Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tafakkur, Amalan Hati Seorang Muslim

Bahron Ansori - Selasa, 3 Januari 2023 - 12:58 WIB

Selasa, 3 Januari 2023 - 12:58 WIB

115 Views

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Allah Ta’ala berfirman dalam banyak ayat-Nya, memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk banyak bertafakur (berfikir, merenung) tentang segala yang telah diciptakan-Nya.

Secara bahasa kata تَفَكُّرُ berarti at- ta-ammul (memperhatikan) dan an-nazhru (mengkaji dann mengamati). Kata tafakkur merupakan pecahan dari al-Fikru.

Sedangkan secara istilah, menurut Ath-Thahir bin ‘Asyur rahimahullah, “tafakkur adalah pengembaraan atau penjelajahan akal dalam perjalanan untuk memperoleh faedah ilmu yang benar.” [At-Tahrir wat tanwir (3/244].

Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman

Di antara ayat-ayat yang memerintahkan atau menganjurkan umat Islam untuk berfikir antara lain sebagai berikut.

Pertama, dalam Qur’an surat Ali Imron ayat 190-192, Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ -١٩٠- الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ -١٩١- رَبَّنَا إِنَّكَ مَن تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ -١٩٢-

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau Menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya orang yang Engkau Masukkan ke dalam neraka, maka sungguh, Engkau telah Menghinakannya, dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang yang zalim.”

Baca Juga: Malu Kepada Allah

Dalam ayat di atas, Allah memuji hamba-hambanya yang suka berfikir.

Ulama Tabi’in, Atha’ bin Abi Rabah berkata, “Aku dan ‘Ubaid bin ‘Umair menemui Aisyah radhiyallahu ‘anhuma. Ibnu ‘Umair berkata, “Tolong beritahulah kami sesuatu yang paling menakjubkan yang Anda lihat dari Rasulullah SAW?”

Aisyah diam sejenak lalu berkata, “Pada suatu malam Rasulullah SAW bersabda, “Biarkan aku beribadah kepada Rabbku pada malam ini.”

Aisyah berkata, “Demi Allah, aku benar-benar suka di dekat anda dan menyukai apa yang membuat anda bahagia.”

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu

Aisyah lalu berkata lagi, “Beliau berdiri dan bersuci kemudian shalat. Beliau menangis terus hingga basah ujung bajunya. Beliau terus menangis hingga basah jenggotnya. Dan beliau terus saja menangis sampai tanah menjadi basah.”

Lalu datang Bilal mengumandangkan adzan untuk shalat Shubuh. Ketika Bilal melihat Rasulullah SAW sedang menangis, dia bertanya, “Wahai Rasulullah! Mengapa Anda menangis? Sungguh Allah telah mengampuni anda segala kesalahan di masa lalu dan di masa yang akan datang?”

Rasulullah SAW menjawab, “Tidakkah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur? Sungguh telah turun kepadaku malam ini satu ayat. Celakalah orang yang membacanya dan tidak berfikir tentangnya.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” [Qs. Ali Imran: 190] [HR. Ibnu Hibban di dalam Shahihnya no. 620 dan dishahihkan oleh Al-Albani.”]

Baca Juga: Mengembangkan Pola Pikir Positif dalam Islam

Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang tidak berfikir tentang ayat ini terancam dengan siksaan. Allah tidak akan mengancam dengan siksa kecuali terhadap orang yang menyelisihi perintah-Nya. Dengan demikian menjadi jelas bahwa tafakkur itu perkara yang wajib hukumnya.

Kedua, Qur’an surat Ar-Ra’du: 2-3, Allah Ta’ala berfirman,

اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۖ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ

وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الْأَرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا ۖ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ ۖ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu.

Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Baca Juga: Tadabbur QS. Thaha ayat 14, Dirikan Shalat untuk Mengingat Allah

Jika mau dicari, masih banyak ayat-ayat lain yang memerintahkan wajibnya seorang mukmi tafakkur.

Batasan tafakkur

Meski tafakur itu adalah perintah, tapi bukan berarti seorang beriman melakukannya tanpa batas sehingga ia jauh menyimpang. Seorang muslim dilarang memikirkan tentang dzat Allah.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Berfikirlah tentang segala sesuatu dan jangan berfikir tentang Dzat Allah.” [Al-Inabah, Ibnu Bathah (108)].

Baca Juga: Terus Berjuang Membela Palestina

Tafakur itu amalan hati yang agung, karena itu ada sebuah hadits dhaif yang begitu masyhur di kalangan umat Islam,

فِكْرَةُ سَاعَةٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّينَ سَنَةً

” Berfikir sesaat itu lebih baik dari ibadah selama 60 tahun.” [Hadits riwayat Abu Syaikh di dalam Al-‘Azhamah (43) dan Ibnul Jauzi di dalam Al-Maudhu’at (3/144)].

Ini adalah hadits maudhu’ atau hadits palsu. Syaikh nashirudin Al-Albani rahimahullah sebagai pakar hadits terbesar abad 20 memasukkannya dalam kitabnya: Silsilah Al-Ahadits Ad-Dha’ifah (173) dan mengatakan bahwa ini hadits maudhu’.”

Walaupun hadits itu dhaif, tapi setidaknya bisa dipetik hikmahnya bahwa tafakur itu sangat penting bagi seorang muslim, wallahua’lam.(A/RS3/P2)

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-18] Tentang Taqwa

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
MINA Preneur
Kolom