Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendidikan Agama Islam pada PAUD/TK dan Tantangan Pandemi

Ali Farkhan Tsani - Ahad, 16 Agustus 2020 - 02:37 WIB

Ahad, 16 Agustus 2020 - 02:37 WIB

154 Views

Oleh: Victoria Elisna Hanah (Kasubdit PAI pada PAUD dan TK, Kemenag)

 

Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat penting dalam konteks pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan seorang anak di masa mendatang. Pendidikan anak usia dini diarahkan dalam rangka menstimulasi,  membimbing, mengasuh, dan mendorong pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Bisa dikatakan bahwa pendidikan pada masa kanak-kanak adalah semacam pondasi minat, bakat, dan kemampuan anak.

Dalam kaitan ini, Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat diperlukan, karena  merupakan landasan utama karakter siswa dan koridor akhlak serta budi pekerti mereka. Keberadaan Pendidikan Agama Islam pada Pandidikan Anak Usia Dini (PAUD)/TK diperlukan setidaknya karena dua hal mendasar.

Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan 

Pertama, PAI pada PAUD/TK diperlukan untuk menumbuhkembangkan keyakinan peserta didik tentang agama yang dianut dan diyakininya. Upaya ini menjadi sangat penting terutama sebagai modal dasar pengembangan bangunan keimanan dan keislaman anak didik.

Kedua, PAI pada PAUD dan TK memberikan dasar beriman, beribadah, dan berakhlak mulia yang dikembangkan melalui kegiatan pembiasaan dan keteladanan. Dengan perspektif ini, PAI pada PAUD dan TK menjadi dasar utama pengembangan budi pekerti anak didik.

Lebih jauh, masa kanak-kanak adalah masa yang dalam pengertian ilmu psikologi perkembangan dipahami sebagai Usia Emas (Golden Age). Usia ini memungkinkan terjadinya transmisi pengetahuan dan pembiasaan yang lebih mudah karena derajat kemurnian otak, psikis, dan emosional anak. Dengan situasi demikian, penanaman PAI akan  lebih efektif apabila dilakukan sejak dini, karena proses penanaman dan pembiasaan akan lebih mudah dipahami dan dilaksanakan oleh anak. Penerapan nilai – nilai agama Islam yang diajarkan kepada anak sejak dini sangat berpengaruh terhadap kondisi psikis dan emosional anak yang nantinya akan berdampak pada sikapnya di kemudian hari.

Dinamika Pembelajaran PAUD

Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun

PAUD sebagai  bagian  dari  usaha  sadar  melaksanakan  pembangunan  manusia seutuhnya, sejak dekade terakhir telah mengambil posisi sentral.  PAUD sudah  mengalami  perubahan  paradigma. PAUD  telah mencakup  usaha  sadar  dan kebersamaan dari  masyarakat, sekolah, pemerintah, dan swasta.

Perhatian  yang  besar  terhadap PAUD didasari pandangan yang menilai perkembangan pada masa usia dini sangat mempengaruhi perkembangan  anak pada tahap  berikutnya. Selain itu, penyiapan karakter anak sejak dini di PAUD dinilai mampu meningkatkan produktivitas kerja di masa dewasa.

Meskipun demikian, dalam  kenyataan  sehari-hari,  praktik  pembelajaran  di PAUD/TK masih mengalami berbagai tantangan. Di Indonesia, proses pembelajaran PAUD/TK masih banyak yang tidak memperhatikan taraf perkembangan dan tingkat kebutuhan anak pada usia dini. Hal  ini disebabkan  pola  pembelajaran yang dilaksanakan    cenderung  bersifat  akademis,  yaitu  pembelajaran  yang  lebih  menekankan  pada  pencapaian  kemampuan  anak  dalam  membaca,  menulis,  dan  berhitung.

Dengan pendekatan yang academic-centered, pembelajaran kurang  memperhatikan usia dan tingkat perkembangan anak. Kecenderungan  ini disebabkan antara lain oleh  pemahaman yang keliru terhadap  konsep pembelajaran awal pada anak usia dini. Seharusnya, pembelajaran yang dilakukan pada anak usia dini adalah untuk mengembangkan seluruh potensi meliputi aspek penanaman nilai agama, moral, fisik, kognitif, bahasa, sosial, dan seni.

Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru

Pendidikan yang hanya berorientasi  pada kemampuan akademis, membuat anak didik tidak sejahtera hidupnya. Sebab,  anak dipaksa sebelum waktunya. Padahal, pembelajaran harus bersifat  menyeluruh dengan tidak  menitikberatkan pada aspek-aspek  tertentu yang notabene merupakan  tuntutan sekolah dasar. Oleh karena itu,  pelaksanaan  pembelajaran   pada PAUD dan TK perlu  dikembangkan  ke  arah  pembelajaran  sesuai  dengan  dunianya, dengan menerapkan konsep belajar melalui bermain.

Tantangan di Era Pandemi

Di masa pandemi Covid-19 yang masih melanda, pembelajaran PAI pada PAUD/TK memiliki tantangan tersendiri. Pada dasarnya, kekhasan PAUD/TK adalah pembelajaran yang berdasar pada pembiasaan dan peneladanan.

