Yakhsyallah Mansur: Memakmurkan Masjid dan Bumi Tugas Besar Muslimin

Bogor, 8 Rajab 1437/16 April 2016 (MINA) – Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur mengatakan bahwa memakmurkan dan bumi merupakan dua tugas besar kaum Muslimin yang tidak terpisahkan satu dengan yang lain.

“Tugas besar setelah memakmurkan masjid dengan ibadah shalat berjamaah adalah dengan memeliharanya untuk kemaslahatan manusia,” kata Yakhsyallah Mansur pada pembukaan Pelatihan Manajemen di Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Sabtu pagi (16/4).

Ia menambahkan, Allah menyediakan bumi adalah untuk dimakmurkan sebagai sarana ibadah kepada-Nya, ujarnya seraya mengutip firman Allah surat Hud ayat 61 tentang kewajiban itu.

Menurutnya, memakmurkan bumi bukanlah dianggap sebagai urusan dunia semata. Sebab, kalau hanya berorientasi dunia, yang ada adalah eksploitasi dan penguasaan tanpa memperhatikan kelestarian alam dan nilai ibadah.

Baca Juga:  Refleksi Hardiknas dan Penguatan Kembali Ekosistem Pendidikan Kita

“Memakmurkan bumi dengan cara memeliharanya melalui pembukaan baru maupun pemanfaatan yang sudah ada, merupakan bagian dari ibadah. Apalagi menghidupkan lahan-lahan mati,” imbuhnya.

Yakhsyallah juga menegaskan, sistem pengelolaan bumi lebih banyak berorientasi pada konsep menguasai dan menguasai bumi untuk eksploitasi. Padahal, Allah adalah penguasa bumi dan alam seisinya, sehingga penggunaannya mesti selaras dengan aturan-Nya.

“Bagi muslim penguasa adalah Allah, manusia hanyalah merawatnya. Maka tidak boleh berbuat semena-mena terhadap alam,” tegasnya.

Karena itu, kaum Muslimin hendaknya terus mengupayakan pembaharuan dalam dunia pertanian atau agribisnis, antara lain dengan pembuatan teknologi dan pupuk yang ramah lingkungan. Sehingga kelestarian alam tetap terjaga.

Ia menambahkan, di sinilah tugas besar kaum Muslimin, yang secara terbimbing dalam Khilafah, kepemimpinan berdasar kenabian, untuk mengembalikan pemikiran dasar pemelihraan bumi ini.

Baca Juga:  Refleksi Hardiknas dan Penguatan Kembali Ekosistem Pendidikan Kita

Umat Islam ini jika mampu bergerak, maka akan mampu mengatasi problematika dunia. Sebab, umat Islam beraktivitas berlandaskan syariat, bagian dari ibadah, bergerak dan bertindak atas nama Allah, Tuhan semesta alam, paparnya.

Sementara, orang-orang sekuler bergerak dan bertindak hanya berdasarkan keinginan dan pemikirannya, tidak memperhatikan unsur-unsur ketuhanan.

“Di sini kaum Muslimin dimasuki pemikiran kalau mengelola bumi merupakan urusan dunia semata, juga jika mengelola pasar, dianggap bukan dari Islam,” imbuhnya. Padahal, untuk mengatur dunia perlu dengan aturan Allah, ujarnya.

Pelatihan diikuti oleh para peserta dari berbagai wilayah sentra-sentra pertanian dan lingkungan kompleks pondok pesantren di Indonesia, seperti dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, Kalimantan Barat dan sekitar Jabodetabek. Termasuk utusan dari Pondok Pesantren Al-Fatah Natar, Lampung Selatan, untuk pengembangan sektor agribisnis di lahan seluas sekitar 100 hektar.

Baca Juga:  Refleksi Hardiknas dan Penguatan Kembali Ekosistem Pendidikan Kita

Pelatihan merupakan tindak lanjut dari program Train The Trainers Mitra Pengembangan Usaha (MPU) Jama’ah Muslimin (Hizbullah) tingkat Pusat, bertema bertema “Program Ramah Lingkungan untuk Optimalisasi Hasil yang Berkualitas, diselenggarakan 16-17 April 2016. Training bekerjasama dengan Tim Pengembangan Agribisnis DR. Nugroho dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (P4/P2).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.