Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PENGEMBANGAN DESA WISATA JADI PRIORITAS DISBUDPAR SLEMAN

Widi Kusnadi - Selasa, 30 Desember 2014 - 06:05 WIB

Selasa, 30 Desember 2014 - 06:05 WIB

821 Views

Antara Yogya
antarayogya
Antara Yogya

antarayogya

Sleman, 8 Rabi’ul Awwal 1436/30 Desember 2014 (MINA) – Pengembangan desa wisata sebagai salah satu produk wisata unggulan akan menjadi prioritas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Sleman.

Namun, Kepala Disbudpar Sleman Ir AA Ayu Laksmidewi TP MM mengakui, strategi pemasaran desa wisata masih menjadi pekerjaan rumah besar yang harus segera digarap tahun depan.

Selama ini pihaknya telah menggunakan berbagai cara untuk mempromosikan desa wisata. “Kami menggelar kegiatan yang bisa menarik wisatawan, misalnya family trip dan java summer camp. Kalau ada pameran, mereka (desa wisata) juga kita ajak,” kata Ayu seperti diberitakan infopublik kominfo dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Meski demikian, pemasaran desa wisata masih belum optimal. Disbudpar berencana akan menyampaikan promosi paket desa wisata melalui kerja sama dengan PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) sehingga promosinya lebih mudah.

Baca Juga: Mendikti Sampaikan Tiga Arah Kebijakan Pendidikan Tinggi Indonesia

Dikatakannya bahwa pengembangan potensi desa wisata sangat relevan dengan tren pariwisata yang mulai beralih ke alam. Desa wisata punya nilai jual yang baik, sepanjang dia mampu menunjukkan potensi lokal. Misalnya potensi alam, seni, budaya, atau kuliner yang dikelola masyarakat sendiri.

Setidaknya di Sleman terdapat 38 desa wisata yang resmi tercatat Disbudpar Sleman. Ayu berharap, pengelola desa wisata tidak latah dalam penawaran paket wisata. Misalnya jangan semuanya outbond.

Nanti kalau sama semua, jadi tidak menarik lagi. Desa wisata di Sleman dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu desa wisata tumbuh, berkembang, dan mandiri. Ayu mengatakan, klasifikasi tersebut bukanlah bentuk diskriminasi.

“Ini memudahkan pendampingan karena kami harus membuat mereka berani memunculkan potensi yang khas,” tutur Ayu.

Baca Juga: Kedutaan Besar Sudan Sediakan Pengajar Bahasa Arab untuk Pondok Pesantren

Tidak harus ada kegiatan. Misalnya membiasakan anak-anak dengan permainan tradisional atau membuat masakan khas. Jadi selalu siap kalau sewaktu-waktu ada tamu.

Sementara itu, Kepala Seksi Dokumentasi dan Informasi Disbudpar Sleman, Wasita menambahkan, pengunjung desa wisata didominasi komunitas masyarakat metropolis. Terutama desa wisata mandiri, itu sudah ada jaringan sendiri. (T/ R03/R04)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Konferensi Internasional Muslimah Angkat Peran Perempuan dalam Pembangunan Berkelanjutan

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Internasional
Indonesia
Kolom
Feature
Feature