Oleh Bahron Ansori, jurnalis MINA
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ، عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
إِخْوَانِيْ فِي اللهِ رَحِمَكُمُ اللهُ.
Ikhwani rahimakumullah
Sesungguhnya keberadaan permusuhan antara manusia dan syetan adalah sudah sejak lama, sehingga syetan akan berusaha senantiasa melancarkan tipu dayanya kepada anak cucu Adam dari segala penjuru mata angin sampai hari akhir nanti.
Permusuhan itu dimulai sejak diciptakannya Adam ‘alaihissalam ”’ dan perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud kepadanya, maka merekapun sujud kecuali iblis yang enggan dan takabur. Sejak saat itulah Allah memvonisnya sebagai makhluk yang sesat disebabkan penolakannya untuk bersujud kepada Adam ‘alaihissalam. Hal inilah yang menyebabkan ia bersumpah dan berjanji:
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي اْلأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka (manusia) memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya” (Qs. Al-Hijr 39).
Dan Rasulullah menyatakan:
إِنَّ الشَّيْطَانَ قَعَدَ لاِبْنِ آدَمَ بِأَطْرُقِهِ.
“Sesungguhnya syetan selalu berupaya menggoda anak cucu Adam dengan segala cara”. (HR. Imam Ahmad, Imam Nasai dan Ibnu Hibban).
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
Ini berarti bahwa setiap yang akan menempuh kebajikan pasti akan dihalang-halangi oleh syetan.
Tentu saja target akhir dari usaha syetan ini adalah agar manusia bersedia menjadi karibnya di Neraka. Allah berfirman:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُوا حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuhmu. Karena sesungguhnya syetan-syetan mengajak (menggoda) golongannya (manusia) supaya mereka menjadi (temannya) sebagai penghuni Neraka yang menyala-nyala” (Qs. Al-Fatir 6).
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Hadirin sidang Jum’at yang berbahagia
Imam Ibnu Al-Qayyim Al-Jauzi dalam kitabnya Madariju Al-salikin menyimpulkan adanya tujuan perangkap syetan yang dipasang untuk manusia. Yaitu:
Pertama, Kufur dan Syirik. Dua perangkap ini menjadi perangkap utama dalam menjerat hamba-hamba Allah. Kufur berarti tiadanya rasa keimanan terhadap Allah dan RasulNya baik itu berupa pengingkaran terhadap eksistensi Allah ataupun tidak yaitu dengan adanya keragu-raguan ataupun juga menghalangi tersebarnya Risalah Islam ataupun juga meragukan kebenaran wahyu, memusuhi para Rasul Allah dan bersikap hasud terhadap mereka. Adapun syirik berarti menjadikan sekutu bagi Allah dalam RububiyahNya dan UluhiyahNya. Tapi kebanyakan syirik ini pada UluhiyahNya, seperti Nadzar, pengharapan, do’a, cinta, berkorban yang diperuntukkan pada selain Allah dan sebagainya.
Kalau toh ada rasa Iman dalam dada manusia, ditanamkanlah keraguan dalam hatinya, sehingga dapat menggoyahkan asas dan fondasi tauhid. Di dalam Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُوْلُ: مَنَ خَلَقَ هَذَا؟ مَنَ خَلَقَ كَذَا؟، حَتَّى يَقُوْلَ: مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ؟، فَإِذَا بَلَغَ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ فَلْيَنْتَهِ. (اللفظ للبخاري).
“Syetan mendatangi salah seorang di antara kamu lalu bertanya, siapakah yang menciptakan ini? Siapakah yang menciptakan itu? Hingga bertanya siapakah yang menciptakan Rab-mu? Jika dia membawa kepada pertanyaan ini maka hendaklah ia berlindung kepada Allah dan menghentikannya.” (lafadz ini bagi Al-Bukhari).
Suatu saat manusia meyakini bahwa Allah memiliki kekuatan, sementara pada saat yang lain menyakini adanya kekuatan makhluk selain Allah. Suatu saat ia yakin bahwa hanya Allah satu-satunya Pemberi rizki (Al-Razaq) namun pada saat lain ia menggantungkan rizkinya pada makhluk yang lain. Begitu seterusnya hingga runtuhlah kemurnian aqidah seorang hamba tersebut.
