Pelajar AS Buat Petisi Hentikan Genosida Budaya Uighur

Framingham, AS, MINA – Pelajar di Sekolah Menengah Framingham, negara bagian Massechusetts, AS, membuat “Hentikan Genosida Budaya ”.

Menurut laporan Milford Daily News edisi Ahad (20/1), Eliana Cohen dan Lizabeth Davis adalah dua siswa di sekolah itu yang memelopori petisi tersebut.

“Kami telah membuat petisi untuk meningkatkan kesadaran tentang hal ini. Ini bukan untuk uang, meskipun sumbangan akan dikirim juga ke badan amal Asosiasi Amerika Uighur, untuk memberikan bantuan lebih lanjut,” ujar mereka.

Pelajar bergerak untuk mendapatkan setidaknya 100 tanda tangan dari teman-temannya.

“Kami tahu ini tidak terlalu banyak, tetapi setidaknya menunjukkan bahwa beberapa orang tahu apa yang terjadi,” lanjutnya.

Baca Juga:  Protes ke Israel, Televisi VRT Belgia Hentikan Siaran Eurovision

Menurut mereka, ini jelas bukan solusi untuk krisis, tetapi merupakan awal untuk menyebarkan kesadaran.

Kedua siswa itu berpendapat, jika cukup banyak orang tahu tentang situasinya, itu bisa cukup untuk menyebabkan perubahan yang langgeng, dan mencegah situasi mengerikan saat ini dan di masa depan.

Mereka percaya bahwa tragedi Holocaust tidak akan pernah terjadi lagi. Namun, genosida ternyata telah terjadi lagi, dan akan terjadi di masa depan jika masyarakat tidak menyadari konflik di negara lain dan negara sendiri.

“Kami tidak bisa hanya berhenti membaca artikel atau mematikan televisi dan melupakan tragedi orang lain. Mungkin lebih mudah melupakan atau mengabaikan berita buruk yang kita dengar. Namun ketidakpedulian kita hanya akan memungkinkan kelanjutan konflik,” imbuhnya.

Baca Juga:  Aktivis HAM Terkemuka Luncurkan Kampanye Global Boikot Israel

Dalam laporannya, Milford News Daily menambahkan, saat ini terdapat genosida budaya terhadap orang-orang Uighur yang mayoritas Muslim di Cina, terutama di Xinjiang.

Budaya orang-orang Uighur, termasuk semua kepercayaan dan bahasa, dilarang. Mereka yang memprotes atau menentang akan ditangkap.

Pemerintah Cina telah memaksa sekitar satu juta orang ke kamp-kamp indoktrinasi, yang disebut “pusat-pusat pelatihan kejuruan”, menggambarkan bangunan paralel yang mengerikan.

Kondisi kamp-kamp ini, secara mengejutkan, tidak manusiawi. Tidak banyak yang diketahui tentang apa yang terjadi di kamp-kamp ini, karena minimnya sumber informasi dan laporan yang tersedia. (T/RS2/R06)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.