Turki Desak AS Ekstradisi Gulen Terkait Kudeta

Istanbul, 12 Syawwal 1437/17 Juli 2016 (MINA) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendesak pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk mengekstradisi Muhammad Fethullah Gulen, NTV melaporkan, Sabtu (16/7).

Seperti disebutkan  Anadolu Agency, Erdogan menyebut bahwa gerakan Fethullah Gulen, tokoh politik terkemuka Turki yang saat ini berada di pengasingan tertutupnya di Saylorsburg, Pennsylvania, AS, diduga berdiri di belakang upaya kudeta militer.

Turki menyerukan Gulen yang dikenal dengan gerakan Hizmet, untuk kembali ke Turki menghadapi pengadilan.

Gulen dikenal kritis terhadap Erdogan dan secara aktif terlibat dalam perdebatan masyarakat mengenai masa depan negara Turki dan Islam di dunia modern.

Erdogan mengatakan Turki telah meminta AS beberapa kali untuk mengekstradisi Gulen dari AS kembali ke Turki.

“Saya telah mengatakan kepada Obama untuk mendeportasi atau menyerahkan dia kembali ke Turki,” lanjut Erdogan.

Erdogan juga menegaskan bahwa kudeta yang gagal Jumat kemarin tidak datang dari dalam eselon yang lebih tinggi dari tentara, melainkan “minoritas kecil saja dalam militer”.

“Mereka para pendukung Gulen seperti tumor dalam militer, dan sekarang tumor ini sedang dihapus,” tambahnya.

Sementara itu, Fathullah Gulen seperti disebut The Guardian, dalam sebuah wawancara yang jarang dan singkat pada hari Sabtu dengan sekelompok kecil wartawan di kediamannya di Saylorsburg, Pennsylvania, ia menolak semua tuduhan bahwa ia berada di balik upaya kudeta.

“Saya tidak percaya bahwa dunia percaya tuduhan yang dibuat oleh Presiden Erdogan,” kata Gulen.

“Ada kemungkinan bahwa hal itu bisa menjadi kudeta yang dipentaskan dan itu bisa dimaksudkan untuk tuduhan lebih lanjut,” imbuhnya.

Gulen, yang memimpin gerakan rakyat Hizmet dari pengasingan, berada di AS pada tahun 1999, berbicara di depan wartawan bahwa dia menolak semua intervensi militer, dan mengatakan ia telah secara pribadi menderita setelah kudeta tahun 1990-an.

“Setelah kudeta militer di Turki,” katanya. “Saya telah ditekan dan saya telah dipenjara. Saya juga telah mencoba menghadapi berbagai bentuk tuduhan,” ujar Gulen.

Dia menambahkan, “Sekarang Turki sudah pada jalur demokrasi.”

Ditanyakan wartawan apakah dirinya akan kembali ke Turki, Gulen mengatakan, “Sesungguhnya, saya sangat rindu tanah air saya. Tapi ada faktor lain yang lebih penting, yaitu kebebasan. Saya di sini, jauh dari masalah politik di Turki dan saya hidup dengan kebebasan saya,” paparnya.

Pihak AS sendiri, Daily Mail menyebutkan pernyataan Menlu John Kerry yang mengatakan bahwa pemerintahnya belum bisa menerima permintaan untuk mengekstradisi Gulen yang telah tinggal di Amerika Serikat selama bertahun-tahun untuk dipulangkan ke Turki.

Berbicara dalam kunjungannya ke Luksemburg, pada Sabtu (16/7/2016) kemarin, Kerry mengatakan bahwa proses konstitusi diharapkan tetap dapat dilakukan terhadap orang-orang yang berada di balik kudeta. (T/P4/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.