SETENGAH JUTA PENDUDUK ASIA-PASIFIK TEWAS AKIBAT BENCANA DARI 2004-2014

Massive earthquake 2015
Massive earthquake 2015

Bangkok, 15 Muharram 1437/28 Oktober 2015 (MINA) – Dari 2005 hingga 2014, kawasan Asia-Pasifik mengalami 1.625 yang dilaporkan, sehingga menyebabkan tewasnya 500.000 orang, demikian menurut sebuah laporan PBB, Selasa.

Bencana ini, yang merupakan 40 persen dari total bencana global, berdampak pada sekitar 1,4 miliar orang atau 80 persen dari mereka yang terkena dampak secara global, kata laporan yang diluncurkan oleh Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (ESCAP).

Selama periode ini, Asia dan Pasifik, kawasan paling rawan bencana di dunia, mengalami kerugian ekonomi akibat berbagai bencana senilai 523 miliar dolar AS, atau 45 persen dari total kerugian global, demikian menurut laporan bertajuk “Laporan Bencana Asia-Pasifik 2015 – Bencana Tak Mengenal Tapal Batas : Ketahanan Regional Bagi Pembangunan Berkelanjutan”.

“Bahkan angka-angka ini mungkin terlalu rendah, karena tidak ada metodologi standar untuk mengumpulkan statistik bencana, dan banyak bencana tidak dilaporkan,” laporan itu menekankan.

Meskipun beberapa negara sudah mencapai kemajuan, masih banyak yang harus dilakukan negara-negara Asia-Pasifik untuk mengurangi risiko bencana dan menjaga kewaspadaan akibat pertumbuhan ekonomi yang cepat, meningkatnya populasi, dan berkembangnya kota-kota sehingga memperburuk risiko yang ada dan menyebabkan munculnya bencana baru, katanya.

“Ini sungguh memprihatinkan karena bencana menjadi lebih sering, jauh lebih besar dan hebat. Seperti yanag disoroti laporan itu, sebagian besar bencana di wilayah kami bersifat lintas batas,” Kata Wakil Sekjen PBB dan Sekretaris Eksekutif ESCAP, Dr Hamshad Akhtar, pada peluncuran laporan itu, menunjuk gempa Senin yang melanda Afghanistan, Pakistan, serta India.

“Hanya dengan cara bersatu dalam semangat kerjasama, kawasan Asia-Pasifik berharap dapat menjadi benar-benar tahan bencana,” tambahnya.

Laporan ini menyajikan kerangka kerja untuk mengintegrasikan pengurangan risiko bencana ke dalam rencana pembangunan berkelanjutan, kebijakan, program sektoral dan anggaran, dengan memperhatikan semua setiap sektor dapat dipengaruhi oleh gempa bumi, banjir atau siklon, adalah penting bahwa setiap sektor mempertimbangkan bagaimana membuat kegiatan tahan  bencana. yang efektif.

“Pemikiran kembali secara mendasar diperlukan karena banyak pemerintah masih mengikuti pendekatan cupet atas bencana, dengan fokus pada respon, dan kurang memperhatikan adaptasi, dan kesiapsiagaan,” kata Dr Akhtar.

Laporan tersebut, khususnya menekankan pentingnya membangun ketahanan terhadap kekeringan, yang merupakan salah satu bencana alam paling merusak di kawasan ini, namun sering terlupakan. (T/R07/R01)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0