Bila hal ini berhasil tertanam pada manusia, maka padamlah api permusuhannya, namun jika usaha ini gagal maka syetan beralih pada perangkap berikutnya.
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Kedua, Bid’ah. Menurut Al-Syatibi dalam Al-I’tisham dikatakan bahwa bid’ah adalah segala yang diada-adakan dalam bentuk yang belum ada contohnya. Ia bisa berupa keyakinan yang menyalahi kebenaran yang dibawa para rasul Allah dan dimuat dalam kitab Allah. Bisa berupa bentuk-bentuk ibadah yang tidak dilandasi dalil-dalil syar’i. Perangkap ini sangatlah berbahaya karena banyak orang yang tidak menyadarinya, karenanya bid’ah lebih disukai syetan daripada perbuatan maksiat. Sufyan Ats-tsauri berkata:
اَلْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ. اَلْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا وَالْبِدْعَةُ لاَ يُتَابُ مِنْهَا.
“Bid’ah itu lebih disukai oleh iblis daripada kemaksiatan, pelaku maksiat masih ingin bertaubat dari kemaksiatannya, sedang pelaku bid’ah tidak ada keinginan untuk bertaubat dari kebid’ahannya.”
Hal ini karena pelaku bid’ah mengira perbuatannya baik, dan dengan bid’ahnya itu dia bermaksud untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu ia tidak berfikir untuk bertaubat kepada Allah dari perbuatannya bahkan dengan bid’ahnya ia mengharap pahala, sebagaimana firman Allah:
أَفَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَءَاهُ حَسَنًا
Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina
“Maka apakah orang yang dijadikan (syetan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia menyakini pekerjaannya itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syetan)?” (Qs. Fathir: 8).
Berbeda dengan pelaku maksiat, ia merasa sedikit amal baiknya dan jelek perbuatannya, sehingga jika datang nasehat padanya segera ia bertaubat. Bahkan ironisnya ada sebagian orang berpendapat adanya bid’ah hasanah, padahal para ulama dan salafus shalih sudah bersepakat bahwa semua perbuatan bid’ah adalah sesat.
Bahkan Imam Malik dengan tegas menyatakan:
مَنِ ابْتَدَعَ فِي اْلإِسْلاَمِ بِدْعَةً يَرَاهَا حَسَنَةً فَقَدْ زَعَمَ أَنَّ مُحَمَّدًا خَانَ الرِّسَالَةَ، لأَنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ: {اَلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْنًا} فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِيْنًا فَلاَ يَكُنِ الْيَوْمَ دِيْنًا.
Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta
“Barangsiapa mengada-adakan di dalam Islam suatu bid’ah yang dia melihatnya sebagai suatu kebaikan, maka ia telah menuduh Muhammad -shallallohu ‘alaihi wasallam- menghianati risalah, karena Allah telah berfirman: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah kucukupkan nikmatKu kepadamu, dan telah Kuridhoi Islam menjadi agamamu.” Maka sesuatu yang bukan termasuk ajaran agama pada hari itu (saat hidup Rasul), bukan pula termasuk ajaran agama pada hari ini.
Begitulah bahaya bid’ah dan merupakan masalah yang besar, sampai-sampai Abdullah bin Abbas mengatakan: bila manusia lolos dari perangkap ini dan memasukkan dirinya ke dalam golongan orang-orang yang memusuhi ahli bid’ah, maka syetan beralih ketingkatan ketiga.
Ikhwani rahimakumullah
Ketiga, Dosa-dosa Besar. Syetan sangat berharap dapat menjerumuskan manusia ke dalamnya, maka dia menampakkan dosa-dosa itu indah dan bagus di mata seorang hamba. Ditumbuhkannya sikap menunda-nunda, dibukakan kepadanya pintu pengharapan, sehingga dalam benaknya berkata: “Dosa tidak berbahaya selagi masih memiliki tauhid, sebagaimana kebaikan tidak berguna bila masih dalam kemusrikan”.
