Umat Yang Satu

 

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA (Mi’raj News Agency)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ ٱلنَّاسَ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬‌ۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخۡتَلِفِينَ . إِلَّا مَن رَّحِمَ رَبُّكَ‌ۚ وَلِذَٲلِكَ خَلَقَهُمۡ‌ۗ وَتَمَّتۡ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمۡلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ أَجۡمَعِينَ

Artinya: “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Allah menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan. Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya”. (Q.S. Hud [11]: 118-119).

Melalui ayat ini, Allah memberikan informasi bahwa Allah itu mampu untuk menjadikan manusia semuanya menjadi satu umat. Baik itu dalam keimanan ataupun dalam keingkaran.

Seperti juga Allah sebutkan pada ayat lainnya:

وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَأَمَنَ مَن فِى ٱلۡأَرۡضِ ڪُلُّهُمۡ جَمِيعًا‌ۚ أَفَأَنتَ تُكۡرِهُ ٱلنَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُواْ مُؤۡمِنِينَ

Artinya: “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di muka bumi seluruhnya.” (Q.S. Yunus [10]: 99).

Akan tetapi Allah menyatakan, “Mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu.”

Perselisihan dan penyimpangan selalu terjadi di antara manusia dalam agama mereka, dalam keyakinan mereka, dalam ikutan mereka dan dalam pandangan mereka.

“Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu.” Maksudnya adalah kecuali orang-orang yang dirahmati Allah, yaitu mereka yang mengikuti Rasulullah, mereka yang senantiasa memegang teguh ajaran Allah dengan berjama’ah (bersatu padu) dan tidak mudah dipecah belah.

Berkaitan dengan ayat tersebut, Hasan Al-Bashri mengatakan, “Seluruh umat manusia berselisih dalam beraneka ragam agama kecuali yang dirahmati oleh Allah, karena orang yang dirahmati tidak akan berselisih.”

Allah menegaskan di dalam ayat:

وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَهُمۡ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ وَلَـٰكِن يُدۡخِلُ مَن يَشَآءُ فِى رَحۡمَتِهِۦ‌ۚ وَٱلظَّـٰلِمُونَ مَا لَهُم مِّن وَلِىٍّ۬ وَلَا نَصِيرٍ

Artinya: “Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat [saja], tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong”. (Q.S. Asy-Syura [42]: 8).

Allah memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Caranya adalah dengan berjama’ah, bersatu, menjauhi perselisihan dan pertikaian. Sebab berjama’ah itu akan mendatangkan rahmat Allah, sementara berpecah-belah hanya akan mendatangkan azab, siksaan dan ujian.

Karena memang pada hakikatnya ini adalah umat yang satu. Satu Tuhannya, Allah. Satu Nabi terakhirnya, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Satu kitab sucinya, Al-Quran. Satu kiblat shalatnya, Baitullah.

Adapun perbedaan umumnya adalah pada soal pemahaman fiqih ibadah (mazhab), pemikiran (politik), dan persoalan teknis lainnya. Selama secara prinsip aqidah masih sama, berpedoman pada Al-Quran dan As-Sunnah, maka hakikatnya mereka adalah umat yang satu.

Tinggal keutuhan yang satu itu, diikat dengan kepemimpinan yang satu, yakni Imaam atau Khalifah yang satu. Yakni pemimpin umat Islam yang memimpin umat Islam keseluruhan dunia tanpa sekat politik dan reginonal. Bersifat rahmatan lil ‘alamin (Q.S. Al-Anbiya 107).

Allah menegaskan di dalam beberapa ayat-Nya:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian  pada tali Allah  seraya  berjama’ah, dan janganlah kamu berfirqah-firqah (bergolong-golongan), dan ingatlah akan ni’mat Allah atas kamu  tatkala kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah jinakkan antara hati-hati kamu, maka dengan ni’mat itu kamu menjadi bersaudara, padahal kamu dahulu nya telah berada di tepi jurang api Neraka, tetapi Dia (Allah) menyelamatkan kamu dari padanya; begitulah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]:103).

إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ

Artinya: “Sesungguhnya ini umatmu umat yang satu, dan aku adalah Rabmu, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya [6] :92).

Dengan berjama’ah itulah akan mendatangkan rahmat, seperti disebutkan di dalam hadits:

Sebagaimana disebutkan di dalam hadits:

مَنْ لَمْ يَشْكُرْ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرْ الْكَثِيرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرْ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرْ اللَّهَ التَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللَّهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهَا كُفْرٌ وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ

Artinya: “Barangsiapa tidak pandai bersyukur atas nikmat yang sedikit, maka dia tidak dapat bersyukur atas nikmat yang banyak. Barangsiapa tidak pandai bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, maka dia tidak bisa bersyukur kepada Allah. Membicarakan nikmat Allah adalah syukur dan meninggalkannya adalah kufur. Berjama’ah adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab.” (H.R. Ahmad).

