Riyanto Sofyan: Industri Pariwisata Halal Optimis Mampu Bangkit

Jakarta, MINA – Industri pariwisata menjadi salah satu sektor yang terdampak Covid-19, tidak terkecuali industri . Meski begitu sebagai seorang muslim tetap harus optimis bahwa pariwisata halal mampu bangkit.

Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) Riyanto Sofyan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (10/7), mengatakan,   strategi agar industri pariwisata halal mampu bertahan saat situasi pandemi, diantaranya adalah overhaul business model.

“Bongkar pasang bisnis model perlu dilakukan pelaku pariwisata,” kata Sofyan yang juga Komisaris Utama PT. Sofyan Hotels Tbk, dalam Webinar yang diselenggarakan Pusat Kajian dan Advokasi Halal (Pusjilal)

Menurutnya bisnis pariwisata masih bisa dikatakan berjalan meski dalam keadaan rugi, tapi bisnis pariwisata bisa dikatakan mati kalau arus kasnya macet.

“Di pariwisata yang paling utama adalah manajemen arus kas. Caranya otomatis kita harus merestruktur biaya yang ada, karena kalau meminta pinjaman tambahan tidak akan mungkin,” ujar Riyanto.

Ia menjelaskan, skema kemitraan pelaku pariwisata harus dijalankan agar pariwisata mempunyai nafas lebih panjang dengan arus kas terbatas. Kondisi di lapangan menunjukan, sebagian industri pariwisata mau tidak mau beralih usaha, apapun dikerjakan. Contohnya beralih usaha menjadi penjual sembako.

Strategi selanjutnya, untuk pariwisata saat ini adalah pembuatan safe protocol, sesuatu yang memerlukan biaya tambahan tapi mesti dilakukan.

Kemudian, strateginya selanjutnya yakni inovasi dan kreativitas. Industri pariwisata memiliki tantangan tersendiri dibanding industri yang lain. Pariwisata tidak menjual produk atau jasa yang bisa diantar kurir, tetapi yang dijual pariwisata ialah menjual pengalaman dan diperoleh dengan mengunjunginya secara langsung.

Untuk itu, inovasi dan kreativitas dalam hal ini sangat diperlukan. Riyanto mengusulkan inovasi dan kreativitas bisa dengan menyediakan perjalanan wisata ke alam, ke tempat yang jaraknya dekat atau daerah domestik yang bisa dikembangkan.

Jadi, semua yang terkait pariwisata bisa tetap berjalan. Strategi yang lain adalah kembangkan digital. Memudahkan pelayanan turis dengan digital. Prosedur-prosedur pariwisata bisa dijangkau secara digital.

Selanjutnya, strategi yang tidak kalah penting menurut Riyanto adalah mitigasi jika gelombang kedua pandemi Covid-19 terjadi. Serta, mitigasi bencana alam juga diperlukan.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Ekonomi Syariah dan Industri Halal Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Afdhal Aliasar menambahkan, dalam gaya hidup berwisata, turis ingin mendapatkan layanan yang sesuai dengan keyakinannya.

“Bukan berarti ingin melakukan Islamisasi dari suatu destinasi, tapi bagaimana kita memandu turis muslim, apakah dia turis muslim dari dalam negeri atau pun dari luar negeri, pada saat mereka datang ke destinasi yang ada di Indonesia, mereka bisa terlayani kebutuhannya, baik makanan dan tempat ibadahnya,” tutur Afdhal.

Selain itu ia menambahkan, konsep pariwisata halal bersifat inklusif, yakni karena sifatnya yang inklusif menjadikan kesiapan infrastruktur wisata untuk ditujukan sebagai memandu wisatawan muslim, ternyata juga dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh semua golongan wisatawan.

Jadi inklusif dan tidak hanya untuk muslim saja. Para wisatawan ternyata sangat mengapresiasi konsep wisata yang menyajikan atraksi ramah keluarga dan tersedianya makanan halal, sehat dan higenis.

Trend ini terus berkembang tidak hanya di Indonesia namun juga di banyak negara di dunia, Afdhal mengungkapkan sektor pariwisata menjadi sangat penting untuk dikembangkan, karena sektor ini menjadi kontributor dan bagian terbesar untuk pengembangan ekonomi Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, Komisaris Utama PT. Paragon Technology and Innovation Nurhayati Subakat mengatakan, ada nilai-nilai penting yang diterapkan Paragon untuk bisa sukses seperti sekarang ini.

“Diantaranya adalah ketuhanan, ini merupakan faktor yang pertama. Kemudian kepedulian, dengan menerapkan kepedulian bisa membangkitkan semangat, lalu nilai kesederhanaan untuk menghindari kesombongan, selanjutnya ketangguhan dan inovasi,” kata Nurhayati. (T/R4/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Comments are closed.