Utusan PBB: Gencatan Senjata Yaman ‘Bertahan Secara Luas’ Tetapi Rapuh

Mukalla, MINA – Gencatan senjata yang ditengahi Perserikatan Bangsa-Bangsa () antara faksi-faksi yang berperang di “bertahan secara luas” tetapi masih dalam bahaya runtuh di tengah pertempuran sengit di Marib dan Shabwa.

Pada peringatan tahun pertama kesepakatan itu, Utusan PBB untuk Yaman Hans Grundberg mengatakan, pemerintah dan Houthi yang didukung Iran sebagian besar berpegang pada ketentuannya, Arab News melaporkan, Senin (3/4).

“Bahkan setelah kedaluwarsa, gencatan senjata masih berlaku dan banyak elemennya terus dilaksanakan. Tapi janji gencatan senjata yang paling signifikan adalah potensinya untuk memulai proses politik inklusif yang bertujuan mengakhiri konflik secara komprehensif dan berkelanjutan,” kata Grundberg.

Gencatan senjata yang ditengahi PBB menandai jeda permusuhan terpanjang dalam perang sembilan tahun Yaman. Hal ini memberikan dampak di antaranya yaitu penurunan yang cukup besar dalam kematian warga sipil, dan pengungsian internal.

“Di bawah gencatan senjata, para pihak sepakat untuk mengakhiri permusuhan, mengizinkan penerbangan komersial dari bandara Sanaa, membantu kedatangan kapal bahan bakar di pelabuhan Hodeidah dan bekerja sama membuka blokir jalan raya di Taiz dan kota-kota Yaman lainnya,” ujarnya.

Grundberg memperingatkan, eskalasi militer, ekonomi, dan verbal menimbulkan bahaya bagi gencatan senjata. PBB, kata dia, sedang bekerja untuk mengubahnya menjadi proses politik yang lebih inklusif dan tahan lama.

“Ada kebutuhan untuk melindungi hasil gencatan senjata dan membangunnya menuju lebih banyak bantuan kemanusiaan, gencatan senjata nasional, dan penyelesaian politik berkelanjutan yang memenuhi aspirasi perempuan dan laki-laki Yaman,” katanya.

Upaya untuk memperbarui gencatan senjata gagal pada bulan Oktober ketika Houthi memulai penggerebekan fasilitas minyak di Hadramout, dan Shabwa yang dikuasai pemerintah, untuk memaksa pemerintah membagi keuntungan minyak dan membayar pekerja publik di bawah kendali mereka.

Setelah penyerangan, pemerintah Yaman menetapkan Houthi sebagai kelompok teroris dan mengancam akan memulai operasi militer skala besar.

Pernyataan utusan PBB itu muncul saat Houthi melanjutkan operasi militer mereka di Taiz dan Marib, memerangi pasukan pemerintah di lapangan dan membombardir mereka dengan drone dan misil. (T/R6/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: siti aisyah

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.