PASUKAN PBB AMBIL ALIH MISI DI AFRIKA TENGAH

Pasukan perdamaian PBB ambil alih keamanan di Republik Afrika Tengah (Foto: Reuters)
PBB ambil alih keamanan di Republik Afrika Tengah (Foto: Reuters)

Bangui, 21 Dzulqa’dah 1435/16 September 2014 (MINA) – PBB secara resmi mengambil alih misi penjaga perdamaian di Republik Afrika Tengah (CAR), sembilan bulan setelah kekerasan sektarian meletus yang menewaskan sedikitnya 5.000 orang dan memaksa puluhan ribu Muslim mengungsi ke negara-negara tetangga.

Sebanyak 1.800 pasukan penjaga perdamaian tambahan dan polisi bergabung dengan 6.200 tentara misi penjaga perdamaian Uni Afrika yang sudah ada di negara itu.

Sementara itu,  2.000 tentara Perancis yang dikerahkan pada Desember lalu, akan bekerjasama dengan pasukan PBB yang baru, Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa kekuatan baru, bila dikombinasikan dengan pasukan Afrika yang ada, baru sekitar 65 persen dari apa yang disahkan oleh Dewan Keamanan PBB pada April.

“Peralihan dari AU (Uni Afrika) ke pasukan penjaga perdamaian PBB harus menjadi sebuah awal baru untuk operasi penjaga perdamaian di CAR,” kata Steve Cockburn, Wakil Direktur Amnesty International untuk Afrika Barat dan Tengah.

Di hampir dua dekade, sebanyak13 misi penjaga perdamaian telah dikerahkan untuk Republik Afrika Tengah, tetapi tidak satu pun dari mereka yang membawa stabilitas abadi.

Bala bantuan terbaru datang dari Pakistan, Sri Lanka, Indonesia, Maroko dan Bangladesh untuk bergabung sebagai pasukan penjaga perdamaian dari negara lain di Afrika Tengah.

Krisis di negara itu memuncak saat oposisi bersenjata Seleka yang mayoritas Muslim merebut kekuasaan pada Maret tahun lalu, melahirkan sebuah serangan balik oleh milisi Kristen. Kedua belah pihak sengaja menargetkan masyarakat sipil.

Setidaknya 5.204 orang tewas sejak kekerasan sektarian meletus Desember lalu, menurut hitungan AFP yang disusun oleh AP. Angka itu didasarkan pada hitungan mayat dan angka yang dikumpulkan dari korban, imam, pendeta dan pekerja bantuan di lebih dari 50 komunitas warga yang paling parah terkena konflik.

Menurut peneliti Afrika di Human Rights Watch, Lewis Mudge, yang melakukan analisa lapangan di negara itu bulan ini mengatakan warga sipil masih menjadi korban. (T/P001/R03)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0