AMIR DAKWAH HIZBULLAH: ISLAM TIDAK KAFFAH TANPA KHILAFAH

Amir Dakwah Jamaah Muslimin (Hizbullah) untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, Syamsuddin Ahmad. (Foto: Rudi/MINA)
Amir Dakwah untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, . (Foto: Rudi/MINA)

Jakarta, 20 Rabi’ul Awwal 1436/11 Januari 2015 (MINA) – Agama Islam tidak akan bisa dijalankan secara kaffah (menyeluruh) tanpa adanya , sistem pemerintahan umat Islam yang dijalankan setelah wafatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Pernyataan Ahad (11/1) itu disampaikan oleh Amir Jamaah Muslimin (Hizbullah) untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, Syamsuddin Ahmad, di depan ratusan jamaah pengajian Masjid Al-Jihad, Kamal Muara, Jakarta.

“Wujud nyata khilafah itu adalah ,” kata Syamsuddin.

Jamaah imamah adalah sistem kepemimpinan dalam Islam, di mana umat Islam dipimpin oleh seorang pemimpin atau imam untuk seluruh dunia dengan masa jabatan seumur hidup.

Syamsuddin juga mengatakan, khilafah yang dipimpin oleh Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib setelah wafatnya Nabi Muhammad adalah khilafah yang mengikuti jejak kenabian, merujuk hadits yang merupakan sumber hukum kedua bagi umat Islam setelah Al-Quran.

“Khilafah yang berdasarkan kenabian, bukan berdasarkan teori politik,” tegasnya.

Namun dia menyayangkan, umat Islam sekarang lebih suka dengan “janji politik” dari pada “janji Allah” yang sudah jelas.

“Kita harus masuk kepada kepemimpinan wahyu yang telah diturunkan Allah dan dilaksanakan oleh Nabi Muhammad,” jelasnya.

Mengenai adanya bebeerapa kelompok umat Islam yang mengklaim telah menegakkan khilafah, Syamsuddin mengatakan kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), barometer khilafah yang benar adalah khilafah yang pemimpinnya dibaiat lebih awal dari pemimpin lainnya. (L/P001/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0