Saat Warga Israel Protes Melawan Korupsi Netanyahu

Warga Israel demo tuntut Netanyahu (Metvaz)

 

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

Sudah memasuki pekan kedelapan berturut-turut, puluhan ribu warga Israel turun ke jalan-jalan di Tel Aviv untuk memprotes korupsi di pemerintahan. Aksi massa warga bahkan menuntut Benjamin Netanyahu untuk mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri.

Menurut laporan yang diungkap media setempat Times of Israel, para pemrotes bergerak ke rumah Kobi Maimon, tokoh Israel yang diduga mendapat keuntungan dari hubungan politik dalam sebuah kesepakatan senilai 20 miliar dolar AS (sekitar 267 miliar rupiah).

Hal itu terungkap dari penuturan Yair Netanyahu, putra perdana menteri, di sebuah rekaman yang muncul awal Januari 2018 ini.

Menurut laporan di media Israel, Yair berkata kepada Ori Maimon: “Ayah saya sekarang mengatur kesepakatan senilai 20 miliar dolar AS?”

Yair, Ori dan yang lainnya berteman akrab, terlibat dalam pembicaraan di sebuah klub malam.

Yair dilaporkan mengatakan kepada temannya: “Anda harus melihat saya. Ayahku membuat kesepakatan hebat untuk ayahmu. Ayah berbicara di Knesset untuk ini.”

Pengungkapan rekaman itu muncul setelah tim keamanan pemerintah mengadakan razia malam di klub tersebut. Termasuk Yail dan yang lainnya ikut terangkut. Padahal Yail memiliki keamanan tersendiri yang cukup ketat.

Hal itu kemudian memicu gelombang baru kontroversi di pemerintahan Israel.

Salah satu penyelenggara demonstrasi, Eldad Yaniv, mengecam kesepakatan gas 2016, yang oleh para pengamat telah menciptakan monopoli di pasar gas dan akan menimbulkan harga yang lebih tinggi di pasaran.

“Tidak ada oposisi yang nyata. Kami saat ini melakukan demonstrasi mingguan dan hanya meminta rekomendasi dari polisi” kata Yanif.

Baca Juga:  Al-Qassam Tewaskan Tentara di Timur Rafah

“Tak diragukan lagi, ribuan orang Israel akan segera bergabung dalam demonstrasi anti-korupsi,” lanjutnya.

Demonstrasi bukan hanya terjadi di ibukota Tel Aviv. Juga dalam skala lebih kecil terjadi di Yerusalem, Haifa, dan Afula.

Saat ini, Benjamin Netanyahu sedang diselidiki dalam dua kasus dugaan korupsi.

Dikatakan bahwa dia menyuap penerbit surat kabar berbahasa Ibrani yang populer untuk liputan yang lebih menguntungkan, dan para pengusaha terkemuka menyogoknya.

Walaupun Netanyahu sendiri membantah melakukan kesalahan.

Korupsi Masif

PM Netanyahu saat ini berada di bawah penyelidikan kriminal atas tuduhan penyalahgunaan jabatan. Pemimpin Israel yang telah menjabat selama empat periode ini diduga terlibat dalam dua kasus.

Kasus pertama, ia diduga menerima hadiah dari pengusaha kaya. Sedangkan dalam kasus yang kedua, ia diduga terlibat dalam negoisasi kesepakatan dengan pemilik surat kabar dengan imbalan pembatasan pemberitaan terhadap pesaingnya.

Partai Netanyahu, sayap kanan Likud mengatakan dalam sebuah pernyataan di Facebook, bahwa demonstrasi tersebut merupakan aksi perlawanan yang dilakukan oleh partai sayap kiri.

Likud meminta semua warga Israel jangan terpengaruh dengan aksi-aksi tuntutan itu, dan menyeru untuk tetap mendukung PM Netanyahu yang saat ini tengah membela Israel di hadapan kritik internasional setelah Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Partai menganggap aksi-aksi hanya akan menciptakan perpecahan.

Namun, di lapangan, spanduk-spanduk protes menyebutkan, “Baik kiri, maupun kanan, kami menuntut integritas.”

Lainya berbunyi, “Kami muak dengan koruptor politisi,” dan “Sapu orang-orang yang korup.”

Namun, walau demikian. Jajak pendapat di Israel tetap menyatakan, mayoritas warga masih akan memilih Benjamin Netanyahu sebagai perdana menteri meski jika dia terbukti korupsi.

Baca Juga:  Hai Israel, Apa Salah Indomie?

