MUI DAN WALUBI PRIHATIN TERHADAP PENGUNGSI ROHINGYA

Foto : Logo MUI
Foto : Logo

Jakarta, 3 Sya’ban 1436/21 Mei 2015 (MINA) – Ketua Bidang Kerukunan Antarumat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI), , menyatakan keprihatinan yang mendalam atas permasalahan yang terdampar di wilayah dan berdampak terhadap masalah sosial dan kemanusiaan.

Kompleksitas permasalahan Rohingya dengan status kewarganegaraan, sentiment keagamaan, dan masalah sosial ekonomi. Dari peningkataan eksodus etnis Rohingya sangat diperlukan kerjasama negara-negara dikawasan Association of Southeast Asian Nations ASEAN untuk bersama mengatasinya, kata Slamet kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di kantor MUI Pusat, Jakarta, Kamis (21/5).

Palang Merah Indonesia (PMI) diharapkan dapat membantu menangani masalah pengungsi Rohingya yang jumlahnya akan terus meningkat, untuk menghindari dampak negatif secara ekonomi, sosial, dan kemanusiaan bagi kawasan Asean yaitu Thailand, Malaysia, dan Indonesia.

Slamet mengimbau, pemerintah untuk dapat menggalang dukungan dan kerjasama negara Asean dalam menangani permasalahan pengungsi Rohingya dan status kewarganegaran.

“Tanpa bermaksud mencampuri urusan dalam negeri Republika Persatuan Myanmar, kami menghimbau agar pemerintah Myanmar secepatnya dapat mengambil langka-langka yang fundamental dalam menyelesaikan masalah Rohingya di negaranya,” tegas Slamet.

Mengadopsi prinsip-prinsip dasar kewarganegaraan yang tidak rasialis dan diskriminatif, sehingga tidak terjadi eksodus berupa mengalirnya manusia perahu secara terus menerus yang bertentangan dengan asas kemanusiaan.

Meminta kepada pemerintah Indonesia untuk menampung para pengungsi Myanmar dengan menyiapkan tempat penampungan khusus seperti penampungan para pengungsi dari Cambudia dan Vietnam.

MUI dan perwakilan umat Budda Indonesia (), bertekad melakukan kegiataan kemanusiaan untuk meringankan beban para pengungsi Rohingya yang sekarang berada di Indonesia khususnya Aceh dan Sumatera Utara.

Sementara itu, pelaksana tugas Ketua Umum Walubi, Arief Harsono mengimbau, agar masyarakat Indonesia dari berbagai agama tidak terprovokasi dengan isu diskriminasi agama dan etnis.

“Kami tidak ingin (diskriminasi) yang terjadi di Myanmar menyebabkan hubungan Islam dan Buddha renggang karena sesungguhnya Buddha di Myanmar sangat berbeda dengan di Indonesia,” kata Arief.

Arief menilai permasalahan warga Rohingya di Myanmar sesungguhnya bukan berakar dari perbedaan agama, namun dari minoritas etnis tersebut yang berakumulasi pada masalah sosial dan kriminal. (L/P002/R11)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: kurnia

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0