Konsep ini meniscayakan adanya komunikasi dan kontak langsung antara anak didik dan guru. Pembiasaan dan peneladanan langsung face to face dan hadir secara fisik akan memastikan ketercapaian proses dan target pembelajaran PAI pada anak didik.

Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia

Dengan wabah Covid-19, aktifitas pembelajaran tidak atau belum memungkinkan dilaksanakan secara fisik. Anjuran untuk menjalankan pembelajaran secara online atau daring (dalam jaringan) menghadapi beberapa kendala.

Pertama, kendala konsentrasi dan fokus. Tidak seperti siswa kelas dasar dan seterusnya, fokus dan konsentrasi anak didik PAUD belum memungkinkan untuk bisa maksimal dalam memakai pendekatan digital.

Kedua, penguasaan teknologi yang kurang. Pada guru atau orang tua, kendala penguasaan teknologi digital masih kurang. Hal ini menyebabkan kendala teknis yang serius dalam pelaksanaan pembelajaran online bagi siswa PAUD.

Ketiga, kurangnya pedagogi PAUD secara online. Pembelajaran pada PAUD dengan pendekatan online adalah hal yang relatif baru. Hal ini menjadi kendala yang tidak mudah diatasi karena belum ada platform di tingkat teknis yang bisa dijadikan rujukan bersama.

Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September

Keempat, pendanaan dan pembiayaan. Pembelajaran online membutuhkan kesiapan dan dukungan infrastruktur terkait, baik oleh guru, lembaga, dan orang tua. Keterhubungan guru dan siswa secara online membutuhkan dukungan kuota internet dan gawai yang membutuhkan pembiayaan.

Kondisi pandemi memang berat bagi orang tua karena beban pikiran dan tanggung jawab bertambah dengan intensitas mendampingi anak dalam pembelajaran di rumah. Namun orang tua dituntut untuk membuka diri, membuka wawasan, dan semangat untuk belajar bagaimana mendampingi anak dalam proses pembelajaran. Wabah pandemi menjadi momen bagi orang tua untuk menyadari bahwa pembelajaran anak saat ini kembali menjadi tanggung jawab orang tua sepenuhnya, kembali ke kodratnya bahwa orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak.

Kendala Pembiasaan

Dalam hal pelaksanaannya, pembelajaran di rumah dengan metode pembiasaan tidaklah semudah yang dibayangkan. Faktor kurangnya semangat anak dan kurangnya kemampuan orang tua dalam mendampingi anak menjadi tantangan dalam penerapan metode pembiasaan.

Baca Juga: Roma Sitio Raih Gelar Doktor dari Riset Jeruk Nipis

Tidak semua orang tua mampu berperan sebagaimana guru di sekolah. Dengan bekal latar pendidikan dan jam terbang mengajar, guru berkesempatan memiliki kemampuan yang lebih spesifik dalam proses pembelajaran dibanding orang tua. Dengan kondisi demikian, proses pembelajaran di rumah bisa jadi berjalan tanpa variasi yang menarik, bahkan cenderung monoton.

Akibat lebih jauh, pelaksanaan pembelajaran dengan metode pembiasaan tidak berjalan dengan mudah. Peran vital orang tua dalam penerapan metode pembiasaan di rumah belum diikuti dengan pemahaman yang cukup tentang bagaimana mendampingi dan membimbing anak sesuai kaidah-kaidah PAUD. Kebingungan orang tua dapat berakibat pada anak. Anak-anak dapat mengalami hal-hal yang seharusnya tidak dialami pada usianya. Di titik ini, kesiapan orang tua untuk menciptakan lingkungan belajar menjadi sangat mendesak.

Di sisi lain, guru diharapkan mampu menjaga komunikasi dua arah dengan orang tua dan anak didik secara reguler. Hal ini bisa diawali dengan memastikan kebutuhan dasar anak terpenuhi, kemudian dilanjutkan dengan berbagi pengetahuan dan kiat mendidik anak sesuai metode pembiasaan di PAUD. Guru harus membuka pintu lebar-lebar untuk menjadi konsultan bagi orang tua dan memupuk kepercayaan diri orang tua.

Penting untuk ditanamkan bersama, bahwa semua pihak harus lebih berperan aktif memberikan dukungan kepada guru dan orang tua murid. Sudah selayaknya kita mengambil langkah-langkah inovatif, memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi, serta mempertimbangkan cara-cara yang lebih baik lagi untuk memberikan pendidikan selama masa pandemi ini belum berakhir. Bahkan, langkah strategis perlu disiapkan dalam konteks dukungan terhadap pelayanan PAUD pascapandemi Covid-19. (A/RS2/P1)

Baca Juga: Universitas Lampung Sepakati MoU dengan Chosun University of Korea

Sumber: Kemenag RI

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Tingkatkan Literasi Anak, Kemendikbudristek Sediakan Konten Edukatif di Platform Digital

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Pendidikan dan IPTEK
Kolom
Tausiyah
Kolom