Bangkok, 2 Muharram 1436 H/26 Oktober 2014 M (MINA) – Sebuah angka yang sangat mencengangkan yang belum pernah terjadi sebelumnya 8.000 Muslim Rohingya telah meninggalkan Myanmar menggunakan kapal dari Thailand menuju Malaysia.
Angka tersebut terjadi menyusul kampanye penangkapan besar-besaran yang akan dilakukan oleh oknum di bawah pengawasan pemerintah, kata sebuah LSM terkemuka mengatakan pada Jum’at.
“Dalam satu minggu kami melihat 8.000 Rohingya meninggalkan negara bagian Rakhine utara – jumlah sama dengan yang meninggalkan wilayah tersebut pada 2013,” Chris Lewa, Kepala Proyek Arakan, mengatakan kepada Anadolu Agency yang diberitakan oleh Mi’raj Islamic News Agency (MINA, Ahad).
Pelarian pekan lalu diyakini menjadi yang terbesar sejak kerusuhan meletus antara minoritas Rohingya dan Buddha di Myanmar Barat dua tahun lalu.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
“Polisi Myanmar membiarkan perahu datang ke muara sungai Naf di siang hari dan bahkan sengaja memberhentikan untuk meminta uang dari Rohingya sebelum mereka memulai,” Lewa menambahkan, “Kelihatannya seolah-olah itu direncanakan.”
Sementara jumlah Rohingya melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar meningkat setiap tahun setelah musim hujan berakhir. “Ada faktor-faktor lain yang menjelaskan eksodus luar biasa besar tahun ini,” tuturnya.
Merujuk kasus terbaru dari penangkapan tokoh masyarakat dan agama oleh otoritas lokal, Lewa mengungkapkan, beberapa orang di antaranya telah meninggal karena disiksa.
Proyek ini dilakukan pemerintah dengan mengumumkan kelompok ini sebagai -Qaeda cabang Asia Selatan sebagai dalih untuk membenarkan tindakan keras yang dilakukan terhadap Rohingya.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Dalam video tersebut, pemimpin Al-Qaeda Ayman al-Zawahiri mengumumkan akan menyelamatkan umat Islam di Myanmar dari ketidakadilan dan penindasan.
Sejak 2012, sebanyak 200 orang – sebagian besar Muslim Rohingya – telah tewas dan 140.000 kehilangan tempat tinggal. Puluhan ribu umat Islam Rohingya telah membayar uang dalam jumlah besar pada penyelundup manusia untuk melarikan diri ke luar negeri dengan kapal sempit, dengan harapan dapat mencari pekerjaan di Thailand, Malaysia atau Australia.
Di Thailand Selatan, beberapa orang warga Rohingya menjadi korban perdagangan manusia dan jadi mangsa pejabat-pejabat lokal yang korup. Kedatangan yang terbaru ke Thailand Selatan terekam dalam video mengejutkan, yang isinya menunjukkan kebrutalan yang diderita pengungsi Rohingya di kamp-kamp penampungan yang disediakan penyelundup pedagang manusia..
Rekaman itu, saat ini sedang diperiksa oleh polisi imigrasi Thailand sebagai bukti. Viedo iytu juga merekam aksi dua pria memperkosa seorang wanita Rohingya di kamp di tengah hutan di selatan negara itu.
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
“Jika video itu otentik, akan dijadikan bukti nyata pertama dari perlakuan brutal dari tawanan di kamp-kamp rahasia yang dijalankan oleh pelaku perdagangan manusia di hutan Thailand selatan,” situs berita Phuketwan melaporkan Kamis.
Lewa, yang telah mewawancarai ratusan Rohingya di Thailand selatan, berhati-hati tentang klip video yang dibuatnya dan menambahkan, “Kita tahu bahwa orang-orang yang tidak bisa membayar jumlah yang diminta oleh para pedagang menjadi objek kekerasan”
Di masa lalu, pengungsi yang selamat, telah memberi kesaksian mengenai kekerasan, pemerkosaan dan pembunuhan, maupun cara pembayaran tebusan dari keluarga korban.
Pemerintah Myanmar menolak untuk memberikan kewarganegaraan Rohingya dan mengklaim mereka adalah imigran ilegal dari Bangladesh. (T/P004/P2)
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Polisi Mulai Selidiki Presiden Korea Selatan terkait ‘Pemberontakan’