Raja Yordania Batalkan Kunjungan ke Rumania

Amman, MINA – Pengadilan Royal Hashemite mengumumkan pada hari Senin, 25 Maret, Raja Abdullah II telah memutuskan untuk membatalkan kunjungan ke .

Osama Salameh, juru bicara pengadilan kerajaan, mengkonfirmasi kepada Arab News bahwa perjalanan itu “telah dijadwalkan untuk dimulai hari Senin.”

“Untuk solidaritas dengan , dan mengikuti komentar Perdana Menteri Rumania Viorica Dancila yang menyatakan niat untuk memindahkan kedutaan negaranya ke Yerusalem, Raja telah memutuskan untuk tidak melakukan perjalanan ke Rumania,” ujarnya.

Siaran pers mengatakan, kunjungan Raja Abdullah ke Rumania, yang saat ini menjabat sebagai presiden bergilir Dewan Uni Eropa, telah direncanakan, termasuk pertemuan dengan Presiden Rumania Klaus Iohannis dan pemimpin Parlemen.

Raja Yordania juga telah dijadwalkan untuk berpartisipasi dalam pertemuan Aqaba, yang diselenggarakan oleh Rumania dalam kemitraan dengan Yordania.

Pemerintah Yordania dan Rumania juga akan menandatangani perjanjian kerja sama, dan forum bisnis sektor swasta dari kedua negara.

Wafa Bani Mustafa, anggota Parlemen Yordania mengatakan, keputusan raja “adalah pesan penting bagi semua negara yang berusaha mengikuti keputusan isolasionis Amerika Serikat.”

Mustafa mengatakan, keputusan pemerintah mengikuti permohonan parlemen sepekan sebelumnya, untuk dukungan Yordania terkait Yerusalem dan Palestina.

“Bagi kami, masalah Yerusalem bukan hanya masalah Palestina, tetapi itu adalah bagian tak terpisahkan dari kepentingan nasional Yordania,” lanjutnya.

David Rihani, juru bicara Dewan Evangelikal Yordania, mengatakan, keputusan raja adalah pesan yang jelas bagi dunia solidaritasnya dengan Yerusalem untuk tetap menjadi kota suci bagi semua.

“Yang Mulia teguh pendirian dalam posisinya untuk perdamaian yang adil dan komprehensif di kawasan ini,” katanya.

Sementara itu, Wasfi Kailani, direktur Royal Hashemite Fund untuk Pemulihan Al-Aqsha, mengatakan, langkah Rumania itu berisiko bagi perdamaian regional dan perlindungan Yordania terhadap Situs Suci Yerusalem.

Kailani mengatakan, pemindahan kedutaan “negara anggota PBB ke Yerusalem yang diduduki, tidak hanya mengikis status quo dan membunuh perdamaian, tetapi juga membahayakan kredibilitas PBB.” (T/RS2/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.