Seperti disebutkan Stasiun televisi Channel 10 dalam gelar survei yang menyimpulkan, jika pemilihan umum dilakukan saat ini, maka Netanyahu akan meraih 28 persen suara, lebih unggul dari pesaing utamanya Avi Gabbay dan Yar lapid yang masing-masing hanya mendapat 11 persen suara.

Akiva Eldar, pengamat dan penulis kolom, menanggapi tetap populernya nama Netanyahu meski dia dituduh korupsi, dan polisi mengatakan sudah punya cukup bukti buat mendakwanya.

“Warga Israel akan kembali memilih pelaku kriminal sebagai pemimpin,” kata Eldar, seperti disebutkan Middle East Monitor (MEMO).

Eldar tidak terkejut, sebab praktik korupsi, penyuapan, dan penyalahgunaan wewenang tidak aneh dalam dunia politik, seperti juga di Israel.

Penulis kolom Alex Roy di The Times of Israel mengatakan, “Fakta bahwa Netanyahu masih punya kans untuk kembali jadi perdana menteri memperlihatkan betapa korup sudah masif di pemerintahan.”

Roy menulis, Israel sudah menjadi negara yang terbiasa dengan koruptor, karena setiap perdana menteri sebelumnya, selama 25 tahun terakhir, pernah dituntut kasus rasuah.

Tapi korupsi pada era Netanyahu lebih sistematis. Kalau PM sebelumnya, Ehud Olmert, melakukan korupsi dengan gaya lama (kasus 2006 dan 2012), hanya menyangkut satu-dua orang saja.

Namun era Netanyahu korupsi berjalan seperti operasi mafia, massif di hampir semua lini kehidupan, baik di jajaran pegawai negeri, perwira militer, pengacara, hingga konglomerat.

Netanyahu tersangkut kasus ‘File 1000’ yang menyatakan dia dan istrinya menerima hadiah uang dalam jumlah banyak dari produser ternama Hollywood, Arnon Milchan, sebagai imbalan atas bantuannya selagi menjabat perdana menteri.

Baca Juga:  Hai Israel, Apa Salah Indomie?

Ada lagi ‘File 2000’ atau skandal Yisrael Hayom. Dalam kasus ini Netanyahu membuat kesepakatan rahasia dengan penerbit harian ‘Yedioth Ahronoth, Arnon Mozes. Dalam kesepakatan itu Yedioth setuju menyetop pemberitaan yang mengkritik kebijakan Netanyahu dengan imbalan tertentu.

Koran Yisrael Hayom adalah milik Sheldon Adelson, pengusaha pro-Israel asal Amerika Serikat. Adelson adalah teman dekat Netanyahu dan sekutu kuatnya. Namun sejak muncul kasus ini, Yisrael Hayom berbalik menyerang Netanyahu.

Setelah File 1000, File 2000, masih ada lagi File 3000, yakni kasus pembelian kapal selam Jerman. \

Para pejabat militer yang merupakan orang dekat Netanyahu terlibat dalam pembelian kapal selam Jerman bernilai miliaran dolar AS. Namun pembelian itu sebetulnya tidak perlu dan dana pembelian itu mengalir secara rahasia ke sejumlah rekening pribadi.

Istri perdana menteri Israel, Sara Netanyahu, juga sudah mendapatkan informasi bahwa dia mungkin akan didakwa oleh Kejaksaan Agung terkait dugaan penyalahgunaan dana negara.

Dia dituduh menggunakan dana negara untuk kepentingan pribadi, seperti makan malam dan pesanan makanan senilai 359.000 shekel (mata uang Israel) atau sekitar Rp1,3 miliar.

Netanyahu membantah berita-berita di media lewat halaman Facebook bahwa “semua klaim atas Sara Netanyahu tidak masuk akal dan akan terbukti tidak berdasar”.

Alih-alih mengelak, Netanyahu malah mengecam pihak kepolisian Israel terkait bocornya informasi kasus dugaan korupsinya kepada media. Sebab, kebocoran itu akan menyebabkan spekulasi mengenai kemungkinan dirinya akan turun dari jabatannya.

Netanyahu mengecam polisi melalui halaman Facebook-nya, seperti dikemukakan The New Arab.

Netanyahu terus saja membantah semua tuduhan itu. ia  yang sudah menjabat sebagai perdana menteri selama 11 tahun dalam empat masa jabatan, merasa semakin terancam. Jika terbukti, ini akan mengantarkannya ke jeruji besi di negara yang dipimpinnya sendiri, oleh tindakan kriminalnya sendiri, atas desakan warganya sendiri. Tanpa bisa dibantu sekutu setianya, Trump. (A/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)