan amat sedikit atau jarang berbuat keburukan.

Berkaitan dengan ayat tersebut, Imam Ibnu Katsir di dalam Tafsir Al-Quranul ‘Adzim, menukilkan hadits berikut :

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: “قَالَ اللَّهُ: {ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ} ، فَأَمَّا الَّذِينَ سَبَقُوا فَأُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ، وَأَمَّا الَّذِينَ اقْتَصَدُوا فَأُولَئِكَ يُحَاسِبُونَ حِسَابًا يسيرا، وأما الَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ يُحْبَسُونَ فِي طُولِ الْمَحْشَرِ، ثُمَّ هُمُ الَّذِينَ تَلَافَاهُمْ بِرَحْمَتِهِ، فَهُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ}

Artinya: Dari Abu Darda, ia mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam bersabda sehubungan dengan makna ayat berikut: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. (Fathir: 32). Bahwa adapun orang-orang yang lebih cepat berbuat kebaikan, mereka adalah orang-orang yang dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab; dan orang-orang yang pertengahan ialah mereka yang mengalami hisab, tetapi hisab yang ringan. Adapun orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri adalah orang-orang yang ditahan di sepanjang Padang Mahsyar menunggu syafaat dariku. Kemudian Allah memaafkan mereka dengan rahmat-Nya. Mereka adalah orang-orang yang mengatakan, seperti disebutkan Allah dalam ayat, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.” (Fathir: 34-35)

Begitulah, sebagai seorang Muslim marilah kita menjadi manusia-manusia prestatif, manusia-manusia yang terdepan dalam berbagai kebaikan.

Terlebih saat ini memasuki awal bulan penuh penghormatan Rajab, saat amal-amal kebaikan berlipat ganda pahalanya. Sebentar lagi Sya’ban, kemudian puncaknya kita memaksimalkan ibadah dan amal-amal kebaikan pada bulan suci Ramadhan. Aamiin. (A/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.