Dengan berjama’ah pula, umat akan tergerak dan terarah untuk menuju surga yang penuh dengan kenikmatan, seperti hadits menyebutkan:

مَنْ أَرَادَ مِنْكُمْ بَحْبُوْحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ الإِثْنَيْنِ أَبْعَدُ

Artinya: “Barangsiapa dari kalian menginginkan tinggal di tengah-tengah syurga, maka hendaklah berpegang teguh kepada Al-Jama’ah, kerana syaitan bersama seorang (sendirian) dan dia dari dua orang, dengan lebih jauh.” (H.R. At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Hakim).

Begitulah, Islam adalah satu-satunya agama yang ajaranya mengajak pada persaudaraan dan terwujudnya persatuan dan kesatuan umat serta mengecam perpecahan dan perselisihan.

Karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai pembawa risalah Islam selalu mengarahkan umatnya untuk menjaga kesatuan (Al-Jama’ah) dan menjauhi perselisihan dan perpecahan (Al-Firqah).

Maka, kitapun jika ingin mendapatkan rahmat Allah, maka kitapun berusaha untuk selalu mengikuti Rasulullah, membenarkannya dan membelanya dengan perjuangan, sehingga menjadi kelompok yang selamat, dunia akhirat.

Seperti disebutkan di dalam hadits:

أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ ، وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَ فًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اْلمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِي، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

Artinya: “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah Azza wa Jalla, dan untuk mendengar serta taat (kepada pimpinan) meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Sesungguhnya, barangsiapa yang berumur panjang di antara kalian (para sahabat), niscaya akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidun –para khalifah yang mendapat petunjuk- sepeninggalku. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian. Dan hati-hatilah kalian, jangan sekali-kali mengada-adakan perkara-perkara baru dalam agama, karena sesungguhnya setiap bid’ah adalah sesat”. (H.R. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Pada hadits lain disebutkan:

اِفْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ، وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُوْنَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُوْنَ فِيْ النَّارِ )) قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ هُمْ ؟ قَالَ: ( اَلْجَمَاعَةُ ).

Artinya: “Ummat Yahudi berpecah-belah menjadi 71 golongan, maka hanya satu golongan yang masuk surga dan 70 golongan masuk neraka. Ummat Nasrani berpecah-belah menjadi 72 golongan dan 71  golongan masuk neraka dan hanya satu golongan yang masuk surga. Dan demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, sungguh akan berpecah-belah ummatku menjadi 73 golongan, hanya satu masuk surga dan 72 golongan masuk neraka.’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, ‘Wahai Rasulullah, ‘Siapakah mereka (satu golongan yang selamat) itu ?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Al-Jamâ’ah.’” (H.R. Ibnu Majah).

Pada riwayat lain disebutkan tentang golongan yang selamat yaitu orang yang mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para shahabatnya. Disebutkan dalam kalimat Nabi:

…كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ.

“…Semua golongan tersebut tempatnya di neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku berjalan di atasnya.”

Begitulah, memang sudah menjadi sunnatulah, ketentuan Allah, bahwa Allah telah menetapkan umat manusia dalam keadaan berpecah-belah dan berikhtilaf disebabkan kezaliman, kesesatan, dan penyimpangan mereka.

Allah menyebut di dalam ayat:

كَانَ ٱلنَّاسُ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ فَبَعَثَ ٱللَّهُ ٱلنَّبِيِّـۧنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ بِٱلۡحَقِّ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَ ٱلنَّاسِ فِيمَا ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِ‌ۚ وَمَا ٱخۡتَلَفَ فِيهِ إِلَّا ٱلَّذِينَ أُوتُوهُ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡهُمُ ٱلۡبَيِّنَـٰتُ بَغۡيَۢا بَيۡنَهُمۡ‌ۖ فَهَدَى ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَا ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِ مِنَ ٱلۡحَقِّ بِإِذۡنِهِۦ‌ۗ وَٱللَّهُ يَهۡدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ

Artinya: “Manusia itu adalah umat yang satu. [Setelah timbul perselisihan], maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 213).

Semoga Allah melimpahkan rahmat kasih sayangnya kepada kita, sehingga Allah jadikan jiwa kita, umat Islam, cinta pada persatuan dan kesatuan, serta menjauhi segala pertikaian, kedengkian dan permusuhan. Aamiin. (A/RS2/P1).

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.