Jakarta, MINA – Pimpinan Pusat Wanita Syarikat Islam (WSI) menyampaikan pernyataan sikap dengan menekankan seruan segera menghentikan genosida Zionis Israel terhadap rakyat Palestina yang terus berlanjut hingga hari ini.
Agresi dan serangan militer Israel di Gaza sejak Oktober 2023 hingga saat ini masih terus berlangsung dan bahkan meluas ke wilayah pengungsian Rafah, Palestina.
Berikut pernyataan sikap PP WSI yang disampaikan ketua umumnya Prof.Dr.Hj. Valina Singka Subekti, M.Si dan Sekjen Endah Cahya Immawati, M.Si. di Jakarta, Selasa (11/6/2024):
Pertama, WSI mengutuk keras serangan militer Israel terhadap negara dan bangsa Palestina karena bertentangan dengan amanat para pendiri bangsa yang tertulis di bagian Pembukaan UUD 1945 yang menegaskan bahwa segala bentuk penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta
Kedua, WSI mengutuk dan menentang keras aksi serangan militer Israel yang brutal karena telah menghilangkan puluhan ribu nyawa manusia yang tidak berdosa, merusak infrastruktur sosial dan ekonomi, dan telah menimbulkan penderitaan yang luas.
Ketiga, WSI mendukung sikap pemerintah Indonesia yang secara tegas membela rakyat dan bangsa Palestina dan terus melakukan berbagai upaya untuk menghentikan kebiadaban Israel itu.
Keempat, mendukung segala bentuk upaya bantuan dan perlindungan terhadap warga bangsa Palestina, terlebih perempuan dan anak-anak yang menjadi mayoritas korban genosida Zionis Israel.
Kelima, mendukung dan mendorong Mahkamah Pidana Internsional (ICC) untuk mengadili Benyamin Netanyahu karena telah melakukan kejahatan perang dan kemanusiaan, serta genosida terhadap rakyat dan bangsa Palestina.
Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa
Keenam, WSI mengajak seluruh masyarakat Indonesia yang cinta damai untuk terus mendukung perjuangan rakyat palestina dan terus memboikot semua produk yang terafiliasi Israel.
Zionis Israel terus melancarkan serangan bersenjata secara membabi buta menyasar warga sipil yang tidak berdosa secara keji dan tidak berperikemanusiaan.
Peluru dan bom berkekuatan tinggi telah membunuh warga sipil, menghancurkan rumah, sekolah, universitas, tempat ibadah, dan rumah sakit serta fasilitas infrastruktur lainnya seperti listrik dan air bersih.
Sudah puluhan ribu perempuan dan anak-anak menjadi korban kebiadaban Israel, demikian pula tenaga pendidikan, tenaga kesehatan, tokoh agama dan sosial kemasyarakatan, dan para jurnalis,” kata Prof Valina, Ketum PP WSI.
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini
Data Kementerian Kesehatan Palestina pada serangan hari ke-207 memperlihatkan 34.535 warga Palestina tewas, korban luka sebanyak 77.704 orang dan 73% di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.
Jumlah korban terus berjatuhan dan semakin banyak keluarga kehilangan rumah, anak-anak kehilangan ayah dan ibu, orang tua kehilangan anak-anak, laki-laki kehilangan isteri, dan perempuan kehilangan suami.
“Keadaan ini sungguh sangat memilukan hati. Namun tindak kekerasan dan kekejian Israel terus berlangsung. Bahkan Israel terus menjatuhkan bom di wilayah pengungsian yang mestinya menjadi wilayah aman,” ungkap Prof Valina.
Makanan dan air bersih sulit diperoleh sehingga kelaparan meluas. Namun pada pihak lain tanpa perikemanusiaan Israel justru menutup pintu-pintu rute distribusi bantuan pangan dan obat-obatan dari dunia internasional, padahal bantuan ini sangat dibutuhkan warga sipil.
Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina
“Sungguh keji perbuatan Israel ini dan secara nyata telah melanggar ketentuan hukum internasional dan prinsip-prinsip universal mengenai Hak Asasi Manusia. Israel, secara terencana dan sistematis melakukan genosidq ingin memusnahkan bangsa Palestina,” pungkasnya
Ironisnya, lanjut Valina, seruan dari dunia internasional agar Israel menghentikan serangan militernya pada Palestina tidak dihiraukan Israel.
“Bahkan, negara-negara Barat seperti Amerika Serikat membiarkan agresi dan serangan militer Isarel tersebut. Demikian pula Organisasi Konferensi Islam (OKI) tidak mampu memperlihatkan sikap tegas dan PBB juga tidak berdaya,” pungkasnya.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas