Islamabad, 18 Jumadil Akhir 1436/7 April 2015 (MINA) – Pakistan sejauh ini telah menolak bergabung dengan koalisi militer pimpinan Arab Saudi untuk menyerang pemberontak di Yaman, justeru menyerukan solusi diplomatik.
Pemerintah Islamabad juga mengatakan tidak ingin mengambil bagian dalam setiap konflik yang akan memperburuk perpecahan sektarian di dunia Muslim, Selasa (7/4). Nahar.net memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Perdana Menteri Nawaz Sharif mengatakan, Pakistan “tidak terburu-buru” untuk memutuskan apakah akan bergabung dengan koalisi negara Teluk atau tidak.
Arab Saudi telah meminta sekutu dekatnya Pakistan untuk berkontribusi pesawat, kapal dan pasukan darat dalam operasi melawan pemberontak Houthi di Yaman yang telah menguasai lebih 50 persen wilayah negara Arab miskin itu.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Sharif mengatakan, setiap partisipasi Pakistan akan membutuhkan dukungan dari parlemen dan diadakan sesi khusus untuk memperdebatkan masalah itu.
Sementara itu, Iran menjadi negara utama yang mengkritik keras operasi militer di Yaman oleh koalisi negara-negara Muslim. Pemerintah Teheran menuduh Arab Saudi menabur ketidakstabilan dengan kampanye serangan udaranya.
Arab Saudi pernah melindungi Sharif saat ia digulingkan dalam kudeta militer 1999.
Sharif bertemu rekannya dari Turki, Ahmet Davutoglu di Ankara pada Jumat (3/4) dan mengatakan, kedua negara ingin resolusi damai terhadap krisis Yaman.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Pembicaraan lebih yang melibatkan Turki, Iran dan Pakistan, direncanakan pada Selasa, di mana Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan bertemu dengan pemimpin di Teheran.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif akan berada di Islamabad pada Rabu untuk membahas situasi Yaman.
Pakistan yang telah lama menikmati hubungan militer dengan Riyadh dan sangat diuntungkan oleh kemurahan kerajaan kaya minyak itu selama bertahun-tahun, menghadapi dilema rumit atas intervensi di Yaman. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan