Menristek: Penerapan Teknologi Tepat Guna Tingkatkan Mutu Kopi Lokal Indonesia

Jakarta, MINA – Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, penerapan (TTG) dapat meningkatkan mutu kopi lokal Indonesia.

Hal itu ia sampaikan dalam webminar Gastrodiplomacy Insights bertema:”Indonesia dalam Peta Kopi Dunia: Peluang dan Prospek”, Selasa (8/9).

yang terkenal di dunia antara lain kopi luwak, kopi Toraja, kopi Sumatera, dan kopi Jawa. Kopi Indonesia dikenal dan diakui di dunia karena kualitasnya tetapi identitasnya masih terpecah,” kata Menteri Bambang dalam keterangan tertulis yang diterima MINA.

“Usul saya adalah mulai memikirkan membuat menu minuman kopi Indonesia seperti es kopi atau lainnya untuk mengangkat nama Indonesia,” tambahnya.

Menteri Bambang menjelaskan, Indonesia harus punya identitas yang jelas dengan brand kopi agar lebih mendunia. Daerah terbesar penghasil kopi di Indonesia berada di pulau Sumatera terutama provinsi Sumatera Selatan, Lampung, dan Sumatera Utara, disusul dengan Jawa Timur di posisi keempat, Bengkulu dan Aceh, Sulawesi Selatan, serta Nusa Tenggara Timur.

Selain itu, 45 persen biji kopi Indonesia terserap oleh industri nasional. Artinya kopi yang diekspor adalah bubuk kopi yang sudah diolah sehingga mempunyai nilai tambah dengan nilai jual yang lebih tinggi. Lebih baik produksi kopi ditingkatkan, konsumsi tetap naik, tetapi peluang ekspor kopi tetap tinggi.

Produksi kopi di Indonesia rata-rata 600 ribu ton per tahun dengan luas area 1,3 juta hektar dan menyuplai tujuh persen kebutuhan kopi dunia. Kopi merupakan komoditas ekspor non migas keenam terbesar selain batubara dan sawit. Kopi Indonesia diekspor ke Jepang dan Amerika Serikat sebagai pasar terbesar dan dianggap sebagai sasaran utama, disusul Malaysia, Italia, dan Jerman.

“Kalau para diplomat mempromosikan kopi Indonesia artinya mempromosikan kesejahteraan rakyat karena dampaknya langsung pada petani. Kalau ingin meningkatkan produksi kopi maka harus mendorong monokultur di tingkat perkebunan rakyat atau menciptakan model intiplasma, intinya adalah perusahaan dan plasmanya yaitu para petani,” ucap Menteri Bambang.

Menurut Menteri Bambang, riset dapat mempengaruhi produktivitas dan kualitas kopi berdasarkan budidaya, penanaman, pengolahan pasca panen, proses produksi, dan peralatan yang dibutuhkan. Selain itu perlu diperhatikan penguasaan dalam hal pemasaran, baik dengan pengembangan produk yang diminati oleh pelanggan tidak hanya di Indonesia maupun seluruh dunia, menentukan target pasar, dan mengembangkan agro industri kopi home industry serta menerapkan sosial kemasyarakatan yang melibatkan beberapa institusi, salah satunya adalah LIPI.

Riset berupaya untuk memberikan sentuhan teknologi untuk petani yang menjalankan perkebunan rakyat atau diberikan pada UMKM yang disebut riset dan penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) periode tahun 2005 – 2020. Mereka membutuhkan alat yang terjangkau, kualitasnya bagus, mudah dipakai, dan sesuai untuk luas tanah yang dikelola.

TTG yang dilakukan adalah budidaya intensifikasi pertanian, menggunakan alat modern baik mesin atau manual untuk pengupasan kulit kopi, sistem pendinginan dan pengeringan kopi yang menggunakan mesin, proses penyangraian kopi menggunakan roaster, serta pengemasan kopi yang lebih menarik dengan bahan alumunium foil.

Menteri Bambang mengatakan, peningkatan yang dihasilkan melalui sentuhan TTG telah menghasilkan kopi yang bermutu tinggi dan jangkauan pemasarannya lebih luas. Dari kegiatan riset disamping telah menghasilkan publikasi ilmiah telah dihasilkan pula dua prototipe yang diterapkan di satu daerah, satu paten yang terdaftar, empat UMKM yang sudah dibina, 17 kader TTG, dukungan dari Pemda melalui APBD dan CSR dari BI dan BRI, dan mulai dikenal.

Indonesia adalah negara produsen kopi keempat terbesar di dunia jika dilihat secara kuantitas di bawah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Jika dilihat dari luas negara, Indonesia masih kalah luas dari Brazil tetapi lebih luas dibanding Vietnam dan Kolombia. Dengan produksi seperti ini, seharusnya Indonesia ada di posisi dua sehingga bisa bersaing dengan Brazil. (T/R11/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.