Oleh Urfa Kaida, Aktivis Aqsa Working Group (AWG) Jawa Barat, Koordinator Komunitas Literasi Aqsa Writing Group (AWF)
Amanah pembebasan Baitul Maqdis bukan hanya tanggung jawab kaum lelaki, tetapi juga kaum muslimah. Peran mereka bersifat integral, baik dalam sejarah Islam maupun dalam konteks perjuangan Palestina modern.
Masjidil Aqsa disebut sebagai salah satu masjid yang memiliki nilai spiritual istimewa. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَى
Baca Juga: Ketika Hijâb Hanya Jadi Hiasan: Tangisan Iman Muslimah di Akhir Zaman
“Janganlah bepergian jauh (untuk tujuan ibadah) kecuali menuju tiga masjid: Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsha.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menunjukkan bahwa Masjidil Aqsa memiliki dimensi keimanan yang melekat pada setiap muslim, termasuk muslimah. Dengan demikian, keterlibatan muslimah dalam membela Baitul Maqdis merupakan bagian dari amanah syar’i.
Selain itu, hadits lain menyebutkan:
وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
Baca Juga: Tersentuh Al-Qur’an, Perempuan Islandia Anti-Islam Ini Dapatkan Cahaya Hidayah
“Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menunjukkan peran strategis muslimah sebagai pendidik generasi. Amanah membebaskan Al-Aqsa tidak hanya diwujudkan melalui keterlibatan langsung di medan jihad, tetapi juga melalui pendidikan, doa, advokasi, dan keteguhan dalam mempertahankan identitas Islam.
Peran Muslimah dalam Sejarah
Sejarah Islam mencatat keterlibatan muslimah dalam perjuangan sejak masa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Misalnya:
Baca Juga: “10 Ribu di Tangan Istri yang Tepat” dan Pandangan Islam tentang Nafkah
- Ummu Ammarah (Nusaybah binti Ka’ab), yang terjun langsung dalam perang Uhud dan melindungi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari serangan musuh.
- Shafiyyah binti Abdul Muthalib, yang turut menjaga pertahanan benteng kaum muslimin ketika perang Ahzab.
- Dalam konteks Palestina modern, nama Dalal Mughrabi dikenal sebagai ikon perlawanan, meski perannya menuai kontroversi di dunia internasional.
Selain tokoh individu, jutaan muslimah Palestina berperan sebagai istri, ibu, dan pendidik. Mereka mendidik anak-anak dengan nilai-nilai Qur’ani, menjaga aqidah keluarga, dan memberikan dukungan moral bagi para pejuang.
Dimensi Kontemporer
Kini di era modern, peran muslimah dalam isu Palestina dapat dibagi menjadi dua dimensi:
- Muslimah Palestina: mereka berada di garis depan perjuangan, baik sebagai aktivis, pengajar, tenaga medis, maupun penjaga keluarga syuhada.
- Muslimah Dunia: meski jauh dari Palestina, mereka tetap berkontribusi melalui doa, aksi, penggalangan dana, advokasi politik, hingga kampanye media sosial untuk menjaga kesadaran umat.
Hal ini sejalan dengan konsep ummatan wahidah (umat yang satu), yang menegaskan bahwa penderitaan di satu wilayah Islam merupakan tanggung jawab kolektif seluruh umat.
Baca Juga: Lebih dari Sekadar FOMO, Mengapa Muslimah Wajib Menetapkan Batasan Diri
Jadi, muslimah memiliki posisi sentral dalam amanah pembebasan Masjidil Aqsa, Baitul Maqdis dan Palestina keseluruhan.
Peran mereka bukan sekadar domestik, tetapi juga strategis dalam membentuk generasi pejuang sebagaiman telah dicontohkan oleh muslimah pendahulu, menyuarakan solidaritas global, dan menjaga keberlangsungan kesadaran umat terhadap isu Palestina.
Suara perjuangan muslimah, baik yang berada di tanah Palestina maupun di belahan dunia lain, adalah nyala api yang tak pernah padam. Amanah ini harus terus diwariskan dari generasi ke generasi hingga Masjidil Aqsha kembali ke pangkuan umat Islam dan keadilan akan tegak dengan paripurna. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: 5 Peran Muslimah Modern dalam Menyemai Kehidupan yang Berkah
















Mina Indonesia
Mina Arabic