Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Polisi Yunani melanjutkan upaya untuk mengusir lebih dari 8.000 pengungsi dan migran yang berkumpul di kamp darurat Idomeni.
Upaya itu seiring dengan Presiden Parlemen Eropa yang menyebut kondisi di Idomeni sebagai “aib” bagi negara-negara Eropa yang menolak pengungsi.
Pada Rabu (25/5), penggusuran paksa terus dilakukan untuk hari kedua berturut-turut.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Juru bicara pemerintah Yunani George Kiritsis mengatakan kepada Al Jazeera, bahwa setidaknya 2.031 warga kamp telah dipindahkan dengan bus ke tempat penampungan di kota terdekat sehari sebelumnya.
Polisi Yunani bergerak untuk menutup kamp pengungsi Idomeni.
Selama puncaknya, sekitar 14.000 pengungsi dan migran menumpuk di Idomeni setelah Macedonia menyegel perbatasannya dan rute Balkan menuju Eropa Barat berakhir karena penutupan perbatasan di seluruh wilayah itu sejak bulan Maret.
Buldoser merubuhkan banyak tenda di kamp, sementara pihak berwenang memberitahu pengungsi bahwa mereka tidak akan diizinkan lagi kembali dan kemudian mereka akan dibawa dengan bus ke tempat penampungan resmi pemerintah dekat kota pesisir Thessaloniki.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
“Besok kami juga akan memindahkan orang karena kita utamakan membersihkan jalur kereta api (yang menghubungkan Yunani ke Macedonia), yang telah ditutup selama hampir dua bulan,” kata Kiritsis.
Sementara ini, masih ada lebih dari 5.000 orang pengungsi di Idomeni.
Kiritsis mengatakan, pihak berwenang hanya akan memungkinkan para pencari suaka untuk menyelesaikan suaka dan aplikasi program relokasi Uni Eropa di kamp-kamp yang diakui pemerintah.
Kamp penampungan perlu perbaikan
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Lari dari perang, konflik dan kehancuran ekonomi, lebih dari 190.000 pengungsi dan migran telah mencapai pantai Eropa dengan kapal sepanjang tahun ini, menurut badan pengungsi PBB, UNHCR.
Tahun lalu, lebih dari satu juta orang menyeberangi Laut Mediterania untuk sampai ke Benua Biru itu.
Awal bulan ini, lembaga perbatasan Uni Eropa Frontex melaporkan bahwa kedatangan migran pada bulan April mencerminkan terjadi penurunan 90 persen dari bulan sebelumnya, karena kesepakatan Uni Eropa-Turki sangat membatasi keberangkatan kapal dari pantai Turki.
Stella Nanou, Asosiasi komunikasi yang berbasis di Yunani untuk UNHCR, mengatakan, sebagian warga Idomeni kehabisan tenaga dengan buruknya kondisi.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
“Kondisinya sangat sulit di Idomeni,” katanya. “Minggu lalu, ada hujan deras. Ini bukan tempat bagi manusia.”
Meskipun demikian, Nanou menyatakan keprihatinannya atas kamp-kamp pengungsi tempat warga kamp pengungsi Idomeni akan dialihkan.
“Sebagian besar kamp sudah menjadi tuan rumah sejumlah pengungsi, sementara yang lain adalah fasilitas baru di bekas bangunan industri,” katanya. “Kondisinya bervariasi dalam fasilitas ini. Beberapa darinya memenuhi standar dasar kebutuhan kemanusiaan, tetapi banyak (kamp) sangat membutuhkan perbaikan.”
Keberhasilan keseluruhan dari evakuasi dalam beberapa hari mendatang akan tergantung pada respon dari pengungsi yang masih berada di Idomeni. Banyak dari mereka sangat tidak percaya kepada otoritas Yunani.
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Milena Zajovi Milka, anggota dari kelompok aktivis Are You Syrious? menjelaskan bahwa “hanya sebagian kecil” dari warga Idomeni yang menerima tawaran pemerintah untuk secara sukarela pindah dalam beberapa pekan terakhir. Banyak yang bertahan dengan berharap bahwa perbatasan akan dibuka kembali.
“Ribuan pengungsi memilih untuk tinggal di Idomeni setelah mendapatkan laporan yang mematahkan semangat dari orang lain sudah direlokasi baru-baru ini. Dengan terjadinya penggusuran, banyak yang memutuskan untuk pergi ke penyelundup,” katanya. “Beberapa orang lain juga bersembunyi di lokasi terdekat, berharap bisa kembali atau pergi ke tempat lain (di Uni Eropa) setelah penggusuran.”
Media swasta dan asing dilarang masuk Idomeni
Otoritas Yunani melarang semua wartawan yang bukan dari media nasional seperti televisi ERT dan kantor berita ANA-MPA untuk mencapai Idomeni di saat evakuasi terus berlangsung.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Partai oposisi utama negara itu mengecam langkah pemerintah yang melarang media swasta dan wartawan internasional meliput operasi tersebut.
“Ini adalah operasi sensor yang merugikan kebebasan pers dan mengekspos negara secara internasional,” kata Giorgos Koumoutsakos dari partai Demokrasi Baru dalam sebuah pernyataan.
Polisi juga telah dituduh membatasi akses bagi kelompok-kelompok bantuan medis dan LSM lainnya, termasuk Dokter Lintas Batas (MSF).
“Ada kehadiran banyak polisi di sini, dan LSM telah sangat dibatasi aksesnya,” kata relawan MSF Katy Athersuch.
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
Ia mengungkapkan, hanya sebagian kecil dari staf organisasi yang diizinkan masuk ke kamp sejak Selasa (24/5).
“Banyak orang di sini yang takut dan sedikit putus asa. Mereka menangis karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi di depan mereka,” kata Athersuch. (P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah