New York, 30 Muharram 1438/31 Oktober 2016 (MINA) – Bandan anak-anak PBB (Unicef) menyerukan para pemimpin dunia untuk mengurangi polusi udara karena bekontribusi besar pada kematian anak-anak secara global, melebihi dampak gabungan yang ditimbulkan malaria dan HIV/AIDS.
Direktur Eksekutif Unicef, Anthony Lake, mengungkapkan sekitar 600.000 anak di bawah usia lima tahun meninggal setiap tahun akibat penyakit yang disebabkan atau diperparah oleh polusi udara tempat terbuka dan dalam ruangan, terutama di negara-negara miskin.
Hal itu diutarakan Lake dalam pengantar sebuah laporan berjudul “Clear the Air for Children” yang dirilis Senin (31/10), seperti dilaporan CNN yang dikutip MINA. Polusi udara, kata Lake, juga menyakiti anak-anak yang tidak terbunuh, termasuk yang belum lahir.
“Polutan tidak hanya membahayakan perkembangan paru-paru anak-anak, tetapi juga benar-benar mampu melintasi palang darah-otak dan secara permanen merusak perkembangan otak mereka, dan, dengan demikian, masa depan mereka,” tegasnya.
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel
“Tidak ada masyarakat yang boleh mengabaikan polusi udara,” Lake memperingatkan.
Laporan ini dirilis menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB 7-18 November di Marrakech, Maroko, yang juga dikenal sebagai COP22, atau Konferensi Para Pihak sesi ke-22. COP21 diadakan di Paris pada November 2015 lalu.
Penelitian itu menunjukkan sekitar 300 juta anak hidup dengan kualitas udara luar ruangan yang sangat tercemar, yang dapat menyebabkan kerusakan fisik serius, termasuk membahayakan perkembangan otak.
Di samping itu, Unicef mengatakan hampir satu dari tujuh anak di seluruh dunia menghirup udara luar ruangan yang setidaknya enam kali lebih kotor dari pedoman internasional.
Baca Juga: Macron akan Umumkan Perdana Menteri Baru Hari Ini
Dua Miliar Anak
Unicef menunjuk ke citra satelit yang mengonfirmasi sekitar dua miliar anak tinggal di daerah-daerah tempat polusi udara luar ruangan melebihi pedoman kualitas udara minimum yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sebagian besar anak-anak itu tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Itu termasuk 620 juta anak di Asia Selatan, 520 juta di Afrika, dan 450 juta di Asia Timur dan Pasifik, kata UNICEF.
Kualitas udara di kawasan itu diracuni oleh emisi kendaraan, bahan bakar fosil, debu, limbah pembakaran, dan polutan udara lainnya.
Baca Juga: Suriah akan Buka Kembali Wilayah Udara untuk Lalu Lintas Penerbangan
Dalam laporannya, Unicef mengajukan empat rekomendasi atau langakh yang harus diambil oleh para pemimpin peserta COP22. Pertama, mengurangi polusi dengan mengurangi pembakaran bahan bakar fosil dan berinvestasi pada efisiensi energi.
Kedua, meningkatkan akses anak-anak ke layanan kesehatan. Ketiga, meminimalkan paparan anak-anak dari polusi udara dengan membuat sekolah jauh dari pabrik dan sumber polusi lainnya. Keempat, meningkatkan pemantauan polusi udara. (T/P022/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)