SHURA-MAPIM Seru Ulama Asia Bersatu Perjuangkan Pembebasan Al-Quds

Kuala Lumpur,  MINA – Sekretariat Himpunan Ulama Rantau Asia () dan Majlis Perundingan Pertubuhan Islam Malaysia (), mewakili ormas Islam terbesar di Malaysia, menghimbau seluruh ulama dan cendikiawan di wilayah Asia khususnya dan di dunia umumnya , agar bersatu menghimpun kekuatan untuk memperjuangkan pembebasan dan Masjid .

Seruan lengkapnya adalah :

Sejak Deklarasi Belfour pada tahun 1917 hingga sekarang, lebih dari 100 tahun rakyat telah menjadi korban konspirasi antara Zionis Yahudi dan kekuatan imperialis, Inggris dan Amerika Serikat. Lebih dari itu, hampir 6 juta orang Palestina kini terpaksa keluar dari tanah Palestina dan menjadi pengungsi di kamp-kamp yang paling buruk di dunia.

Kami percaya bahwa masalah Al-Quds tak bisa diperdebatkan oleh ulama manapun selain menyetujui Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha secara permanen dimiliki oleh umat Muslim. Sejarah kaum Muslim membebaskan Al-Aqsha pada 638 M, kemudian diserang oleh tentara Salib pada 1099 M dan akhirnya dapat dibebaskan kembali oleh tentara Muslimin pada 1187M menerangkan betapa bumi Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha menjadi target musuh-musuh Islam hingga saat ini.

Kini Zionis Yahudi mengembangkan agendanya untuk menyerang dan mengendalikan Masjid Al-Aqsha. Pada Juli 2017, Masjid Al-Aqsha dikepung oleh rezim Yahudi hingga suara azan tidak terdengar selama tiga hari di sana.

Kami menarik perhatian semua ulama dan cendikiawan dari berbagai keyakinan dan aliran sektarian untuk menyisihkan perbedaan dan bekerja keras untuk membebaskan Kota Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha.

Saat ini, Kota Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha sedang diancam dan akan sepenuhnya dikendalikan oleh rezim Israel jika ulama tidak maju untuk memimpin umat dalam memperjuangkan kemerdekaan Al-Quds. Sejak invasi Kota Al-Quds oleh rezim Israel pada tahun 1967, para ulama dan cendikiawan agama belum cukup terorganisir untuk meluncurkan perlawanan (muqawwamah) kepada rezim Zionis Israel.

Kami percaya bahwa terlalu banyak konferensi tentang isu-isu Palestina sedang diselenggarakan oleh berbagai pihak. Tetapi ribuan deklarasi dan resolusi tidak membawa banyak perubahan pada status Palestina selain rezim Israel semakin meneror untuk melanjutkan agenda mencaplok teritorial Palestina 100%.

Sekarang dengan dukungan penuh dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menyatakan sikapnya untuk mengakui Yerusalem yakni Kota Al-Quds sebagai ibu kota Israel, rezim Zionis telah meluncurkan serangan teroris terhadap warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza.

Sejak 30 Mei 2018 sampai sekarang demonstrasi warga Palestina yang sebagian besarnya adalah pengungsi sejak 1948, yang bergerak digaris pemisah Israel – Gaza atas nama Great Return March, telah ditembak dengan sengaja oleh tentara Israel yang mengakibatkan sejauh ini lebih 120 warga Gaza gugur dan lebih dari 10.000 lainnya terluka. Aksi barbar dan brutal dari rezim Zionis Yahudi telah menargetkan anak-anak, wanita, orang tua, petugas medis, dan wartawan.

Resolusi yang dibawa oleh Kuwait di Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan pembunuhan telah diveto oleh Amerika Serikat. Jelaslah bahwa AS terlibat dalam genosida Zionis Israel untuk mengejar agenda menghapus Palestina dan mengendalikan Palestina sepenuhnya.

Ulama sedunia harus diingatkan jika mereka gagal berperan mengembleng umat untuk memperjuangkan pembebasan Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha, generasi mendatang akan menempatkan kesalahan ke atas mereka karena mengizinkan tanah suci serta Masjid Al-Aqsha dijajah dan dihancurkan oleh Zionis Yahudi.

Kami menyerukan kepada semua ulama dan cendekiawan dunia untuk bangkit melawan peran beberapa pemimpin Arab yang sedang dilatih oleh imperialis AS dan Zionis Israel yang mengkhianati perjuangan pembebasan Palestina.

Informasi pangeran kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman dan pangeran Uni Emirat Arab Mohammed bin Zayed Al-Nahyan, diam-diam bernegosiasi dengan Israel dan Amerika Serikat untuk mengakui Israel. Para pemimpin Arab telah terjebak dalam agenda Deklarasi Presiden Trump tentang Kesepakatan Abad Ini. Pertanyaannya adalah apakah para ulama dan cendekiawan harus diam tentang pengkhianatan ini.

Kami juga menyerukan agar ulama dan cendekiawan melipatgandakan usaha untuk menyukseskan proyek persatuan ummah (Wihdatul Ummah) sebagai agenda terpenting demi membebaskan Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha. Perpecahan sektarian dan perselisihan sektarian seharusnya tidak dibiarkan membawa perpecahan di antara umat Islam.

Para ulama bertanggung jawab untuk membimbing dan mendidik orang-orang untuk mengenali musuh sejati kaum Muslim. Mereka tidak mudah dilecehkan oleh musuh-musuh Islam dari kekuatan imperialis Barat dan Zionis yang jelas berencana untuk mempertajam perpecahan dan akhirnya memusuhi sesama Muslim. Kami menyerukan agar dokumen “Risalah Amman” dihidupkan dan dipopulerkan kembali di kalangan seluruh umat Islam seperti yang telah disepakati oleh 200 ulama dari 50 negara dalam konferensi pada 9 November 2004 (27 Ramadhan 1425 H) di Yordania.

Kami sangat prihatin tentang bagaimana satu per satu negara Muslim hancur; Afghanistan, Irak, Suriah, Yaman, Palestina, Lebanon, Libya, Bahrain, Somalia, Aljazair. Sumber utama dari ini adalah bahwa para pemimpin Negara Islam menjadikan diri mereka alat-alat untuk kekuatan Barat dan Zionis Yahudi. Sementara sumber kekayaan di negara-negara Arab dunia digunakan untuk membeli senjata dari AS dan sebaliknya mengarahkan mereka untuk saling membunuh.

Kami juga menekankan bahwa para ulama dan cendekiawan perlu mengekspresikan sikap mereka terhadap berbagai badan Islam dunia seperti Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Rabitah Alam Islami, dan D8 untuk membebaskan diri dari kontrol kekuasaan Barat dan bangkit untuk membela minoritas yang tertindas Muslim seperti Myanmar, Sri Lanka, India, Cina , Filipina, Thailand, Eropa dan Rusia. Lembaga dan organisasi Islam harus keluar dari beretorika dan hanya berbicara tanpa tindakan yang efektif.

 

Kuala Lumpur, 10 Juni 2018M/25 Ramadhan 1439H

Presiden SHURA
Ustaz H. Abdul Ghani Bin Samsudin

Presiden MAPIM & Sekretaris Jenderal SHURA
Mohd Azmi Abdul Hamid

(L/K3/R01/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.