Mentadaburi Makna Hijrah, Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur

Firman Allah Subhanahu wa taala;

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (سورة البقرة   ٢١٨

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S Al- Baqarah [2]: 218) .

Ayat ini merupakan salah satu ayat yang menjelaskan tentang keutamaan . Pada ayat itu disebutkan tingkatan kesempurnaan iman yaitu; pertama, iman kepada Allah Subhanahu wa taala; kedua, sanggup hijrah karena iman dan; ketiga sanggup berjihad di jalan Allah Subhanahu wa taala.

Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa salam :

أنا أّمُرُكْم بِخَمْسٍ أَللهُ أَمَرَنِى بِهِنَّ : بِاْلجَمَاعَةِ وَالسَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ وَ الْهِجْرَةِ وَ اْلجِهَادِ فِى سَبِيْلِ اللهِ ، 

“Aku perintahkan kepada kamu sekalian (muslimin) lima perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; berjama’ah, mendengar, thaat, hijrah dan jihad fi sabilillah” (HR.Ahmad)

Orang yang beriman dan ikut hijrah bersama Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang pantas mendapatkan rahmat dan ridha Allah Subhanahu wa taala.

Hijrah secara bahasa berarti berpindah, meninggalkan, berpaling dan tidak memperdulikan lagi. Sedangkan secara istilah, hijrah memiliki beberapa pengertian antara lain: 1) meninggalkan tempat yang dikuasai orang kafir; dan, 2) menjauhkan diri dari dosa.

Hijrah dalam sejarah biasanya dihubungkan dengan kepindahan  Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa salam dari Makkah ke Madinah. Dalam hal ini, hijrah berarti berkorban karena Allah Subhanahu wa taala, yaitu dengan memutuskan hubungan dengan yang dicintai demi tegaknya kebenaran dengan jalan berpindah dari kampung halaman ke negeri lain. Hijrah juga merupakan sunnah (kebiasaan) para Rasul sebelum Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa salam dan terbukti menjadi prelude (pendahuluan)  bagi keberhasilan sebuah perjuangan.

Hijrah Rasululllah Shallallaahu alaihi wa salam dari Makkah ke Madinah membuktikan kebenaran atas pernyataan di atas. Secara lahiriyah (materi), hijrah ini tampak sebagai kerugian karena Beliau harus kehilangan negerinya. Tetapi, kehilangan ini diganti oleh Allah dengan pesatnya perkembangan Islam di Madinah dan bahkan akhirnya Makkah dapat kembali ke pangkuan Beliau dan para sahabatnya dalam sebuah kemenangan yang gilang gemilang.

Inilah bukti kebenaran firman Allah Subhanahu wa taala :

وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (سورة النساء ١٠٠

Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S An-Nisa [4]: 100) .

Hijrah Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam dan para sahabatnya banyak sekali memberikan pelajaran kepada kita:

Pertama: Pentingnya Persiapan

Sebelum melaksanakan hijrah, Beliau (Rasulullah) telah membuat persiapan yang matang. Beliau menentukan jalan yang akan dilalui yang berbeda dengan rute jalan yang biasa dilalui menuju ke Yatsrib (Madinah). Beliau juga membayar petunjuk jalan, memilih sahabat yang menemaninya, yaitu Abu Bakar, hingga memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan Beliau di tempat tidurnya dan mengembalikan barang-barang yang dititipkan kepada Beliau.

Kedua: Pengorbanan dalam Perjuangan

Ketika Abu Bakar membeli dua ekor unta dan menyerahkannya sebagai hadiah untuk kendaraan ke Yatsrib, Beliau menolaknya dan berikeras untuk membelinya.  Di sini Beliau mengajarkan bahwa untuk mencapai usaha besar diperlukan pengorbanan yang maksimal.

Pengorbanan ini pula yang dilakukan oleh para sahabatnya yang hijrah bersama Beliau. Mereka meninggalkan keluarga, tanah kelahiran, harta yang mereka cintai demi dapat berhijrah. Di antara pengorbanan para sahabat yang diabadikan dalam Al-Quran adalah sahabat  Suhaib Ar-Rumi, saudagar kaya yang berasal dari Romawi  yang meninggalkan seluruh hartanya di Makkah agar dia dapat ikut berhijrah.

Allah Subhanahu wa taala berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ (سورة البقرة ٢٠٧

Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”. (Q.S Al- Baqarah [2]: 207).

 

Ketiga: Pentingnya Masjid, Tarbiyah (pendidikan) dan Ukhuwah (persaudaraan)

Hal pertama kali yang dilakukan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam setelah sampai di Madinah adalah membangun masjid dan menyediakan shuffah (beranda) masjid sebagai tempat pendidikan serta mempersaudarakan Muhajirin (orang yang berhijrah dari Makkah) dengan Ansor (penduduk asli Madinah).

Beliau bersabda:

تَاخُوْا فِى اللهِ اَخْوَىْنِ اَخْوَىْنِ ( ابن هشام

“Bersaudaralah kalian di jalan Allah dua dua” (H.R Ibnu Hisyam)

Apa yang dilakukan Rasulullah menunjukkan masyarakat madani (berkemajuan) sangat  erat  hubungannya (peduli)  dengan masjid, pendidikan dan persaudaraan.

Wallahu a’lam bis shawab

(A/ P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.