Sebanyak 39 Bayi Prematur di RS Gaza Berjuang Hidup di Tengah Listrik Padam

Bayi prematur di Palestina berada dalam inkubator rumah sakit.(Foto: Quds Press)

Gaza, MINA – Menteri Kesehatan Palestina Mai Kayla memperingatkan, sebanyak 39 bayi prematur di inkubator Rumah (RS) Sakit Al-Shifa Gaza sedang berjuang untuk hidup di tengah listrik padam akibat kurangnya bahan bakar.

Salah satu dari mereka meninggal pagi ini karena kurangnya pelayanan kesehatan di tengah agresi Israel dan blokade ketat.

“Gagal membawa bahan bakar ke rumah sakit akan menjadi hukuman mati bagi bayi lainnya, dan inkubator tidak akan bisa bekerja hingga malam hari, tanpa bahan bakar. Hari ini saja, kita akan kehabisan bahan bakar,” kata Menteri Kayla dalam konferensi pers, Sabtu (11/11) Quds Press melaporkannya.

Menteri Kayla menjelaskan 20 dari 35 RS telah berhenti total dan tidak dapat berfungsi lagi akibat terkena sasaran pengeboman Pendudukan Israel dan ada yang kehabisan bahan bakar.

Baca Juga:  Israel Hancurkan 604 Masjid dan 3 Gereja di Gaza

“Mereka tidak dapat memberikan layanan kepada korban luka, baik karena mereka menjadi sasaran langsung pasukan pendudukan Israel, atau karena mereka kehabisan bahan bakar dan kehilangan tenaga paramedis, atau karena pengepungan,” ujar Kayla.

Hal ini dilakukan oleh pasukan pendudukan, tanpa menyebutkan meningkatnya kekurangan tenaga medis dan kelelahan mereka, karena mereka telah bekerja sepanjang waktu selama 36 hari sejak awal agresi terhadap Gaza dan masih terus berlanjut tanpa batas waktu yang ditentukan.

“Apa yang terjadi sekarang terhadap rumah sakit adalah keputusan Pendudukan Israel untuk membunuh mereka yang berada di dalamnya, karena korban luka sekarat karena kehabisan bahan bakar dan bahan medis. Operasi bedah dilakukan tanpa anestesi dan dengan listrik yang menyala dari lampu ponsel,” ujarnya.

Baca Juga:  Empat Warga Palestina Syahid Akibat Serangan Udara Israel

“Bencana yang terjadi di Gaza saat ini belum pernah terjadi dalam sejarah Palestina dan internasional. Rumah sakit dikepung dan dibom, bersama orang-orang yang berada di dalamnya, pasien, staf medis dan pengungsi, terbunuh di hadapan seluruh dunia,” tambahnya.(T/R5/R1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)