TAKUT DITEMBAK POLISI, TIGA MUSLIM ROHINGYA TENGGELAM DAN MENINGGAL DUNIA

Rohingya melarikan diri dengan menggunakan kapal (Photo: DVB)
Rohingya melarikan diri dengan menggunakan kapal (Photo: DVB)

Rakhine, 22 Dzulqa’dah 1435/16 September 2014 (MINA) – Akibat ketakutan akan tembakan peluru karet oleh Petugas Kepolisian, dua wanita dan seorang pria meninggal dunia karena tenggelam di sungai dekat ibukota Sittwe, Propinsi Arakan, Myanmar setelah melompat dari perahu karena polisi menembakkan peluru karet ke arah mereka, kata seorang Petugas Polisi Lokal, Sittwe, Kolonel Tun Oo kepada Media The Irrawaddy yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin (15/9).

 

Tun Oo mengatakan memergoki puluhan warga Rohingya yang bepergian menggunakan perahu kecil di muara sungai dekat Sittwe pada pukul 20:00, waktu setempat, Jumat. Saat itu kapal patroli polisi melihat dan mendekati kapal. Dia mengklaim bahwa para penumpang menyerang petugas, hingga akhirnya polisi terpaksa menggunakan senjata mereka.

“Mereka memegang pisau dan bermaksud melawan petugas. Kemudian kami melepaskan tembakan peringatan ke udara sebelumnya, tetapi mereka melawan dan kami menggunakan peluru karet untuk menembaki mereka, “katanya.

Menurut Tun Oo, akibat tembakan itu para penumpang perahu itu menjadi takut dan akhirnya melompat dari perahu ke dalam air.

Akhirnya Sabtu pagi, polisi menemukan korban perempuan dan seorang laki-laki meninggal, semua berusia sekitar 20-an, Tun Oo mengatakan, sementara delapan Rohingya telah ditangkap.

“Kami tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka yang menghilang. Kami hanya bisa menangkap delapan orang, “katanya, seraya menambahkan polisi akan membawa mereka ke pengadilan untuk dijatuhi hukuman di Pengadilan Sittwe.

Minoritas Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan di Arakan utara, berjumlah sekitar 1 juta orang dan ditolak hak kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar. Muslim Rohingya mengatakan mereka telah tinggal di sana selama beberapa generasi, tapi pemerintah mengklaim mereka sebagai imigran ilegal “Bengali” dari Bangladesh.

Pemerintah juga memberlakukan berbagai pembatasan pada mereka, seperti membatasi hak mereka untuk perjalanan dan akses ke perawatan kesehatan dan pendidikan.

Kelompok pembela Hak Asasi Manusia (HAM) internasional menuduh pemerintah menganiaya minoritas muslim Rohingy. Kelompok  pembela HAM ini mengatakan bahwa polisi secara rutin melakukan pelanggaran hak asasi, seperti pembunuhan di luar hukum, tanpa adanya pengadilan.

Banyak muslim Rohingya yang mencoba melarikan diri dari kondisi yang mengerikan dalam komunitas mereka yang miskin dan kamp-kamp pengungsi untuk internal (IDP) di Maungdaw, Buthidaung dan kota-kota Sittwe. Sekitar 140.000 Rohingya tinggal di tempat kotor, kamp-kamp yang penuh sesak sejak pertengahan 2012 ketika mereka mengungsi karena bentrokan antara Muslim dan penduduk Buddha Arakan.

mengatakan, tahun lalu diperkirakan sekitar 86.000 Muslim Rohingya melarikan diri menggunakan perahu melakukan perjalanan berbahaya melalui Teluk Benggala dalam upaya mencapai Malaysia yang mayoritas Muslim.

Aung Win, seorang aktivis hak asasi Rohingya dan tokoh masyarakat di lingkungan Muslim Sittwe Aung Mingalar, mengatakan, ia pernah mendengar banyak Rohingya menggunakan perahu dalam usahanya untuk melarikan diri dari Ohn Taw Gyi, kamp di Sittwe, menurut situs PBB yang menjadi rumah bagi 6.200 pengungsi.

“Banyak dari mereka mencoba untuk keluar dari kamp. Sayangnya, polisi memergoki perahu mereka,” katanya. Dia menambahkan, mereka yang bepergian menggunakan perahu kecil, berharap menemukan perahu yang lebih besar di lepas pantai, yang akan membawa mereka ke Thailand atau Malaysia.

Tun Oo menyatakan, kapal patrolinya mencoba menghentikan perahu Muslim Rohingya karena penumpang Rohingya kerap mencoba untuk masuk ke kamp 1 Ohn Taw Gyi.

“Biasanya, kami akan membiarkan mereka jika kami menemukan mereka hanya mencoba untuk keluar dari kamp dengan perahu. Tapi terkadang ada orang yang datang ke kamp, jadi adalah tugas kami untuk menangkap mereka yang datang ke kamp.” katanya.(T/P004/ R12)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0