10 Situasi Tragedi Kemanusiaan di Jalur Gaza

Gaza, MINA – Serangan besar-besaran dan terus-menerus yang dilancarkan pasukan pendudukan Israel ke Jalur Gaza, telah menciptakan tragedi kemanusiaan yang sangat memprihatinkan.

Berikut paling tidak ada 10 hal berkaitan dengan situasi kemanusiaan di Jalur Gaza, seperti diungkap Norwegian Refugee Council (NRC), per up date tanggal 24 Oktober 2023 :

  1. Ribuan warga sipil dibunuh

Lebih dari dua pekan pemboman tanpa henti oleh pasukan pendudukan israel telah menyebabkan jumlah korban tewas di Jalur Gaza menjadi 5.791 orang, mayoeitas adalah warga sipil, termasuk sedikitnya 2.360 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Ratusan jenazah warga sipil lainnya diyakini terjebak di bawah reruntuhan.

  1. Penghancuran rumah secara massal

Setidaknya 43 persen dari seluruh unit perumahan di Jalur Gaza telah hancur atau rusak sejak dimulainya serangan oleh pasukan pendudukan israel, menurut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Gaza.

  1. Sekolah, rumah sakit, sekolah, masjid dan gereja dibom

Pasukan pendudukan Israel membombardir rumah sakit, sekolah, masjid, dan gereja, yang menjadi tempat banyak warga berlindung atau berobat, dibombardir juga.

  1. Bahan bakar, makanan dan air hampir habis

Baca Juga:  PBNU Terima Delegasi Sekolah Tinggi Pertahanan Inggris

Banyak toko roti yang dibom atau terpaksa ditutup karena kekurangan bahan bakar. Orang-orang menanti jatah makanan, dan tidak ada cukup air untuk dibagikan. Jumlah air yang tersedia untuk minum, memasak dan mencuci saat ini diperkirakan mencapai tiga liter per hari per orang di Gaza, dibandingkan dengan jumlah yang direkomendasikan WHO yaitu 100 liter.

  1. Peningkatan risiko penyakit

Masyarakat terpaksa mengonsumsi air dari sumber yang tidak aman. Dehidrasi dan penyakit yang ditularkan melalui air semakin mungkin terjadi, dan persediaan obat-obatan terbatas. Sudah ada laporan kasus cacar air, kudis dan diare akibat kondisi sanitasi yang buruk dan konsumsi air yang tidak aman.

  1. Kesehatan warga sipil mulai terdampak

Warga sipil secara umum tidak mempunyai tidak mempunyai tempat yang aman untuk dituju. Dengan kondisi serangan masih berlangsung, memengaruhi kondisi kesehatan warga sipil, baik fisik maupun psikis.

  1. Separuh penduduk disuruh meninggalkan rumah mereka

Otoritas tentara pendudukan Israel pada tanggal 13 Oktober 2023, memerintahkan lebih dari 1 juta orang warga Palestina di Gaza, setengah dari populasi, untuk meninggalkan Gaza utara dalam waktu 24 jam, sebelum operasi darat militer segera dilakukan. Hal ini berarti pengusiran secara paksa dan merupakan tindakan ilegal menurut hukum internasional dan tidak mungkin dilaksanakan dengan aman. Warga Palestina di Jalur Gaza menolak, sebab ini sama dengan pengusiran Nakbah tanggal 15 Mei 1948, ketika pendudukan Israel mengusir warga Palestina dari kampung halamannya di Tepi Barat.

  1. 1,4 juta orang mengungsi

Baca Juga:  Slovenia Dukung Surat Penangkapan ICC Terhadap Pejabat Israel

Jumlah orang yang mengungsi meninggalkan rumah mereka di Gaza diperkirakan sekitar 1,4 juta orang. Hal ini mencakup lebih dari 580.000 orang yang tinggal di tempat penampungan darurat yang dikelola PBB dalam kondisi yang semakin mengerikan.

  1. Tidak ada tempat yang aman di Gaza

Meskipun telah memberi tahu warga Palestina bahwa mereka akan lebih aman di wilayah selatan, Israel terus menyerang wilayah dengan kehadiran warga sipil yang tinggi seperti Khan Younis dan Rafah. Sehingga hampir tidak ada lagi tempat yang aman di sepanjang Jalur Gaza, karena serangan udara yang membombardir terus-menerus.

  1. Blokade Israel di Gaza yang semakin ketat

Penyeberangan Rafah telah dibuka untuk memungkinkan masuknya bantuan, namun jumlah truk masih jauh dari jumlah yang dibutuhkan. Gaza membutuhkan setidaknya 100 truk bantuan setiap hari. Bahan bakar juga tidak termasuk dalam daftar barang yang masuk ke Gaza. Blokade darat, laut dan udara oleh otoritas pendudukan Israel malah semakin ketat diberlakukan terhadap Jalur Gaza.

Baca Juga:  Pejuang Al-Qassam Kembali Hancurkan Tank Merkava Israel di Jabaliya

Namun walaupun demikian, warga Palestina yang dikawal para pejuangan perlawanan memilih bertahan di tanah air mereka, Palestina di Jalur Gaza.

Aksi-aksi perlawanan masih terus berjalan, bahkan semakin membuat pendudukan Israel terdesak.

Hanya tentu saja situasi di Jalur Gaza saat ini sangat memerlukan bantuan darurat untuk dapat bertahan hidup. Bantuan yang paling mendesak adalah untuk kebutuhan pokok untuk makan dan minum sehari-hari, tempat berlindung yang aman, persediaan air bersih, sanitasi, dan obat-obatan termasuk tenaga medis. (R/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf