Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan dengan Amal Shaleh

Oleh : , Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

Tanggal 17 Agustus 2023 ini kita akan mensyukuri 78 tahun Republik Indonesia. Kemerdekaan adalah rahmat, kasih sayang, dan anugerah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kemerdekaan yang diraih melalui perjuangan para pahlawan pendahulu kita, terutama dari kalangan ulama, kyai, asatidz, tokoh Islam dan para santri dalam mengusir penjajahan dengan kalimat takbir “Allahu Akbar”.

Kemerdekaan sebagai karunia Allah, yang termaktub di dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.

Para pendahulu kita telah merekatkan dan metapatkan semua perbedaan yang ada dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hingga kini para ulama, tokoh dan umat Islam pun selalu menjaga persatuan dan kesatuan itu, serta mengisinya dengan pembangunan di segala bidang, dengan amal shaleh yang terus berkemajuan.

Amal shaleh yang dilandaskan dengan nilai takwa kepada Allah, yang akan mendatangkan keberkahan dari Allah.

Allah menyebutkan di dalam firman-Nya :

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡہِم بَرَكَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا ڪَانُواْ يَكۡسِبُونَ

Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan [ayat-ayat Kami] itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS Al-A’raf [7]: 96).

Sehingga dengan demikian, dengan rahmat Allah berupa kemerdekaan itulah, lalu dilanjutkan dengan mengisinya agar dapat menjadi negeri yang baik, penuh berkah serta ampunan Allah.

Sebagaimana firman-Nya:

 بَلۡدَةٌ۬ طَيِّبَةٌ۬ وَرَبٌّ غَفُورٌ۬

Artinya: “Negeri yang baik dan [Tuhanmu] adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. (QS Saba [34]: 15).

Namun ayat tersebut masih berlanjut, jangan sampai kufur nikmat. Sebab jika kufur, mengingkari segala rahmat, karunia Allah, malah mengisinya dengan berbagai kemungkaran, adu domba, dan berbagai kemaksiatan. Maka yang akan terjadi adalah ujian, malapetaka bahkan azab dari Allah.

Seperti ayat selanjutnya memperingatkan :

 فَأَعۡرَضُواْ فَأَرۡسَلۡنَا عَلَيۡہِمۡ سَيۡلَ ٱلۡعَرِمِ وَبَدَّلۡنَـٰهُم بِجَنَّتَيۡہِمۡ جَنَّتَيۡنِ ذَوَاتَىۡ أُڪُلٍ خَمۡطٍ۬ وَأَثۡلٍ۬ وَشَىۡءٍ۬ مِّن سِدۡرٍ۬ قَلِيلٍ۬ (١٦) ذَٲلِكَ جَزَيۡنَـٰهُم بِمَا كَفَرُواْۖ وَهَلۡ نُجَـٰزِىٓ إِلَّا ٱلۡكَفُورَ (١٧)

Artinya: “Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi [pohon-pohon] yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. (16) Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab [yang demikian itu], melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (17). (QS Saba [34]: 16-17).

Demikianlah semangat kemerdekaan yang berlandaskan persatuan dan kesatuan dalam perjuangan, yang menjadi sumber kekuatan bangsa. Semangat persatuan di tengah berbagai keniscayaan perbedaan yang perlu terus dijaga, agar nikmat kemerdekaan ini tetap lestari sepanjang masa.

Dalam pandangan Islam, sesungguhnya Islam hadir membawa misi pembebasan bagi manusia dari segala bentuk penjajahan dan penindasan. Islam hadir untuk memperbaiki akhlak umat manusia dan selanjutnya hanya menghamba kepada Allah. Termasuk dalam hal ini membebaskan manusia dari kungkungan hawa nafsu yang mendorong manusia bersikap destruktif menuju manusia konstruktif.

Misi Islam juga sesungguhnya untuk memanusiakan manusia, menghilangakan rasialisme, dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia.

Ajaran Islam juga menempatkan manusia sebagai hamba Allah yang mempunyai misi untuk memakmurkan kehidupan di dunia ini, membawa sebagai ajaran yang membawa rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin).

Karena itu, tidaklah sempurna iman seseorang, manakala kesalehan ibadah yang ditunjukkan dengan shalat, dzikir, puasa, tadarus Quran, dan lainnya, tidak membawa implikasi positif bagi kesalehan sosial kemanusiaan.

Kesalehan sosial itu termasuk mendorong pembebasan negeri-negeri terjajah. Seperti saat ini Palestina, satu-satunya negeri di dunia ini yang masih terjajah oleh kolonialis. Kita dukung terus untuk menikmati kemerdekaan hakikinya, sebagaimana kita bangsa Indonesia merayakannya.

Untuk itu, pada perayaan tasyakur kemerdekaan RI tahun ini, marilah kita semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan umat dan bangsa, kita tinggalkan segala pertikaian dan permusuhan, kita songsong tantangan masa depan dengan semangat amal shaleh membangun negeri dalam ridha ilahi. Aamiin. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.