Baca Juga: Perang Mu’tah dan Awal Masuknya Islam ke Suriah
Keempat, Dosa-dosa Kecil. Syetan membisikkan dalam hati manusia dengan mengatakan: “Tidak mengapa kamu melakukan dosa-dosa kecil asalkan kamu jauhi dosa-dosa besar. Apakah kamu tidak tahu bahwa dosa-dosa kecil dapat dihapus dengan melakukan kebaikan-kebaikan?”. Akibatnya seorang hamba menganggap enteng dosa-dosa kecil sehingga senantiasa melakukannya. Padahal dosa-dosa kecil ini bila menumpuk bisa jadi merusak pelakunya, sebagaimana Sabda Nabi,
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوْبِ. ثُمَّ ضَرَبَ لِذَلِكَ مَثَلاً بِقَوْمٍ نَزَلُوْا بِفَلاَةٍ مِنَ اْلأَرْضِ فَأَعْوَرَهُمُ الْحَطَبُ، فَجَعَلَ هَذَا يَجِيْءُ بِعُوْدٍ وَهَذَا بِعُوْدٍ حَتَّى جَمَعُوْا أَحْطَبًا كَثِيْرًا فَأَوْقَدُوْا نَارًا وَأَنْضَجُوْا خُبْزَتَهُمْ. فَكَذَلِكَ فَإْنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوْبِ تَجْتَمِعُ عَلَى الْعَبْدِ وَهُوَ يَسْتَهِيْنُ شَأْنَهَا حَتَّى تُهْلِكَهَا. (رواه أحمد).
“Jauhkanlah dirimu dari dosa-dosa kecil, kemudian beliau membuat perumpamaan untuknya dengan suatu kaum yang singgah di tanah lapang. Lalu mereka memerlukan kayu bakar, maka seorang dari mereka mengambil satu ranting dan yang lain masing-masing satu ranting, sedikit demi sedikit, akhirnya terkumpullah kayu bakar yang banyak. Kemudian mereka menyalakan api, hingga mereka memasak roti mereka. Maka demikian, bahwa dosa-dosa kecil itu menumpuk pada seseorang sedang dia meremehkannya, hingga dosa-dosa kecil itu membinasakannya.” (HR. Ahmad)
Ikhwani rahimakumullah
Baca Juga: Selamatkan Palestina, Sebuah Panggilan Kemanusiaan
Bila manusia berhasil menghindari dosa-dosa kecil, maka syetan akan memasang perangkap berikutnya bagi manusia.
Kelima, menyibukkan manusia pada hal-hal yang mubah yang tidak ada pahala. Bila seorang hamba menyibukkan diri pada hal-hal yang mubah yang tidak ada manfaatnya, otomatis ia akan kehilangan kesempatan untuk meraih pahala, tidak memperbanyak ketaatan dan tidak bersungguh-sungguh dalam mencari bekal akhirat, selanjutnya hal ini meningkat untuk meninggalkan hal-hal yang disunahkan agama “itukan mubah (boleh) saja”. Memang di sinilah perangkap itu, dan begitu seterusnya.
Keenam, menyibukkan pada amalan-amalan yang lemah dan kurang bermanfaat. Syetan menampakkan baik dalam pandangannya, menghiasinya dan memperlihatkan adanya manfaat dan keuntungan padanya agar kita sibuk dengannya dari pada sesuatu yang lebih utama dan lebih besar manfaatnya. Di sini syetan menghendaki agar kita tidak punya kesempatan mendapatkan pahala atau merugikan kita pada hal-hal yang mubazir. Mungkin kita bisa beralasan dengan berdalih mencari hiburan, kesenangan dan sebagainya, tapi sadarkah kita bahwa ini sebenarnya sebuah perangkap.
Keujuh, menugaskan tentara syetan. Mereka ditugaskan untuk mengganggu seorang hamba dengan bermacam-macam gangguan. Rintangan ini tidak dapat dihindari karena semakin bersungguh-sungguh seorang hamba beristiqamah, maka musuh akan semakin intens dalam merintanginya. Kecuali bila seorang hamba senantiasa mengasah keikhlasan dalam setiap amalnya. Kita masih ingat bagaimana Imam Ahmad bin Hambal, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan masih banyak lagi, dipenjara dan disiksa oleh penguasa thaghut kaki tangan syetan, karena mereka tetap istiqamah dalam berdakwah.
Akhirnya, kita mengharap semoga Allah selalu membimbing kita, menjauhkan perangkap syetan dalam setiap langkah-langkah kaki kehidupan kita dimana dan kapanpun waktunya. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ تَعَالَى لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.
(sumber: Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi ke-1, Darul Haq Jakarta).
(RS3/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)